chapter 26

I'm Park Jiyeon

"nunna." ucap jiyeon lemah mencoba mendekati kakaknya.

Soyeon menepisnya. Dan pergi begitu saja tanpa mendengar apappun selain nama jiyeon yang terakhir kali di dengarnaya dari mulut taeyeon.

Taeyeon pun mengikutinya. Namun tangan jiyeon menahannya sejenak.  

"unnie. Aku takkkan menghalangimu kau menceritakan tentang diriku. Karena aku tahu tanpa penjelesan apapun soyeon unnie akan tahu aku adalah jiyeon." ucap jiyeon.

"unnie selesaikan masalahmu dengan soyeon unnie. Aku tak ingin kalian mengalami kesalahpahaman seperti aku dan yoona."  

Taeyeon tersenyum. Perasaan aneh melanda. Aneh ketika jiyeon biasa mengucapnya dengan panggilan nunna, kini hyojoon palsu itu memanggilnya unnie. Terasa geli.

Taeyeon menuju ruangan soyeon. Terlihat soyeon tengah memegang dahi.

  Belum sempat taeyeon mendekatinya suara soyeon menghentikan langkahnya.

"tinggalkan aku sendiri taey. Aku tak perlu penjelasaan apapun dari pembohong seperti kalian. Biarkan aku yang mencerna semuanya." tanpa melihat taeyeon bahkan tanpa memastikan langkah kaki yang memasuki ruangannya.

  Soyeon pov  

Aku sangat schok saat taeyeon memanggil hyojoon dengan nama jiyeon. Aku yakin taeyeon tak mungkin menyebut nama tersebut tanpa sebab. Aku tahu taeyeon sangat mudah terpancing emosi. Dan aku tahu dia paling tak ingin diserang maka dia akan menyerang balik.  

Aku mencoba mengingat kejadian-kejadian yang tak masuk akal selama 15 tahun belakangan ini.

Tepat saat jiyeon dinyatakan tewas. Semua memang terasa mengganjal. Mulanya aku mendapat kabar bahwa hyojoon mengalami kecelakaan. Namun sesampainya di rumah aku mendapati hyojoon dipelukkan ibu. Dan ayah mengatakan jiyeon meninggal. Aku tak bisa membuktikan siapa yang berada di peti mati itu  jiyeon ataukah hyojoon.  

Aku masih ingat. Seminggu dari kematian adikku. Aku memutuskan keluar dari asrama dan menjalani sekolah normal. Aku diganggu para anak lelaki nakal. Adikku datang menghajar mereka. Aku cukup terkejut sejak kapan dia pandai beladiri? Setahuku hyojoon dilarang ibu untuk mengikuti hal-hal ekstrem.

"aku akan melindungimu nunna." ucapnya saat itu. Rasanya ucapan itu de javu.

"aku akan melindungimu unnie." ucap jiyeon saat pertama kali dia mengatakan dia akan berlatih taekwondo.

Hyojoon memang memiliki antibodi yang kurang baik, makanya ibu melarang banyak hal padanya. Tapi aneh saat itu justru ayah bertentangan dengan ibu. Dan meminta ibu agar mengizinkan hyojoon bersekolah di luar negeri.

  Aku pun jadi ingat saat kejadian di apartemen yoona. Saat aku menuduhnya melakuakan sesuatu pada yoona.

"aku tak melakukan apapun nunna. Sekalipun aku melakukannya dia tak mungkin hamil." ucapnya kala itu begitu yakin.

Aku hanya menyangka karena dia mengeluarkan spermanya di luar.

Kemudian, Aku menemukan mereka berbuat mesum. Hyojoon dan yoona. Tangan yoona berada di balik celana hyojoon saat aku datang. Aku ingat wajah yoona saat itu. Dia gadis polos pasti wajahnya akan memerah saat itu juga. Tapi aku rasa ekspresi yoona seakan mencari sesuatu yang tak ditemukannya. Bukankah aku harus melihat sesuatu melembung dibalik celana itu? Apalagi saat tangan yoona memberikan rangsangan. Rasanya aku tak melihatnya.

Semua itu memang aneh. Tapi bagaimana mungkin jika dia itu jiyeon? Bagaimana mungkin dia menutupi dadanya? Tidak! dia tak menutupi apapun. Aku sering melihatnya bertelanjang dada. Dan aku jelas tak melihat gumpalan kenyal itu.

Aku kembali berjalan ke ruangan adikku. Kulihat dia sedang berbaring di sofa. Hingga tak menyadari kedatanganku. Keringat dingin keluar begiu banyak. Kepalanya terlihat tak tenang. Dia mimpi buruk.

"Maafkan aku.. Maa...afkan aku oppa." rancunya dalam tidur dan air mata menemaninya.

Oppa? Aku memejamkan mata menyentuh wajahnya dengan mata terpejam. Aku sering melakukan ini bersama jiyeon dan hyojoon. Karena aku harus menebak mereka dengan mata terpejam. Saat menyentuh wajah jiyeon biasanya dia akan...

"au"rintihku dan dengan seketika menjauhkan jemariku dari wajahnya.

Ya! Itu! Itu yang selalu dilakukannya. Selalu menggigit jari tengahku saat jemariku menyentuh bibirnya.

"nunna?" ucapnya kaget. Aku memeluknya.

"aku merindukanmu jiyeonah." aku tak bisa lagi menahan tangis.  

***  

Author pov  

Jiyeon dan soyeon menghabiskan waktu bersama. Mereka memilih menghabiskanmu waktu bersama dan seakan melakukan pendekatan kembali sebagai kakak beradik di sebuah warung kaki lima penjual souju.

  "Apa di jepang taeyeon bersama tiffany ji?" tanya soyeon setelah sebelumnya percakapan yang dibahas mereka mengenai jiyeon.

Jiyeon mengangguk lemah. "Hubungan mereka terlihat sangat intim unnie. Tapi taeyeon unnie  terlihat kurang nyaman dengan sikap tiffany yang terlihat sedikit agresif."

"mereka memang seperti itu. Berciuman bahkan having . Aku tak nyaman dengan hubungan mereka. Entah karena mereka pasangan sesama jenis atau mungkin aku cemburu." soyeon menjelaskan.

"unnie, taeyeon unnie sangat menyanyangi unnie. Saat aku di kirim ayah ke luar negeri, setiap hari dia memberi kabar tentangmu. Aku pikir dia menyukaiku tapi setiap aku mengatakan tolong jaga soyeon unnie. Dia selalu bersemangat." cerita jiyeon.

"selesaikan urusanmu unnie, kau harus menyelesaikan antara kau, taeyeon unnie dan tiffany."

  "sudahlah ji." soyeon unnie tampak pasrah. "bagaimana kau dengan yoona? Dan bagaimana dengan pramugati itu?" soyeon unnie mengalihkan pembicaraan.  

Jiyeon terdiam.

"Kami sudah tak memiliki hubungan apapuan unnie." suara yang bersumber bukan dari mulut jiyeon.

Jiyeon dan soyeon mencari sumber suara. Hyomin. Hyomin tersenyum dan memberikan hormatnya pada soyeon.

"Bergabunglah bersama kami." ajak soyeon.

Hyominpun berkumpul bersama kedua saudara Park. Perbincangan hanya terjalin antara soyeon dan hyomin. Jiyeon hanya diam mendengarkan.

"jiyeonah aku harus pulang duluan. Ayah akan marah kalau aku pulang terlalu larut." soyeon berpamitan.

"aku antar unnie. Sekalian bertemu ibu." jiyeon beranjak berdiri.

"tidak. Tidak aku sendiri saja. Kalian perlu berbincang berdua." cegah soyeon unnie.

"besok aku akan mengunjungimu dan yoona. Cepat berbaikanlah dengannya." meninggalkan jiyeon dan hyomin.

Suasana canggung tercipta. Mereka hanya meminum tanpa berkata apapun.

"Ini pertama kali kita minum dengan status berbeda." hyomin tersenyum.

"aku tak tahu apa yang membuat kau bertengkar dengan yoona. Aku rasa tadi di pesawat kalian baik-baik saja."

"Yang tampak belum tentu menunjukan hal yang sebenarnya hyominah." jiyeon akhirnya berucap.

"Ya, ya.. Ya. Kau betul jiyeonah. Bahkan aku tertipu olehmu." ucap hyomin mebenarkan.

"yoona tak hamil hyominah." ucapnya setengah mabuk namun masih sepenuhnya sadar.

"Trus kau menyesali? Menyasali menikahinya?"

Jiyeon menggeleng. "Aku tak pernah menyesalinya. Bahkan aku senang karena dia tak pernah tersentuh oleh siapapun."

Hyomin terdiam. Ada sakit. Sesak. Tak pernah tersentuh? Kata itu seakan membunuhnya. Keadaan yoona yang sangat terbalik dengannya. Kebanggan wanitanya telah hilang.

"apa kau akan menikahiku walaupun aku seorang perempuan?" tanya jiyeon.

"Entahlah." jawab hyomin. "semua masih tak masuk akal Ji. Dan aku tak segila nona Im."

Jiyeon tersenyum mengetahui maksud jawaban hyomin.

"Yang kau cintai bukan aku. Tapi hyojoon kan?"

"entahlah." jawaban kebingungannya lagi.

"ah sepertinya aku harus pulang." ucap jiyeon berjalan gontai karena mabuk.

"kau tak apa?" hyomin berada disisi jiyeon sebelum jiyeon terjatuh.

"aku antar kau pulang." hyomin mengajukan diri tanpa perlu jawaban  dari jiyeon.

Hyomin hanya diam. Mendengarkan gerutuan atau mungkin curhatan jiyeon tentang yoona. Berkali-kali jiyeon berkata bahwa dia sangat mencintai yoona.

Hyomin hanya bisa tersenyum getir mendengarnya. Tak menyangka sosok dingin ini bisa berubah total. Ya semenjak jiyeon meninggal. Tidak maksudnya hyojoon meninggal. Dan jiyeon menjadi hyojoon, jiyeon terasa dingin bahkan sangat dingin. Senyum. Keceriaan. Hilang. Bahakn suaranyapun nyaris tak terdengar. Tapi hari ini semua terasa lain. Jiyeon begitu cerewet walaupun bibirnya hanya berucap semua hal tentang yoona.

  "kau benar-benar berubah karena nonna im, Ji." ucap hyomin. "Aku belajar ketilusan dari kalian."

  Hyomin tersenyum. Ikut senang dengan perubahan jiyeon. Senyum jiyeon yang selalu mengembang, membuatnya mengerti bahwa jiyeon sangat bahagia bersama yoona.

  Yoona pov  

Aku menanti kedatangan jiyeon. Apa jiyeon masih marah padaku? Bagaimana jika iya? Apa yang harus aku lakukan?

Aku selalu dengan mudah memaafkan kesalahannya. Tapi mengapa dia begitu sulit memaafkan orang lain? Curang.

Tunggu! Apa jiyeon bersama hyomin? Apa jiyeon menemui hyomin. Ahhh.. Tidak mungkin! Jiyeon mengatakan dia sudah mengakhiri hubungannya dengan hyomin. Jadi tidak mungkin mereka berkomunikasi lagi.

"arghhh kenapa aku jadi takut jiyeon kembali bersama hyomin?" gerutuku frustasi.

Ting Tong..

Ting Tong

Aku bergegas membuka pintu. Mengharapkan kedatangan jiyeon.

Crek.

Aku terkejut. Diam mematungvsekitar 15 detik.

"maaf." ucap seorang perempuan yang baru saja kupikirkan.

Ahh.. Aku kembali ke alam sadarku. Segera menopang tubuh jiyeon yang mabuk di pundakku. Aku terlalu terkejut. Sampai tak bisa berkata apa-apa lagi.

"Dia mabuk. Aku hanya mengantarnya pulang." hyomin menjelaskan.

"ahh, ya! Msuklah!" titahku yang masih menahan agar jiyeon tak jatuh. "Mampirlah sebentar!" tawarku.

Hyomin tampak ragu sampai akhirnya dia mengangguk menerima tawaranku. Dia berjalan mengikutiku dari belakang.

"Aku tinggal dulu sebentar!" ucapku membawa jiyeon ke dalam kamar.

Ku lepaskan sepatu yang dikenakannya. Membuka tiga kancing kemejanya agar dia tak merasa kepanasan.

"Kalau kau mau mabuk setidaknya jangan di luar. Apalagi bersama Hyomin. Aku tak suka." gerutuku yang sebenarnya sangat percuma karena takkan didengarnya.

Aku bergegas menghampiri hyomin. Ku lihat mata hyomin bergrilya mengamati setiap sudut apartemen jiyeon. Dimana terpasang foto pernikahan kami. Hyomin tersenyum. Ketika melihat foto kecil jiyeon bersama hyojoon.

"Ini minumannya." ucapku yang sepertinya cukup mengagetkannya.

Dia mengangguk dan kemudian duduk. Suasana menjadi sangat canggung. Aku tak pernah terbayangkan moment ini akan terjadi.

"terimakasih telah mengantarnya." ucapku memulai pembicaraan. "maaf merepotkanmu."

"achh tak apa. Aku hanya kebetulan melihatnya di warung sojou." ucapnya. "kita tak sengaja bertemu kok." ucapnya takut aku salah paham.

Aku  tersenyum.

"Yoona shi, aku meminta maaf atas kejadian beberapa hari lalu saat di jepang. Aku benar-benar tak tahu bahwa kalian telah menikah. Teman ku hanya berkata hubungan anda dengan jiyeon terlihat aneh. Maka dari itu aku sedikit bersikap berlebihan pada saat itu." hyomin menyesali perbuatannya.

"Oh masalah itu. Bukankah aku sendiri yang mengajakmu berjalan-jalan bersama kami? Jadi kau tak perlu meminta maaf." jelasku.

"Mungkin yang lebih tepat. Harusnya aku yang meminta maaf. Maafkan aku. Secara tak langsung aku yang merebut jiyeon darimu. Maafkan aku yang hilang akal sehat saat memintanya menikahiku. Maafkan aku yang tak memikirkan perasaanmu." ucapku tulus dalam hatiku.

"Mungkin aku tak  akan sebaik hati anda dengan menerima jiyeon. Mungkin aku tak mencintainya. Aku hanya tahu aku menyukai hyojoon bukan jiyeon."  ucap hyomin sepertinya masih bingung dengan perasaannya.

"Aku sungguh minta maaf atas nama diriku juga atas nama jiyeon. Kami tak bermaksud membohongi siapapun." ucapku yang kembali dilanda rasa bersalah.

"anda terus meminta maaf. Membuat saya semakin merasa sangat bersalah." ungkap hyomin.

"ahh sudah terlalu larut. Aku pamit pulang yoona shi." ucapnya beranjak pergi.

"Hyomin shi, bagaimana dengan nonna Ham? Apa dia sering mengganggumu? Aku akan melaporkannya jika......." hyomin memotong ucapanku.

"oh tidak perlu khawatir. Kejadian tadi hanya salah paham saja." terang hyomin.

"aku permisi dulu." pamit hyomin.  

Hyomin pov

  Nonna Im sepertinya merasa sangat bersalah padaku. Padahal aku merasa tak pantas mendapatan permintan maafnya. Justru permintaan maafnya sungguh membuatku semakin meresa bersalah. Aku berjanji ini untuk  terakhir kalinya aku menganggu hubungan mereka. Maksudku ini terakhir kalinya aku berada dalam cerita cinta mereka.

 

 

 

---------------------------------

Maaf readers sepertinya hyomin akan menghilang di cerita ini. Tapi tak perlu khawatir aku takkan membuat gantung cerita cinta hyomin. Aku akan membuat cerita khusus dirinya kelanjutan dari cerita cintanya di I'm park jiyeon. Antara hyomin Eunjung dan mungkin org ketiga lainnya. Sunny mungkin?? Ato yang lainnya. Entatahlah.

Ini akan menjadi cerita pertamaku tanpa menjadikan jiyeon pemeran utamanya..

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Silviss #1
Chapter 30: Woaaaah.. Cerita baguuus
Lanjuutttt
Izin baca, author-nim~
J_T-ara_M #2
Chapter 30: Kangen ama cerita ini!! Thanks sudah update lagi!
jjirong00
#3
Chapter 30: Wow. why so short author-ssi?? update lg dong... Yoona kemana aja??
agustini #4
Kapan update lagi ??
Pjyku1234 #5
Update soon please
Vitrieeyoong #6
Chapter 29: Baru nemu nih, keren.. lanjut Thor!!!
agustini #7
Update please
axlegian
#8
Chapter 28: please update soon
agustini #9
Update lagi dong
jjirong00
#10
Chapter 28: Author-ssiii !! Where are you? Please update your story...