Chapter 6

Irresistible

Warning!

Rated: Semi-M

 

 

Hyeri’s POV

 

 

Setelah aku keluar dari cafe, semua mata menatap kearah kami. Aku dan Jinki oppa. Menatap dengan aneh. Mungkin mereka merasa iri? Tsk. Jujur aku tidak nyaman dengan tatapan mereka.

 

“Jangan pedulikan mereka.” Bisik Jinki oppa ditelingaku.

 

“Eh? Hmm... arraseo.” Aku tersenyum dan mengangguk. Uh. Jinki oppa membaca pikiranku.

 

 

“Mau kemana kita sekarang? Hm?” Tanya Jinki oppa ketika kami sudah berada di dalam mobil. Mobil Jinki oppa.

 

Yah, sejak aku dan Jinki oppa dekat, ia sering menjemputku untuk berangkat kuliah bersama. Dan juga mengantarku pulang tentunya. Tak hanya itu, ia juga bersedia mengantarku kemanapun jika aku ada keperluan. Entahlah... itu hanya membuat kami semakin dekat.

 

Senang? Tentu saja. Heheh.

 

Bahkan di kampus sudah beredar gosip bahwa aku dan Jinki oppa berkencan. Tapi, kami tak pernah menanggapi berita itu. Faktanya, sampai sekarang kami tidak berkencan. Tsk.

 

“Aku tidak ada ide, oppa. Tapi, yang jelas aku tidak ingin pulang. Aku bosan.”

 

Jinki oppa tersenyum. “Ehmm... aku ingin menonton film. Kau ingin menemaniku?”

 

“Eumm... ide bagus, oppa. Baiklah, aku akan menemanimu.” Aku tersenyum, mengiyakan permintaannya.

 

--

 

“Mau popcorn?” Tawar Jinki oppa setelah kami mendapat tiket, ia mengusap pelan kepalaku.

 

Oh. Ayolah. Berhenti membuat jantungku berdebar keras seperti ini, oppa.

 

“Hmm, boleh.”

 

“Baiklah, tunggu disini.”

 

“Tidak mau. Aku ingin ikut.” Ucapku, mengerucutkan bibirku.

 

“Hahaha, okay, okay...” Jinki oppa tertawa melihat ekspresiku. Kemudian ia menggandeng tanganku, menariknya menuju counter popcorn dan soft drink.

 

 

Jinki oppa menyodorkan cup popcorn berukuran besar kepadaku. Kemudian ia membeli dua kaleng softdrink.

 

“Kau yakin berani menonton film ini?” Tanya Jinki oppa.

 

Paranormal Activity 5!

 

Aku mengangguk. “Hanya film horror biasa. Kurasa ini tidak terlalu menakutkan.” Giggles.

 

“Aish... kau yang minta, jadi jangan salahkan aku jika nanti kau kencing di celana.” Jinki oppa mengacak rambutku.

 

“Oppa!”

 

 

Beberapa menit kemudian, gate dibuka. Jinki oppa langsung menggandengku masuk.

 

Great. Kami mendapat tempat duduk paling belakang. Dan di deretan belakang ini, hanya ada aku dan Jinki oppa. Uhh... jantungku mulai berdebar. Oh, please!

 

Lampu mulai padam. Dan film mulai diputar.

 

“Genggam tanganku erat jika kau mulai merasa takut. Okay?” Jinki oppa berbisik.

 

“Eh... o-okay...”

 

Pada awalnya, aku sama sekali tidak merasa takut. Tapi semakin lama film ini menjengahkan. Aku benci dengan sound effect film ini. You know laa...

 

Sampai di tengah-tengah durasi, mulai terlihat jika film ini sangat-sangat-sangatlah menjengkelkan. Aku menjerit berkali-kali karena beberapa scene yang mengerikan. Aku tidak tahan. Aku takut.

 

Jinki oppa seperti menyadari ketakutanku, ia menggenggam tanganku erat.

 

“Oppa, i’m afraid...” Bisikku. Tak kuduga, Jinki oppa merangkulku.

 

“I’m here...”

 

Tiba-tiba saja dentuman keras menggema di dalam studio bioskop ini. Arrgh! Wajah hantu itu terlihat sangat jelas di layar. Menakutkan! Membuatku refleks memeluk Jinki oppa. Memeluknya erat.

 

“Oppa...” Ucapku pelan. Aku sangat takut.

 

Jinki oppa membalas pelukanku. “Ssstt... tidak apa-apa.” Ia mengusap punggungku, mencoba membuatku tenang.

 

Aku mengangkat kepalaku, dan ternyata jarak wajah kami begitu dekat. Aku tidak mengerti, jantungku ini berdetak kencang karena takut atau karena Jinki oppa.

 

Entah mendapat dorongan darimana, Jinki oppa mengusap wajahku dan menciumku! Mencium bibirku! Oh, my god! Ini tidak boleh terjadi...

 

Aku membelalakkan mataku. Tidak percaya dengan apa yang terjadi.

 

Wajah Jinki oppa terlihat begitu jelas. Ia memejamkan matanya. Terlihat ia sangat menikmatinya dengan mulai memberikan lumatan-lumatan kecil kepada bibirku. Aku tidak tahu perasaan apa yang tengah kurasakan. Seluruh tubuhku lemas, aku tidak bisa menghentikannya. Aku tidak bisa memprotes. Entahlah, tubuhku menerima begitu saja perlakuannya. Dan akhirnya aku memejamkan mataku, menikmatinya. Kurasa aku mulai terbuai dengan ciumannya. Bibir Jinki oppa begitu lembut. Begitu juga dengan gaya ciumannya, lembut. Aku suka.

 

Jinki oppa mengusap punggungku dan sesekali menekan tengkukku, memperdalam ciumannya. Ini gila.

 

Dengan sekali gerakan ia melesakkan lidahnya masuk kedalam rongga mulutku dengan mudahnya, membuatku tersentak. Pasti ia tahu, bahwa ini yang pertama untukku. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa untuk membalasnya.

 

Lidahnya mengajak lidahku untuk berdansa. Ia mengaitkan lidahnya dengan liar. Aku memutuskan untuk mengikuti naluriku. Aku membiarkan lidahku bergulat dengan lidahnya. Aku mendorong tubuh Jinki oppa tanpa melepas tautan bibir kami. Aku membalas lumatan bibirnya, membalas tak kalah liarnya. Oh! Aku tidak percaya dengan apa yang kulakukan.

 

Kami bertukar saliva selama hampir sepuluh menit. Oh, no! Kurasa aku kehabisan napas. Aku melepas tautan bibir kami. Aku butuh udara.

 

Jinki oppa menatapku, ia menyentuhkan keningnya di keningku, menangkup wajahku dengan kedua tangannya. Matanya penuh dengan nafsu. Aku tidak berani membalas tatapannya dan hanya menunduk. Bisakah ia berhenti melakukan ini? Hhh...

 

Jinki oppa memberikan bertubi-tubi kecupan kepada bibirku. Ia kembali menyulut pertarungan diantara kami. Aku langsung saja melahap bibirnya, melumatnya dengan kasar. Jinki oppa jelas membalasnya. Sesekali ia menggigit bibirku, memintaku untuk membuka mulut. Tapi, aku tidak menurutinya. Jika ia mulai mendorong lidahnya, aku akan menggigitnya. Membuatnya urung melesakkan lidahnya.

 

Aku meremas rambutnya, menekan kepalanya dan menariknya. Memberikan permainan-permainan yang membuatnya kesal. Tak kusangka, itu membuatnya semakin kejam dan liar, ia menggigit keras bibirku dan melesakkan lidahnya. Aku menjambak rambutnya dengan refleks. Ini gila. Dan lagi-lagi lidah kami saling bergulat.

 

Aku mulai kehabisan napas. Aku melepas begitu saja tautan bibir kami.

 

“Oppa... ini gila...” Ucapku dengan terengah-engah. Ia mengusap keringat di keningku dengan tangannya.

 

“Kau membuatku ketagihan. Bibirmu itu sangat manis...” Bisiknya di telingaku. Ia menggigit daun telingaku.

 

“Oppa!” Aku memukul dadanya.

 

“Ssst... pelankan suaramu...” Ia mengecup bibirku.

 

“Hhh...” Aku melepas pelukanku. Tapi, ia tidak.

 

“Oppa... lepaskan...”

 

“Tidak akan. Ini hukuman untukmu. Kau berbohong. Kau bilang sendiri, bahwa kau berani menonton film ini sampai selesai. Hm?”

 

“Maaf... aku tidak tahu jika ini sangat menakutkan.” Aku meletakkan kepalaku di dadanya.

 

Jinki oppa mengusap kepalaku. “It’s okay... kita pulang sekarang?”

 

“Hm?” Aku mengangkat kepalaku. “Baiklah...”

 

“Aku lapar. Bagaimana kalau kita makan dulu sebelum pulang?” Tanya Jinki oppa saat kami sudah bearada diluar gedung bioskop.  

 

“Boleh. Oppa ingin makan apa?”

 

“Steak? Kau mau?” Jinki oppa menggenggam tanganku. Ia menunjuk kedai steak yang berada di sebrang gedung bioskop.

 

“Sepertinya enak. Ayo.” Aku tersenyum menarik tangannya.

 

“Okay, okay...” Jinki oppa tersenyum.

 

--

 

 

Selama perjalanan pulang, aku hanya bisa diam saat mengingat kejadian bodoh di bioskop tadi. Aku mulai merasa awkward.

 

Aku terus menatap keluar jendela mobil. Aku tidak berani menoleh ke kiri untuk menatap Jinki oppa. Tidak dan jangan memintaku untuk melakukannya. Aku bingung harus berkata apa. Ada sedikit perasaan sedih terselip didalam hatiku. Tentang... status hubungan? Ya, status hubunganku dengan Jinki oppa.

 

Sebenarnya siapa aku baginya?

 

Ia memperlakukanku sangat baik. Terlalu baik untuk perlakuan sebagai seorang teman. Begitu memperhatikanku. Bahkan ia sudah berani bertindak sejauh itu terhadapku. Menciumku. Ciuman itu bukan kecupan biasa di kening, pipi, atau bibir. Bukan. Itu tadi berlebihan dan terlalu jauh.

 

Jinki oppa tak pernah menjelaskannya padaku. Bukankah waktu dua bulan itu cukup untuk meminta kejelasan status? Atau terlalu cepat? Tapi, aku tidak ingin diperlakukan seperti ini lebih lama lagi. Ini sedikit menyakitkan.

 

Di tempat umum saja Jinki oppa sudah berani menciumku seperti itu dengan status kami yang belum jelas, bagaimana jika bukan di tempat umum? Dia pasti akan lebih berani melakukan sesuatu yang lebih daripada mencium. You know what i mean. Dan apabila sesuatu terjadi padaku, ia akan meninggalkanku begitu saja? Astaga! Itu mengerikan.

 

Aku menundukkan kepalaku. Menghela napas panjang. Haruskah aku menahannya?

 

Jangan-jangan apa yang dibilang oleh Minho... itu benar?

 

Ck.

 

“Hyeri-ah... yya...” Aku merasakan tangan Jinki oppa membelai lembut kepalaku. Membuatku tersentak dan kemudian mengangkat kepalaku.

 

“Hmm? Ne?” Aku menatapnya.

 

“Kenapa kau melamun? Hm? Aku sudah memanggilmu berulang kali. Kau tidak mendengarku? Apa kau sedang sakit?” Jinki oppa terlihat mencemau.

 

“Tidak, oppa. Aku baik-baik saja.” Aku memaksakan sebuah senyuman.

 

“Kenapa kau diam saja?”

 

“Ehmm... aku mengantuk.” Aku berbohong.

 

“Tahan. Sebentar lagi sampai.” Ia tersenyum dan mengusap punggung tanganku.

 

Hhh... see! Dia banyak menaruh perhatian padaku. Ia begitu memperhatikanku. Tiap Jinki oppa menyentuhku, aku selalu bisa merasa tenang. Selalu bisa merasakan kehangatannya. Aku merasa nyaman didekatnya. Ia selalu berusaha melindungiku.

 

 

“Aku akan mengantarmu sampai di apartemen.” Ucap Jinki oppa. Ia bergegas keluar dari mobil dan membukakan pintu untukku setelah memarkir mobilnya.

 

Aku turun dan tersenyum. “Aku selalu merepotkanmu.”

 

“Tidak.” Jinki oppa menggeleng. Ia kembali menggenggam tanganku.

 

Yeah... I’m traped. Aku terjebak. Aku tahu, jika Jinki oppa terus memperlakukanku seperti ini aku tidak akan bisa keluar dari semua ini. Aku yakin.

 

Kami berjalan masuk dengan diam. Banyak hal berkelebat dalam pikiranku.

 

Akhirnya kami sampai di depan pintu apartemenku.

 

“Terima kasih, oppa. Maaf, aku selalu merepotkanmu.”

 

“Hmm?”

 

“Maaf, selalu merepotkanmu. Sejak kita kenal, kau selalu saja menolongku dan mau menemaniku kemanapun aku pergi. Kau banyak melakukan hal untukku.” Aku tersenyum kecil dan menundukan kepalaku.

 

Jinki oppa mendorongku pelan hingga punggungku berhimpit dengan pintu apartemen. Aku terkejut dan refleks mengangkat kepala.

 

“Aku suka melakukan semua ini untukmu. Aku tidak merasa keberatan.” Jawabnya pelan.

 

“Tapi kau berlebihan, oppa.” Ucapku berusaha memancingnya untuk mengatakan sesuatu. Paling tidak aku bisa mendapatkan clue dari jawabannya.

 

“Aku senang berada didekatmu.” Bisik Jinki oppa di telingaku.

 

Aku menatap Jinki oppa dengan bingung setelah mendengar jawabannya.

 

“Bagaimana jika aku menyayangimu?” Bisiknya lagi, kali ini ia mencium pipiku dengan lembut.

 

“O-oppa...” Aku berusaha mendorong dadanya dengan pelan.

 

“Hmm? Bagaimana jika aku menyukaimu?” Jinki oppa menggenggam kedua tanganku yang berada di dadanya. Kali ini ia mendekatkan wajahnya kepadaku.

 

“Oppa...” Ucapku lirih dan mulai memejamkan mataku.

 

Aku bisa merasakan bibir Jinki oppa yang lembut mulai mengusap bibirku. Ia menciumku. Tapi kali ini ciuman yang manis. Tidak liar seperti tadi.

 

Bibir kami saling menempel untuk beberapa menit. Aku masih terus memejamkan mata. Menikmati sentuhan bibir Jinki oppa. Aku merasa lebih baik. Entah mengapa semua rasa khawatirku menguap begitu saja.

 

Jinki oppa melepas tautan bibir kami. Ia tersenyum menatapku.

 

“Oppa...” Pipiku merona, aku menundukkan kepalaku. Malu.

 

Jinki oppa mengusap kepalaku. Ia terkekeh pelan. “Besok, pukul berapa aku harus menjemputmu, hm?”

 

“Sembilan.” Aku menatapnya.

 

“Okay. Sekarang masuklah dan istirahat.”

 

“Hmm, ne.” Nods.

 

“Aku pulang...”

 

“Baiklah. Hati-hati di jalan, oppa.”

 

“Hmm..” Jinki oppa mengangguk. “Bye...” Ia mulai melangkah pergi sambil melambaikan tangannya.

 

Aku membalas lambaian tangannya. Dan terus menatap punggungnya sampai ia benar-benar menghilang di ujung koridor.

 

 

“Hai, nona Kim. Selamat untuk menjadi kekasih Lee Jinki.”

 

“Oh! Minho-ya!”

 

--

 

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
SS213MH #1
Chapter 20: Waah onew minho mulai baikan !!
am waiting for next chapter ^^
aigotissa
#2
Chapter 14: winter sea..... exo showtime ._____.
aigotissa
#3
Chapter 11: BOOM! Lee Jinki is pe-ka (?) -_-
perang bharatayuda segera berkobar nampaknya :/
aigotissa
#4
Chapter 8: next chapter juga, jagi
kimsun217 #5
Chapter 8: Next chapter jagi,,
itu onew sma hyeri gmana kabarnya??? Kkkk
kimsun217 #6
Chapter 6: i need sequelllll
u,u
kimsun217 #7
Chapter 3: lah lah lah
sebenarnya mreka kenapa toh -_-
kimsun217 #8
Chapter 1: onew sunbae orangnya baik kan,,
ia kan,
aigotissa
#9
Chapter 5: ini… mulai gila.
#mati
aigotissa
#10
Chapter 4: ini hyeri sama onew pacaran emang? kok… onew… nakutin… -.-
wakaka aku ngakak, aecha insecure xD cubit aja itu minho, jelalatan matanya.