Chapter 8

Irresistible

Minho’s POV

 

Weekend.

 

Aku berniat mengajak Aecha jalan-jalan. Yeah, our first date.

 

Kali ini, aku sudah berdiri tepat didepan pintu apartemen Aecha. Menekan bell berkali-kali. Kemana anak itu? Kenapa lama sekali membuka pintu.

 

Lima menit aku berdiri, Aecha baru membukakan pintu. Aku segera masuk dan menutup pintu kembali.

 

“Heheh, maaf membuatmu menunggu.” Aecha tersenyum lebar. Celemek melekat pada tubuhnya.

 

“Kau sedang memasak?” Aku merangkul pinggangnya.

 

“Ya... memasak untukmu.”

 

“Haha, really? Kau bisa memasak?”

 

“Kau meremehkanku?!” Aecha melepaskan tanganku yang melingkar di pinggangnya dan berjalan menuju dapur.

 

Aku tertawa kecil melihatnya.

 

“Lalu, masakan apa yang kau buat untukku?” Aku memeluknya dari belakang dan meletakkan daguku pada bahunya. Aku suka aroma tubuh Aecha. Hmm...

 

“Nasi goreng kimchi. Ada sup tahu juga. Kau suka?” Tangan Aecha dengan lincah memotong bawang bombay. Ya, keahlian memasaknya tidak diragukan lagi. Hehe...

 

“Apapun yang kau buat, aku suka.” Aku terkekeh.

 

Aecha mencubit tanganku yang melingkari perutnya. “Jangan menggombal pagi-pagi.”

 

Aku tertawa semakin keras. Cute Aecha.

 

Aku masih terus memeluk Aecha. Kali ini aku meletakkan kepalaku dibahunya, dan memejamkan mataku sejenak. Aku suka memeluk Aecha. Hangat tubuhnya membuatku merasa nyaman.

 

“Bisakah kau melepas pelukanmu sebentar Tuan Choi? Aku tidak bisa bergerak.”

 

“Tidak akan.” Aku memeluknya semakin erat.

 

Aku mendengar Aecha terkekeh. “Yya... Choi Minho...”

 

“Kiss me first? Hm? Morning kiss!”

 

Aecha melirikku. “Aish, aku tidak mau.”

 

“Kalau begitu aku tidak akan melepaskanmu.”

 

Aecha membalikkan tubuhnya. Ia menatapku selama beberapa detik kemudian mendaratkan bibirnya di bibirku.

 

“Sudah. Sekarang lepaskan aku.” Pintanya.

 

Aku kembali mengeratkan pelukanku. Dan memberinya kecupan di bibir.

 

“Yya...” Aecha mencubit lenganku, dan kami berdua tertawa karena tingkah kami sendiri.

 

“Duduklah. Sebentar lagi selesai...” Perintah Aecha.

 

“Okay...” Kali ini aku melepaskan pelukanku dan menuruti perintah Aecha.

 

10menit kemudian, masakan Aecha sudah tertata rapi di meja makan.

 

“Ehmm... harumnya membuatku semakin lapar.” Aku menatap semua hidangan di hadapanku.

 

“Masih meragukan kemampuan memasakku?” Aecha terkekeh. Ia mengambil semangkuk nasi dan memberikannya kepadaku.

 

“Kau... wanita idaman.” Aku mengedipkan sebelah mataku.

 

“Berhenti menggodaku, Choi Minho!” Seru Aecha menahan malu. Ia duduk tepat dihadapanku, tak berani menatapku.

 

Aku tertawa melihatnya. Sudah berapa kali aku mengatakan bahwa dia lucu? Haha.

 

Kami berdua menikmati sarapan dengan tenang. Sesekali aku menatap Aecha yang makan dengan lahap. Bahkan saat makanpun dia terlihat cantik.

 

“Minho-ya... boleh aku minta sesuatu padamu?”

 

“...” Aku sibuk melahap makananku.

 

“Yya... Minho-ya!”

 

“Panggil aku ‘Minho Oppa’!”

 

“Mwoya??”

 

“Panggil aku ‘Minho Oppa’ atau aku tidak akan menuruti permintaanmu.”

 

“Yya... kau seperti anak kecil. Berhenti bersikap kekanakkan!”

 

“Panggil aku ‘Minho Oppa’!”

 

“Yya! Minho oppa!” Aecha berteriak.

 

Aku mengangkat kepalaku dan tersenyum lebar.

 

“Ne, jagiya?”

 

“Aish...” Aecha ikut tersenyum melihatku.

 

“Hehehe...”

 

“Okay, Minho oppa... boleh aku minta sesuatu padamu?”

 

“Hm? Of course. Apa itu?”

 

“Bawa aku ke tempat dimana pertama kali kita bertemu. Ke tempat-tempat dimana kita dulu pernah menghabiskan waktu bersama.”

 

“Mwo?”

 

“Ayolah...”

 

“Tidak. Aku tidak ingin sakit kepalamu itu kambuh.”

 

“Tapi aku ingin tahu...” Aecha merengek. Dan aku tidak bisa menolaknya.

 

“Baiklah. Tapi, jangan memaksa untuk mengingat semuanya.”

 

“Arraseo. Aku hanya ingin tahu. Tidak bermaksud untuk mengingat semua.” Aecha tersenyum senang.

 

“Okay... bersiaplah.”

 

Aecha mengangguk kemudian beranjak. Sebelum ia melangkahkan kakinya, aku menarik tangannya.

 

“Wae?” Aecha menoleh.

 

“Kiss...” Aku menunjuk pipiku. “Karena aku sudah menuruti permintaanmu.”

 

“Aish... dasar!” Aecha mengecup pipiku kilat, kemudian berlari menuju kamarnya. Aku tertawa melihatnya. Haha.

 

--

 

Aku menghentikan mobilku tepat di depan sebuah kedai.

 

“Dulu, kita sering sekali makan di kedai ini setiap pulang sekolah...” Aku melepas seatbelt-ku.

 

“Sering sekali?” Aecha bertanya sambil melihat kearah kedai yang cukup sederhana.

 

“Ehmm... ya. Ayo turun, aku akan mengajakmu berkeliling.”

 

Kami berdua turun dari mobil. Aku merangkul pinggang Aecha.

 

“Apa kedai ini masih seperti yang dulu?”

 

“Hmm... kurasa... ya. Hanya sedikit yang berubah.” Aku melihat kedai dihadapan kami dengan seksama. Ya, tak banyak yang berubah.

 

“Bagaimana jika nanti kita makan di kedai ini?” Aecha memberi usul.

 

“Okay, dengan senang hati. Aku yang akan mentraktir.” Aku mencolek hidung Aecha dan terkekeh.

 

 

Aku terus merangkul pinggang Aecha. Membawanya menuju sebuah sekolah yang terletak tidak jauh dari kedai tadi.

 

“Ini... sekolahmu?” Tanya Aecha.

 

“Bukan. Ini sekolahmu.” Aku mengusap kepala Aecha.

 

“Jadi dulu disini sekolahku?”

 

“Ya... sekolahku berjarak dua blok dari sini.”

 

“Jauh...”

 

“Tidak begitu.” Aku terus membawa Aecha berjalan. “Disebelah sana ada taman. Di taman itu kita pertama kali bertemu.”

 

“Ayo kita kesana.” Aecha menarik tanganku dengan tidak sabar.

 

“Hahaha, iya. Bersabarlah...”

 

Kami berjalan menuju sebuah taman.

 

“Wah... taman ini banyak berubah.”

 

“Benarkah?”

 

“Ya. Sekarang terlihat lebih indah dan lebih banyak permainan.” Aku menarik Aecha ke sebuah bangku dan mengajaknya duduk untuk menceritakan semua yang pernah terjadi di tempat ini.

 

“Dulu juga kita sering duduk di bangku ini. Untuk sekedar makan es krim atau makan permen kapas bersama. Heheh.”

 

“Lalu bagaimana kita bisa bertemu?”

 

“Taman ini adalah titik tengah. Jadi, setiap kau pulang sekolah kau akan melewati taman ini. Begitu juga denganku. Saat itu aku membolos...” Aku terkekeh mengingatnya.

 

“Ah! Ternyata kau hobi membolos dari kecil?! Pantas!”

 

“Ya... hahaha.” Aku tertawa semakin keras.

 

“Lalu?” Aecha memintaku untuk melanjutkan.

 

“Jadi saat itu kau sudah pulang. Dan aku menemukanmu terjatuh di taman ini. Aku langsung saja menolongmu karena kau menangis sangat keras. Membuat telingaku sakit.”

 

“Yya!” Aecha memukul lenganku.

 

“Hahaha... setelah aku membawamu pulang, ya sejak saat itu kita semakin dekat. Aku sering mengajakmu bermain bersama di taman ini sepulang sekolah atau saat libur sekolah.”

 

“Dimana rumahku? Dan dimana rumahmu?” Tanya Aecha.

 

“Nanti aku akan menunjukkannya untukmu. Tapi, aku ingin berada disini sedikit lebih lama. Aku merindukan taman ini.”

 

“Okay...”

 

Aku merangkul Aecha dan mencium puncak kepalanya. “Aku senang bisa bertemu denganmu kembali.”

 

Aecha hanya tersenyum, senyum kesedihan? “Maaf, maaf aku sudah melupakan semua ini. Hhh...”

 

“Bukan salahmu. Sepertinya kita memang berjodoh. Tuhan menemukan kita kembali setelah bertahun-tahun kita terpisah...” Aku tersenyum.

 

“Ya...” Aecha ikut tersenyum saat menatapku.

 

Aku mengecup bibirnya. Kami hanya saling menatap untuk beberapa detik, dan aku kembali menciumnya. Menempelkan bibirku untuk beberapa menit. Kami saling memejamkan mata. Menikmati angin musim semi yang berhembus disekitar kami.

 

Aecha melepasnya lebih dulu kemudian memelukku.

 

“Berapa lama kita saling mengenal?” Tanyanya.

 

Aku membalas pelukannya. “Ehmm... tidak lama. Empat bulan... ah, tidak. Lima bulan.”

 

“Ya, tidak lama...”

 

“Kau tiba-tiba menghilang setelah lima bulan kita berteman. Aku mulai menyukaimu saat itu. Tapi, karena kau menghilang aku berusaha melupakanmu secara perlahan. Kau menyebalkan.”

 

“Maafkan aku, Minho-yaaa...” Aecha memelukku semakin erat.

 

“It’s okay, Aecha-ya. Sekarang aku akan menunjukkan rumah lama kita.”

 

“Ayo...” Aecha melepas pelukan kami dan berdiri.

 

Kami berdua melanjutkan langkah kami menuju masa lalu.

 

“Disini rumahku?” Tanya Aecha menunjuk sebuah rumah yang sekarang sudah bukan miliknya.

 

“Ya... dengan pemilik baru tentunya. Ayahmu langsung menjual rumah ini setelah kalian pindah.”

 

“Ohh... ayah dan ibu tidak pernah menceritakan masa lalu kami.”

 

“Mungkin mereka tidak ingin melihatmu sakit karena mengingatkan semua masa lalumu.”

 

“Ya... lalu dimana rumahmu?”

 

“Berjarak satu blok dari sini.”

 

Aku menggenggam tanga Aecha dan membawanya ke rumah lamaku.

 

“Kau sudah tidak tinggal disini?”

 

“Tidak.” Aku menghentikan langkah dan menatap rumah ini lama. Aku merindukan rumah ini dan suasana rumah ini yang penuh dengan kehangatan.

 

“Kenapa kau pindah?”

 

“Ayah dan ibuku bercerai...” Aku menjawab sambil terus menatap rumah ini. Rumah yang tidak begitu besar tapi menyimpan banyak kenangan indah yang penuh dengan kehangatan dan kebahagiaan.

 

“Oh... maaf, Minho-ya...”

 

“Ibuku menikah lagi dan kami pindah ke rumah suami barunya. Hhh... aku ingin kembali ke masa lalu. Dimana aku benar-benar merasakan kebahagiaan bersama ayah dan ibuku. Hidupku menjadi menyedihkan ketika aku pindah di rumah ayah tiriku. Entahlah... semua berubah. Dan aku lebih memilih tinggal sendiri di apartemen.”

 

Aecha diam. Ia mungkin tidak ingin menambah kesedihanku dengan lebih banyak bertanya.

 

“Sudahlah... aku yakin masih banyak kebahagiaan menunggumu.”

 

“Termasuk dirimu...” Aku tersenyum dan merangkul Aecha, merengkuhnya kedalam pelukanku.

 

Aecha membalas pelukanku dan mengusap punggungku. Mencoba menenangkanku.

 

“Aku lapar, Minho-ya... ayo makan.” Ajak Aecha, berusaha mengalihkan kesedihanku mungkin.

 

“Haha, okay...”

 

Aku terus merangkul Aecha selama kami kembali menuju kedai langganan kami dulu. Aku masih terus menceritakan masa lalu kami yang penuh kenangan dan kebahagiaan. Sesekali kami tertawa karena kebodohan kami dulu. Ya know, kehidupan anak kecil yang penuh tawa.

 

Dan aku merindukannya, sangat merindukannya...  

  

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
SS213MH #1
Chapter 20: Waah onew minho mulai baikan !!
am waiting for next chapter ^^
aigotissa
#2
Chapter 14: winter sea..... exo showtime ._____.
aigotissa
#3
Chapter 11: BOOM! Lee Jinki is pe-ka (?) -_-
perang bharatayuda segera berkobar nampaknya :/
aigotissa
#4
Chapter 8: next chapter juga, jagi
kimsun217 #5
Chapter 8: Next chapter jagi,,
itu onew sma hyeri gmana kabarnya??? Kkkk
kimsun217 #6
Chapter 6: i need sequelllll
u,u
kimsun217 #7
Chapter 3: lah lah lah
sebenarnya mreka kenapa toh -_-
kimsun217 #8
Chapter 1: onew sunbae orangnya baik kan,,
ia kan,
aigotissa
#9
Chapter 5: ini… mulai gila.
#mati
aigotissa
#10
Chapter 4: ini hyeri sama onew pacaran emang? kok… onew… nakutin… -.-
wakaka aku ngakak, aecha insecure xD cubit aja itu minho, jelalatan matanya.