Chapter 31

I'm Park Jiyeon

Jiyeon pov

Seminggu belakangan ini yoona terlihat sangat aneh. Setiap pagi dia selalu meminta izin untuk mengunjungi teman atau pergi berbelanja. Namun setiap kembali dia tak membeli apapun. Apa mungkin tak ada satupun barang yang menarik di tempat sebesar itu?

Pernah sekali aku mengikutinya. Bukan mencurigainya hanya saja aku merasa penasaran. Merasa dia menyembunyikan sesuati dariku. Tapi aku tak tahu itu.

Bahkan keanehan Yoona membuatku melupakan menceritakan masalahku bersama Tiffany. Tiffany yang setiap hari semakin mengancamku, namun aku lega ternyata hanya gertakannya saja. Tapi dia tak bisa ditinggal diamkan. Aku harus menyelesaikannya. Membuat mulutnya bungkam.

Tiffany mengancamku bukan karena menginginkan harta atau diriku. Dia hanya ingin memenuhi obsesinya pada Taeyeon

Tiffany selalu mengajakku bekerja sama. Dia akan menjaga rahasiaku selama dia bisa menjaukan Taeyeon dari Soyeun unnie. Itu bukan hal sulit soyeon unnie memang sedang marah besar pada Taeyeon unnie . Bahkan aku sengaja tak menceritakan kebenarannya pada Soyeon unnie. Tapi bukan untuk mengikuti keinginan Tiffany atau melindungi diriku, tapi aku menunggu momen yang pas untuk mengubah posisi ini menjadi kemenanganku.

Kini aku kembali mengikuti Yoona Taxi yang ditumpanginya memasuki Tol.

Mau kemana Yoona?

Apa diaa menuju......??

Tidak mungkin? lagi pula untuk apa Yoona ke bandara? menjemput temannya? Atau pergi ke suatu tempat?

Aku sengaja memberi jarak ketika taxi yang ditumpanginya berhenti. Setelah merasa cukup aman aku mengikutinya.

Keadaan bandara yang cukup ramai membuatku kesulitan dalam jarak padang memastikan keberadaannya. Kini kulihat dia melakukan pemesanan tiket salah maskapai penerbangan.

Jepang?

Apa Yoona akan pergi ke sana?

Yoona telah duduk di ruang tunggu tiketnya. Setelah ada pemberitahuan untuk melakukan chek in ku lihat dia mulai berjalan. Chek in dan petugas memberikannya kartu boarding pass. 

Akupun mengantri di area tiket untuk membeli tiket ke Jepang. Aku benar-benar penasaran dengan apa yang akan dilakukannya.

Buat apa Yoona ke Jepang? Berbelanja kah? Lunch disana?

Ayolaahh aku tahU Yoona sangat kaya tapi dia bukan tipe penghambur uang seperti itu.

"satu tiket ke Jepang jam terdekat." Ucapku

"Tersisa kelas ekonomi, bagaimana pak?"

Drtt.. drtt

"Sebentar." Aku meminta waktu.

"Ayah meminta bertemu sekarang?" Aku terkejut saat skeretaris menghubungiku. "Baiklah aku akan segera kesana" aku  mematikan panggilanku.

"Maaf tak jadi." Ucapku berlalu meninggalkan bandara.

***

Malam ini aku akan bertemu dengan Tiffany. Mengingat tindakkannya sama sekali tidak bisa dibiarkan.

Ayah mengabari seseorang mengirim surat ancaman tentang kenyataan Hyojoon yang sebenarnya telah tiada. Kenyataan siapa diriku sebenarnya. Ayah marah besar  menganggap semua yang terjadi atas kelalaianku.

Ku akui memang semua terjadi atas kelalaianku. Tapi bukankah aku tak bisa menyembunyikannya lagi?

Aku tak tahu harus berkata apa, tiap kali ibuku dan orang tua Yoona membahas tentang momongan. Bagaimana bisa aku memberikannya? Apa aku harus mengarang cerita bahwa aku mandul? atau aku harus berkata jujur?

Jujur memang solusi terbaik. Tapi aku yakin hasil yang kudapat takkan baik. Ibu pasti akan jauh lebih stress dari sebelumnya. Orangtua Yoona takkan merestui hubungan kita sedangkan aku takkan sanggup jauh dari   Yoona.

 

Meneruti keinginan  Tiffany adalah hal yang bodoh. Aku ga sebodoh Taeyeon unnie. Aku tak ingin terjebak sepertinya. Kali ini aku akan melawannya.

"Hi Hyojoon.” Tiffany mengahmpiriku mencium pipi kanan dan kiriku. "ups sorry maksudkuu Jiyeon."  dia meralat kembali ucapannya.

"Pasti capek ya. kerjaan kamu pasti numpuk." ucapnya menarik kursiku.

Aku duduk dikursi yang disiapkannya.

"Tapi kerja diranjang masihh kuat kan? aku akan memuaskanmuuuh." ucapnya tepat ditelingaku.

Aku menahan godaannya. Aku tak ingin terjebak permainanannya.

"Bagaimana ibumu suka hadiah dariku?" ucapnya duduk di depanku. 

 

"Sayang sekali Ibuku tak sempat melihat hadiah darimu." Jawabku.

 

"Oh yaa? Lain kali aku kirim lagi." Ucapnya.

 

"Silahkan. Aku sama sekali tak keberatan." Aku meminum minumannya. "Aku tak ingin berlama-lama, ada perlu apa? Istriku menunggu di rumah."

 

"Istri?" Ucap Tiffany menyepelekan. "Padahal aku ingin bermalam denganmu. Tapi baiklah, aku hanya ingin kita bekerjasama." Seperti dugaanku Tiffany memiliki maksud lain.

 

"Seperti yang kamu tahu, aku inginkan Taeyeon.  Kamu hanya perlu membuat Taryeon dan Soyeon  jauh. Mereka sudah cukup jauh bukan? Tapi aku ingin lebih dari ini. Dan aku akan melindungi rahasiamu. Aku jamin kejadian pagi ini takkan terulang kembali." Lanjutnya.

 

Tiffany  meminum wine merahnya. "Take and give yang menarik dan setimpal bukan? Hubunganmu dan Yoona aman begitu pula hubunganku dan kinal. Bagaimana?" Tawarnya.

 

"Menarik sih tapi sayang sekali aku ga minat. Dan sama sekali tidak tertarik.” Tolakku.

 

"Tapi akupun tak suka penolakkan. Aku bisa berbuat apapun yang ku mau."

 

Aku tersenyum mendengar ucapannya. "Aku tahu kamu hanya tertarik dengan Taeyeon kan? Bukan kehidupanku."

 

"Yaa kamu benar. Aku hanya ingin Taryeon. Maka aku bisa melakukan apapun untuk mendapatkannya dan membuatmu berada dipihakku." Ucapnya penuh keyakinan.

 

"Termasuk melakukan hal murahan seperti yang kamu lakulan pada Taeyeon?  Dan selalu dengan  memanfaatkanku dan Yoona.” Aku mulai memancingnya.

 

"Itu bukan murahan Jiyeon sayang. Itu cara terpintar untuk memancing seekor kucing macam Taeyeon.  Aku tahu Taeyeon sangat  peduli pada Yoona dan Soyeon. Maka aku memanfaatkan kelemahannya. Mungkin aku yang memulai memancing nafsunya. Tapi bukankah setelahnya dia menyerangku?'' Ucapnya santai meneguk winenya hingga habis.

 

"Jadi kamu akan melakukan hal yang sama padaku?" 

 

"Yaa kalau kamu menolak tawaranku, kurang lebih nasibmu akan seperti Taeyeon. Saat kamu terbangun aku akan ada disisimu kita bertelanjang bersama." 

 

Aku tersenyum dengan pernyataannya. Aku meneguk wine ku hingga habis. Angkat kaki tanpa berpamitan.

 

"Obat itu sudah  kucampur dengan obat tidur dan obat perangsang Park Jiyeon ." Teriaknya.

 

Aku berbalik memuntahkan minumanku yang sedari awal tak kuminum. Mengambil handphoneku yang sedari tadi menyala.

 

"Seseorang sepertinya sangat ingin berbicara denganmu." Ucapku meloadspeaker handphoneku.

 

"Jiyeon kamu tidak apa-apa? Apa Tiffany melukaimu? Jiyeon jawab aku." Suara dibalik telponku.

 

"Aku tidak apa-apa unnie. Sepertinya unnie harus segera berbaikan dengan Taryeon unnie. Meminta maaflah pada Taeyeon unnie. Seseorang yang meminta maaf bukan berarti dia salah atau lemah tapi karena dia telah yakin akan kebenarannya dan itulah kekuatannya." Aku mematikan telponku dan meninggalkannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tbc

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Silviss #1
Chapter 30: Woaaaah.. Cerita baguuus
Lanjuutttt
Izin baca, author-nim~
J_T-ara_M #2
Chapter 30: Kangen ama cerita ini!! Thanks sudah update lagi!
jjirong00
#3
Chapter 30: Wow. why so short author-ssi?? update lg dong... Yoona kemana aja??
agustini #4
Kapan update lagi ??
Pjyku1234 #5
Update soon please
Vitrieeyoong #6
Chapter 29: Baru nemu nih, keren.. lanjut Thor!!!
agustini #7
Update please
axlegian
#8
Chapter 28: please update soon
agustini #9
Update lagi dong
jjirong00
#10
Chapter 28: Author-ssiii !! Where are you? Please update your story...