Chapter 16
IrresistibleHyeri’s POV
“Hye...”
“Hmm?” Aku mendongak, mengalihkan tatapanku dari mangkuk sereal dan berganti menatap Kibum oppa.
“Hhh...”
“Waeyo, oppa?”
“Kurasa... lusa aku harus kembali ke London.”
“Kenapa? Bukankah oppa berjanji akan menemaniku sampai aku pulih?”
“Ada keperluan yang tidak bisa aku tinggalkan atau serahkan kepada siapapun.”
“Hhft...” Aku mengerucutkan bibirku.
“Maafkan aku, Hye...”
“Arraseo. Pergilah jika memang urusan itu tidak bisa ditinggalkan. Aku bukan Hyeri yang berumur lima tahun lagi, yang terus bersikap manja.” Aku tersenyum.
“Kau yakin bisa dengan tangan seperti itu?” Kibum oppa menatapku dengan cemas.
“Temanku banyak. Tenang saja, oppa. Mungkin tiga atau empat hari lagi gips ini sudah bisa lepas dari tanganku. I’ll be okay, i’ll be okay. Don’t worry, oppa.” Aku mencoba meyakinkan Kibum oppa.
“Sebenarnya aku tidak ingin meninggalkanmu...”
“Aish... sudahlah. Jangan terlalu mengkhawatirkanku, oppa.”
“Berjanjilah untuk menjaga dirimu baik-baik.”
“I will, oppa!” Aku tersenyum dan mengangkat ibu jari tangan kananku.
“Aish... kau ini. Selalu bersikap tegar. Sebenarnya banyak kesedihan yang kau simpan.” Kibum oppa mengejekku.
“Aku memang kuat. Dan bisakah kau tidak mengingatkannya oppa?!”
“Aku hanya ingin tahu tentang Lee Jinki mu itu.”
“Lee Jinki ku?!” Aku membelalakan mataku. “Bahkan aku lupa bagaimana wajahnya.”
Kibum oppa mencibir.
“Aku hanya tidak ingin terus mengingatnya, oppa. Biarlah. Biarlah dia bertingkah sesuka hatinya. Aku tidak ingin berurusan dengannya lagi.”
“Kemarin itu pertama kali aku melihatnya. Dia terlihat sangat lelah dengan kantung mata yang sangat jelas.”
“Mungkin ia sibuk dengan kekasihnya. Ya. Kekasihnya.”
“Bahkan ia menatapmu begitu lekat. Seakan tak ingin melepaskan pandangannya darimu. Baru setelah kau dan Minho masuk, ia mengalihkan tatapannya padaku. Kurasa ia benar-benar merasa bersalah padamu. Kau tak memberinya kesempatan untuk bicara?”
“Untuk apa? Bukankah semua sudah jelas? Aku sudah melihatnya dengan mataku sendiri. Perasaan bersalahnya akan sia-sia jika ia terus seperti itu.”
“Beri dia kesempatan.”
“Tidak akan. Mungkin jika aku menghindarinya seperti ini, dia akan menyadari siapa yang lebih penting. Aku atau wanita itu.”
Aku menghela napas. “Jika ia benar-benar mencintaiku. Dan kuharap dia memilih dengan tegas. Aku bersikap seperti ini bukan semata-mata karena aku sakit hati kepadanya oppa. Aku memiliki tujuan.”
“Wow... Tapi, bagaimana caranya dia memilih jika kau tak memberinya kesempatan untuk menjelaskan?”
“Dia tidak akan datang kepadaku jika dia memilih wanita itu. Begitu sebaliknya, jika dia memilihku, dia akan datang kepadaku.”
“Kemarin bukankah dia sudah mendatangimu?”
“Aku akan menemuinya jika aku sudah siap. Sementara ini aku tidak ingin bertemu dengannya. Aku membutuhkan waktu. Dan seharusnya dia tidak bersama wanita itu jika ingin menemuiku. Aku merasa sangat muak jika melihat wajahnya.”
“Kau cerdik, Kim Hyeri...”
“Kau mengejekku, oppa?”
Hyeri’s POV end
-
Comments