Chapter 12

Irresistible

Hyeri’s POV

 

Aku merasakan sakit di sekujur tubuhku.

 

Aku mencoba menggerakan tanganku. Ah,  kenapa sakit sekali?

 

“Yya, Kim Hyeri...”

 

Aku mendengar suara orang memanggilku. Perlahan aku membuka mataku...

 

Pandanganku samar. Aku mengedipkan mata berulang kali dan semua menjadi jelas.

 

“Kibum oppa...” Aku memanggil nama kakakku dengan suara yang sangat lemah.

 

“Jangan banyak bergerak.” Ucapnya. Ia terlihat sangat khawatir.

 

Setelah itu ada ayah, ibu dan Minho menghampiriku. Mereka semua kenapa ada disini?

 

“Eomma, appa, Minho... Kenapa aku disini? Dan kenapa kalian disini?” Aku masih linglung. Merasa sangat bingung dengan keadaan saat ini.

 

“Bukankah oppa seharusnya di London? Ayah dan ibu juga...”

 

“Jangan banyak bicara.” Ucap Kibum oppa. Kenapa ia mengomel?

 

“Kau baik-baik saja sayang?” Ibu menangis dan memelukku. “Ibu nyaris mati khawatir saat mendapat kabar dari Minho bahwa kau mengalami kecelakaan.”

 

“Apa?” Aku meminta penjelasan kepada mereka. Terlebih pada Minho, aku menatapnya dengan bingung.

 

“Lebih baik kau beristirahat. Kau baru saja sadar, Hyeri-ah...” Ucap Minho.

 

“Ya, beristirahatlah dulu...” Ayah mengusap kepalaku. “Tenang saja, kau tidak apa-apa.” Ayah tersenyum. Ia memang pandai menenangkanku.

 

Oh. By the way, aku merindukan mereka semua.

 

 

Aku kembali memejamkan mataku. Mencoba mengingat-ingat sendiri apa yang sebenarnya terjadi padaku.

 

 

Sekelebat kejadian kembali menghampiri pikiranku.

 

Jinki oppa mencium wanita lain...

 

Seketika aku merasakan beribu anak panah menusuk hatiku. Oh! Ya, aku mengingat semua. Dan semua rasa sakit kembali menyerang hatiku.

 

Pria itu berbohong padaku.

 

Apa salahku sehingga ia tega menjatuhkanku? Setelah ia membuatku terbang karena terlalu bahagia, tiba-tiba ia menghempau. Itu sangat keji.

 

Ya. Aku membencinya...

 

Air mataku mengalir karena mengingat pria bernama Lee Jinki itu.

 

 

“Kenapa menangis?”

 

Aku membuka mataku. Minho.

 

“Mengingat semuanya?” Tanya Minho.

 

Aku melihat seisi kamar. Ayah dan ibu sudah tidak ada. Hanya terlihat Kibum oppa yang tertidur di sofa. Aku kembali menatap Minho yang duduk di sisi ranjangku.

 

“Ya...” Aku menjawab dengan singkat. Aku merasa bodoh di hadapan Minho.

 

Ternyata selama ini Minho benar. Jinki oppa hanya pria yang suka memainkan hati para wanita. Aku menyesal karena tidak mendengarkan ucapan Minho. Aku terlalu terbuai oleh perlakuan Jinki oppa.

 

“Penyesalan selalu datang terlambat.”

 

“Maafkan aku, Minho-ya...” Aku kembali menangis, cukup keras.

 

“Ssst... it’s okay.”

 

“Aku lebih baik berada di rumah sakit dengan keadaan seperti ini, dibandingkan harus menahan rasa sakit yang Jinki oppa berikan padaku.” Aku terus terisak.

 

Minho mengusap punggung tanganku. “Semua sudah terjadi.”

 

Aku masih terus menangis.

 

“Semua akan baik-baik saja. Kau akan segera melupakannya seiring berjalannya waktu.”

 

Tidak. Aku tidak akan bisa melupakannya. Aku sangat mencintainya. Sangat. Dan perlakuannya padaku, benar-benar membuatku sakit hati.

 

 

Lima hari berlalu begitu berat untukku. Namun keadaanku membaik, dan hari ini juga aku sudah diizinkan untuk pulang.

 

Aku melihat ibu dan Kibum oppa yang tengah berkemas untuk pulang.

 

“Eomma dan Oppa akan terus menemanimu hingga kau benar-benar pulih.” Ucap Kibum oppa.

 

“Hhh... okay.” Aku memainkan perban yang membungkus tangan kiriku.

 

“Kau baik-baik saja?” Tanya ibu.

 

“Ya. Kenapa?” Aku menatap ibu.

 

“Kau terlihat tidak baik-baik saja.”

 

“Bukankah memang begitu? Lihat tanganku...” Aku menunjuk tangan kiriku yang menggunakan perban.

 

“Bukan itu maksud ibu. Bagaimana dengan hatimu? Apakah baik-baik saja?”

 

Aku menghela napas. Ibu pasti tahu. Ibu sangat mengerti tentang anak-anaknya.

 

“Ya...” Aku berbohong.

 

Ibu tak menjawab lagi. Mungkin ia tak ingin melihatku lebih terpuruk lagi. Ibu sudah cukup tahu dari tatapan mataku. Apa yang sebenarnya tengah terjadi padaku.

 

 

Kibum oppa masuk ke kamar dengan membawa kursi roda.  Ia menghampiriku.

 

“Biar oppa mengangkatmu.”

 

“Aku bisa berjalan, oppa. Yang bermasalah adalah tanganku. Bukan kakiku.” Aku turun dari kasur dengan perlahan dan berjalan menuju kursi roda.

 

“Hhh...”   

 

“See?” Ucapku saat aku sudah duduk manis di kursi roda.

 

Aku terkekeh melihat wajah Kibum oppa.

 

“Aku sangat merindukanmu, oppa...”

 

--

 

 

Aku duduk di kusen jendela kamarku, menikmati suasana kota dengan senja yang indah.

 

Kenyataan bahwa Jinki oppa meninggalkanku membuat hatiku sangat tercabik. Apa yang harus aku lakukan sekarang? 

 

Aku manatap layar ponselku. Berpuluh-puluh missed call dan seratus lebih pesan masuk dari Jinki oppa, tak ada satupun yang aku balas. Bahkan mambukanya pun tidak. Aku menghela napas panjang. Haruskah aku meninggalkannya?

 

Oh, bukankah dia yang meninggalkanku?

 

Ya. Dia yang meninggalkanku. Dan aku disini, terjebak diantara janji-janjiku sendiri. Sial.

 

“Kau terlihat seperti zombie belakangan ini, Hye. Kenapa?” Ucap Kibum oppa. Ia membawakanku segelas coklat panas.

 

“Nothing.” Aku menjawab dengan singkat dan menerima coklat panas yang ia bawakan untukku.

 

“Bukankah kau sudah lebih baik sekarang? Apa kepalamu masih sakit? Atau tubuhmu yang masih sakit?” Tanya Kibum oppa. Dia begitu mempedulikanku dan memperhatikanku. Aku menyayanginya, kalian tahu?

 

“Tidak, oppa. Aku sudah baik-baik saja sekarang. Tidak ada yang sakit.”

 

“Lalu kenapa?”

 

“Ada yang menyakitiku, oppa...” Aku memutuskan untuk bercerita pada Kibum oppa.

 

“Oh! Siapa dia?!”

 

Aku menggeleng. “Dia yang membuatku seperti ini...”

 

“Mwoya?! Jadi kecelakaan ini bukan sepenuhnya karena kecerobohanmu begitu?!”

 

Aku menghela napas dan kembali menatap keluar jendela.

 

“Aku sangat mencintainya oppa. Dia juga mengatakan bahwa ia mencintaiku, dan memintaku untuk selalu didekatnya, tidak meninggalkannya.”

 

Kibum oppa terus memperhatikan ceritaku.

 

“Aku mengiyakan permintaannya. Berjanji untuk tidak meninggalkannya, berjanji untuk terus di dekatnya.” Air mataku mulai mengalir.

 

“Namun... hari itu, aku menemukannya tengah mencium wanita lain dengan sangat intim. Wanita itu terus bertanya apakah ia masih mencintainya? Namun pria itu hanya menjawab dengan ciuman-ciuman yang begitu panas...”

 

“Hye...”

 

“Karena itu aku berlari tanpa mempedulikan apapun yang ada disekitarku. Hingga aku menyebrang jalan tanpa menoleh. Dan begitulah...”

 

“Kim Hyeri...”

 

“Sekarang aku terjebak dengan janji-janjiku sendiri, oppa. Aku tidak tahu harus berbuat apa?” Isakanku terdengar semakin keras. Aku menangis sekuat tenagaku, mengeluarkan semua beban yang menumpuk di dalam hati dan pikiranku.

 

Kibum oppa meletakkan cangkir coklat panas kami dan ia memelukku. Memelukku sangat erat.

 

“Apa yang harus aku lakukan? Jika aku terus bertahan, maka aku hanya akan merasakan rasa sakit yang tidak ada habisnya. Jika aku pergi, itu berarti aku melanggar janjiku.” Aku masih terus menangis.

 

“Tinggalkan dia. Sebuah janji tak akan ada artinya jika dia telah menyakitimu seperti ini, Hye.” Kibum oppa mengusap punggungku.

 

Aku terus menangis, berharap air mataku akan habis dan tidak menangisi pria bernama Lee Jinki itu lagi.

 

“Aku juga tidak akan setuju jika kau melanjutkan hubunganmu dengannya. Dia sudah menyakitimu seperti ini.”

 

 

“Kim Kibum, Kim Hyeri. Ayo makan...” Kibum oppa melepaskan pelukannya setelah mendengar ibu berteriak.

 

“Makan malam sudah siap.” Ucap Kibum oppa, ia mengusap air mataku yang tersisa.

 

“Jangan katakan pada eomma tentang hal ini, ia akan sangat marah mendengarnya. Begitu juga appa.” Aku memohon pada Kibum oppa.

 

Ia mengangguk dan tersenyum. “Okay. Sekarang, cuci wajahmu. Kami menunggu.”

 

Aku mengangguk dan segera beranjak menuju kamar mandi untuk membasuh wajahku setelah Kibum oppa keluar lebih dulu.

 

 

Hyeri’s POV end

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
SS213MH #1
Chapter 20: Waah onew minho mulai baikan !!
am waiting for next chapter ^^
aigotissa
#2
Chapter 14: winter sea..... exo showtime ._____.
aigotissa
#3
Chapter 11: BOOM! Lee Jinki is pe-ka (?) -_-
perang bharatayuda segera berkobar nampaknya :/
aigotissa
#4
Chapter 8: next chapter juga, jagi
kimsun217 #5
Chapter 8: Next chapter jagi,,
itu onew sma hyeri gmana kabarnya??? Kkkk
kimsun217 #6
Chapter 6: i need sequelllll
u,u
kimsun217 #7
Chapter 3: lah lah lah
sebenarnya mreka kenapa toh -_-
kimsun217 #8
Chapter 1: onew sunbae orangnya baik kan,,
ia kan,
aigotissa
#9
Chapter 5: ini… mulai gila.
#mati
aigotissa
#10
Chapter 4: ini hyeri sama onew pacaran emang? kok… onew… nakutin… -.-
wakaka aku ngakak, aecha insecure xD cubit aja itu minho, jelalatan matanya.