A/N : baca bagian sebelumnya terlebih dahulu di sini

Seorang wanita paruh baya mengentakkan kaki ke poros bumi, menari seirama dengan suara lonceng yang digetarkan oleh kedua telapak tangan. Potongan kain merah yang terikat pada bagian atas kepala senada dengan warna pakaiannya yang begitu cerah, perpaduan dari kain berwarna putih, kuning, merah dan hijau. Bibirnya terus bergerak mengucapkan kata-kata tanpa makna atau mungkin ucapannya memiliki arti khusus yang hanya dimengerti oleh wanita tua itu sendiri. Entah, Taeyeon tidak banyak mengetahui tentang ritual pengusir roh yang dilakukan oleh seorang cenayang.

“Ini sangat sulit” dia melipat kedua lengannya di depan dada.

“Apa istriku tidak bisa kembali normal?”

“Roh yang merasuki tubuh istrimu mempunyai aura kegelapan yang kuat. Dia tidak mempunyai rasa takut terhadap benda-benda suci yang sudah didoakan secara turun temurun selama tujuh generasi. Setan keparat, berani-beraninya kamu melotot ke arahku! Keluar dari tubuh Kim Sooyeon sekarang! Rasakan ini!” dia mengambil segenggam biji-bijian dari kantong jerami yang tersampir di pundak, melempar ke arah gadis yang duduk di permukaan tanah dengan tangan terikat di belakang punggung.

“Yah, wanita gila! Sudah aku katakan berkali-kali, aku ini bukan roh gentayangan! Taeyeon, kamu harus percaya kepadaku” Jessica memohon dengan putus asa. Dia kehabisan cara untuk menjelaskan kekacauan yang dia sendiri tidak mengerti dari mana asal usulnya.

 “Jangan terpengaruh, Tuan Kim. Itu disebut bisikan setan. Dia sedang merayu agar kamu jatuh ke dalam tipuan kosong. Ambil ini dan lempar ke tubuhnya” cenayang itu menyerahkan sekantong penuh biji-bijian yang masih utuh belum tersentuh.

“Tidak, tidak. Jangan lempar itu” ukuran dari biji tanaman yang dilempar ke tubuh Jessica memang tidak sebesar batu kerikil akan tetapi dengan jumlah dan intensitas yang banyak mampu membangkitkan emosi yang terpendam.

Apabila jalur kekerasan tidak dapat membuat lelaki itu tunduk maka Jessica mencoba cara lain untuk merebut hati pasangannya. Taeyeon yang dia kenal memiliki hati selembut sutra. Dia tidak akan tega melihat Jessica menderita. Lantas apakah Kim Taeyeon dengan jenis kelamin yang berbeda akan bereaksi sama terhadap kelembutan suaranya? Semoga semesta berpihak.

“Taeyeon-ah, ku mohon.. lepaskan aku..” suaranya terdengar sangat pelan menyerupai hembusan angin yang bertiup di musim gugur. Dia sengaja menjatuhkan tubuhnya ke depan. Tatapan mata pilu adalah kunci dari sandiwara yang dimainkan.

“Kita sebaiknya berhenti” lelaki itu terjatuh di atas kedua lutut. Kim Taeyeon tetaplah Kim Taeyeon. Dia tidak mampu menyakiti orang yang dicintai.

“Jangan terkecoh. Wanita itu bukan istri Anda yang sebenarnya”

“Aku adalah Sooyeon, istrimu. Tolong percayalah”

“Kamu benar Sooyeon? Bukan Jes.. Hmm.. Jes.. Jeshika?” Taeyeon memutar kembali ingatan beberapa hari yang lalu di mana istrinya berteriak kesetanan dengan menggunakan bahasa yang asing di telinga. Sebagai gadis keturunan Korea yang terlahir di luar negeri, kebiasaan Jessica adalah melampiaskan amarah menggunakan bahasa tanah kelahirannya. Kebiasaan lama yang sulit dihilangkan.

Jessica menganggukkan kepala, “aku Sooyeon”

“Tuan Kim, jika kita tidak segera menyelesaikan ritual ini maka semuanya akan berakhir sia-sia”

“Bagaimana kalau dia memang Sooyeon? Mungkin saja istriku telah kembali”

“Alangkah baiknya Tuan Kim tidak mengambil risiko berbahaya layaknya memilih kucing dalam karung”

“Aku bisa membuktikan bahwa aku adalah istrimu” suara Jessica terdengar sangat meyakinkan. Namun, siapa yang tahu tentang keraguan di dalam hati. Jika rencananya gagal maka tamatlah riwayat gadis itu.

“Apa?” tersirat harapan besar dalam sinar mata yang terang.

“Kamu mempunyai tanda lahir di kaki sebelah kanan. Itu terletak pada paha bagian dalam” wajahnya merah menyala membayangkan bagian tubuh tertentu yang seharusnya tidak diketahui oleh orang lain.

“Mari hentikan ritu