Chapter 2

Irresistible

Minho’s POV

 

Masih jam delapan pagi dan aku sudah berdiri bersandar di pintu apartemen Hyeri. Ck. Gadis itu benar-benar menyusahkan.

 

‘Minho-ya... ayolah... kau tahu, mobilku rusak dan sedang berada di bengkel. Jemput aku... atau kau ingin Onew oppa yang menjemputku? Huh?’

 

Dia sangat tahu titik kelemahanku. Kalau bukan karena ancamannya itu, aku tidak akan bersedia menjemputnya. Hari ini adalah jatah hari liburku. Waktunya untuk bermalas-malasan satu hari penuh, bukan begitu? Tapi, gadis itu berhasil merusaknya. Tsk. Merepotkan.

 

Berulang kali aku menekan bel apartemennya, tapi sama sekali tak ada respon. Kemana gadis itu? Jangan-jangan dia belum bangun. Aku mengeluarkan ponselku, menekan dial number untuk Hyeri.

 

Gadis itu mengangkatnya setelah bunyi nada sambung yang kelima.

 

“Yya! Aku sudah berada di depan pintu apartemenmu? Cepat bukakan pintu jika kau tidak mau melihatku mati kedinginan disini.”

 

Aku tidak memberi Hyeri kesempatan untuk menjawab dan langsung memutus hubungan komunikasi dua arah kami. Hhh...

 

1 menit... 2 menit... 3 menit...

 

Hyeri membukakan pintu untukku di menit ketiga. Ia terlihat begitu ‘natural’.

 

“Kau belum juga siap?! Kau tahu ini sudah jam berapa?!”

 

Hyeri menyambutku dengan senyuman bodohnya.

 

“Kelasku dimulai pukul sepuluh. Kenapa kau datang sepagi ini?” Tanyanya dengan lugu.

 

“Kemarin kau bilang jam delapan?”

 

“Oh... benarkah?” Innocent-Hyeri.

 

“Yya! Kim Hyeri!”

 

“Maaf... Kalau begitu, masuklah. Kau sudah makan?”

 

“Aish... Kau ini sangat menyebalkan!”

 

“Kau sudah sarapan?” Hyeri mengulang pertanyaannya, tak menghiraukan ucapanku.

 

“Menurutmu?”

 

“Ada roti dan susu di meja makan, habiskan saja. Aku tidak ingin kau pingsan dan membuatku terlambat.” Boss Hyeri.

 

Gadis itu berhasil membuatku naik pitam. Aish...

 

“Ada kopi?”

 

“Tidak.” Hyeri menjawab singkat sebelum ia masuk ke kamar mandi.

 

Aku memutuskan untuk keluar, mencari kopi untuk menenangkan pikiranku dan menghilangkan rasa kantukku. Aku berjalan menuju mesin kopi yang berada di ujung koridor.

 

Bersandar di dinding, menyesap Hot Coffee. Hhh... aku merasa lebih segar. Dan saat itu juga, mataku menangkap sosok gadis yang... sepertinya aku kenal. Ia tengah berjalan menuju lift.   

 

Tunggu! Bukankah itu...

 

“Go Aecha!!!” Aku berteriak begitu keras. Dan aku bersyukur memiliki tangan yang cukup panjang, karena aku berhasil mencegah pintu lift yang nyaris tertutup.  

 

 

--

 

“Oh, kau... Choi Minho?”

 

“Ah, syukur kau masih mengingatku.” Aku terkekeh pelan.

 

“Haha, tentu saja.”

 

“Apa kau tinggal di apartemen ini?” Tanyaku berusaha membuat suasana diantara kami menjadi lebih nyaman.

 

“Hmm... ya.” Ia masih terlihat canggung. Apa dia benar-benar melupakanku?

 

“Kau mau berangkat kuliah?”

 

“Ya...”

 

“Sendiri?”

 

“Ya...”

 

Ting... Suara berdenting dari dalam lift, menandakan kami sampai di lantai tujuan kami. Aecha lebih dulu keluar. Sebelum ia menoleh dan melontarkan kalimat ‘See you later’, aku lebih dulu menyelanya.

 

“Aku akan mengantarmu.”

 

“Hm?” Aecha bergumam dan keningnya berkerut, memintaku mengulang ucapanku.

 

“Aku akan mengantarmu.” Ucapku sekali lagi. “Jangan menolak.”

 

Aecha membalas dengan senyuman.

 

“Apakah itu pertanda kau mengiyakan tawaranku?”

 

Aecha mengangguk pelan. Yessss!

 

 

Minho’s POV end.

 

--

 

Hyeri’s POV

 

Selesai bersiap, aku segera bergegas keluar dari kamarku sebelum Tuan Choi itu mengamuk dan menghancurkan apartemenku.

 

“Minho-ya!”

 

No response.

 

“Yya! Choi Minho!” Aku berteriak sekali lagi sembari mengoleskan selai strawberry di permukaan roti. Dimana anak itu?

 

Aku mencarinya di berbagai sudut ruang apartemenku. Nihil. Apa dia meninggalkanku?

 

Lebih baik aku segera berangkat. Tigapuluh menit lagi kelas akan dimulai. Aku akan mencari Minho diluar. Mungkin ia sudah menungguku di mobilnya.

 

Aku segera menghabiskan roti selaiku dan keluar dari apartemen, memandang ke kanan dan ke kiri. Tapi anak itu masih tidak ada. Jika dia benar-benar meninggalkanku, aku tak akan segan-segan melenyapkannya dari bumi ini. Sial.

 

Aku melangkahkan kakiku menuju tempat parkir. Voila... mobil Minho sudah tidak ada.

 

“Kau benar-benar tidak akan selamat, Choi Minho!”

 

 

Halte bus. Ya. Disinilah aku sekarang. Menunggu bus atau taksi untuk membawaku ke kampus. Dua puluh menit lagi. Dan aku tidak yakin bisa sampai di kelas tepat waktu. Minho bodoh! Apa yang ada di pikirannya sampai-sampai dia tega meninggalkanku. Apa anak itu sedang mabuk?!

 

Entahlah, jika aku bertemu dengannya aku akan langsung menghabisinya.

 

Sesaat kemudian sebuah sedan hitam elegan, berhenti tepat didepanku. Keningku mengernyit. Eung~ sepertinya aku tidak asing dengan mobil ini. Tiba-tiba seseorang keluar dari dalam mobil dan berhasil membuat jantungku berhenti berdetak untuk beberapa saat.

 

“Annyeong, Hyeri-ssi...”

 

“S-s-sunbae...” Aku lekas berdiri dan membungkuk memberi salam.

 

“Kau sedang menunggu bus disini?” Tanyanya sedikit tidak masuk akal.

 

“N-ne, sunbae. Kebetulan mobilku sedang masuk bengkel. Dan aku terpaksa naik bus.” Aku tersenyum dengan terpaksa karena teringat Minho. Tsk.

 

“Oh... apa temanmu itu...” Pause.

 

“Ya?” Aku meminta Onew sunbae mengulang ucapannya.

 

“Ah, tidak.” Ia menatapku dan tersenyum. “Bagaimana jika aku mengantarmu?”

 

“Apa tidak merepotkan sunbae?” Aku bertanya pelan.

 

“Tentu saja tidak. Bukankah kita satu tujuan? Ayo masuk.” Lagi-lagi ia tersenyum!

 

“A-a... Baiklah.” Aku melangkah ragu. “Tapi, sunbae... maaf aku selalu merepotkanmu.”

 

“Aku tidak merasa direpotkan. Masuklah jika kau tidak ingin terlambat.”

 

Tsk. Senyuman itu tidak pernah lepas dari wajahnya. Akhirnya aku melangkahkan kakiku, masuk kedalam mobil.

 

Hyeri’s POV end.

 

--

 

Minho’s POV

 

Aku sangat tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan gadis didekatku ini. Go Aecha. Takdirku sangat baik, bukan? Ya, dan aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang datang kali ini. Kalian pasti tahu jika kesempatan tidak akan datang dua kali.

 

“Kau ada kelas pagi ini?” Tanyaku membuka pembicaraan setelah kami turun dari mobil.

 

“Tidak. Aku memang sengaja datang pagi. Aku belum sarapan.” Aecha terkekeh. Lucu, cantik. Hehehe...

 

Tatapanku tak pernah lepas dari wajahnya itu. Dan aku tidak yakin bisa berhenti menatapnya dan memperhatikannya.

 

“Oh... aku juga belum sarapan. Bagaimana jika kita langsung ke cafe? Perutku sudah terlalu benyak protes pagi ini. Hehe.”

 

“Okay.” Aecha tersenyum.

 

Kami berbincang banyak hal selama berjalan menuju cafe. Banyak hal kami bicarakan, tapi ia tetap tidak mengingatku... Sigh.

 

 

“Minho-ssi...”

 

“Aku sudah bilang, jangan terlalu formal terhadapku. Kita ini teman.” Pause. Teman...

 

“Ya, tapi...”

 

“Suasana akan lebih nyaman jika kita tidak berbicara terlalu formal.” Aku memotong ucapannya.

 

Hening~ Kami terdiam. Sibuk dengan makanan masing-masing.

 

“Minho-ya...” Ucap Aecha dengan ragu sesaat kemudian.

 

Aku memasukkan sendok suapan terakhirku kedalam mulut kemudian mengangkat kepala setelah mendengar ucapan Aecha. Smile widely.

 

“Ne?”

   

“Aku senang bisa mengenalmu. Heheh... kau teman pertamaku disini.”

 

Kau benar-benar tidak mengingatku, Go Aecha? Kau melupakanku? Hhh... kau benar Go Aecha yang menolongku, bukan?

 

Aku tersenyum kecil. Bukankah kita sudah saling mengenal sebelumnya?

 

“Aecha-ya...”

 

“Hm?” Aecha bergumam sembari menyesap Iced Chocolate nya.

 

“Apakah kau...” pause. Aku berusaha mencari kalimat yang tepat.

 

Tapi sayang, deringan ponsel Aecha merusak konsentrasiku. Sial.

 

“Tunggu sebentar.” Aecha memintaku menunggu selagi ia mengangkat ponselnya.

 

Aku mengangguk dan hanya memperhatikannya.

 

“Minho-ya, sebentar lagi kelasku dimulai. Apa kau tidak ada kelas?” Tanyanya setelah ia selesai berbincang –entah dengan siapa melalui ponsel.

 

“Aku...”

 

Stop.

 

Seketika aku teringat sesuatu...

 

Kim Hyeri!!! Astaga! Bagaimana aku bisa melupakannya. Bodoh sekali!

 

“Minho-ya...” Aecha menepuk pundakku pelan. “Kau kenapa?”

 

“Ah, aku baru ingat. Sebentar lagi kelasku juga akan dimulai.” Sedikit berbohong.

 

“Oh, baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu.” Ucap Aecha, ia beranjak.

 

“Okay. Sampai jumpa...” Aku tersenyum.

 

“Bye...” Aecha juga tersenyum dan kemudian meninggalkanku.

 

Aku cepat-cepat beranjak untuk mencari Hyeri. Saat aku berbalik, aku langsung disuguhi pemandangan yang sangat... tidak aku inginkan. 

 

Di sudut cafe ini, Hyeri terlihat tengah bersantai bersama...

 

Onew hyung.

 

Sial.

 

Aku bergegas menghampiri mereka.

 

“Hyeri-ah...”

 

Hyeri menoleh dan menatapku.

 

“Oh, hai tuan Choi... menikmati waktu bersantaimu?” Matilah. Jika nada bicaranya sudah seperti itu.

 

Minho’s POV end.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
SS213MH #1
Chapter 20: Waah onew minho mulai baikan !!
am waiting for next chapter ^^
aigotissa
#2
Chapter 14: winter sea..... exo showtime ._____.
aigotissa
#3
Chapter 11: BOOM! Lee Jinki is pe-ka (?) -_-
perang bharatayuda segera berkobar nampaknya :/
aigotissa
#4
Chapter 8: next chapter juga, jagi
kimsun217 #5
Chapter 8: Next chapter jagi,,
itu onew sma hyeri gmana kabarnya??? Kkkk
kimsun217 #6
Chapter 6: i need sequelllll
u,u
kimsun217 #7
Chapter 3: lah lah lah
sebenarnya mreka kenapa toh -_-
kimsun217 #8
Chapter 1: onew sunbae orangnya baik kan,,
ia kan,
aigotissa
#9
Chapter 5: ini… mulai gila.
#mati
aigotissa
#10
Chapter 4: ini hyeri sama onew pacaran emang? kok… onew… nakutin… -.-
wakaka aku ngakak, aecha insecure xD cubit aja itu minho, jelalatan matanya.