Sepasang kaki bergerak secara bergantian melewati pilar-pilar penompang bangunan di sepanjang lorong, berhati-hati untuk mengambil setiap langkah dalam kegelapan. Dengan sedikit bantuan pencahayaan dari lentera yang menggantung di tangan seorang kasim, mereka berhasil tiba di tempat tujuan tanpa menimbulkan suara berisik di tengah kekosongan malam. Dia hampir kehilangan kendali dan menerobos masuk ke dalam saat jerit kesakitan seorang wanita tak lagi terdengar, hingga kemudian telinganya menangkap sayup-sayup suara tangis bayi yang mengalun lembut. Melenyapkan segala bentuk emosi terlarang dari penguasa kerajaan.

Tabib istana terhuyung-huyung mundur beberapa langkah ke belakang saat hendak bergegas keluar, dikejutkan oleh sosok lelaki yang berdiri tegap di depan ambang pintu. Pakaian berwarna merah dengan hiasan naga keemasan merupakan simbol yang melekat kuat pada tubuh pria tersebut sebagai perwujudan garis keturunan yang tergambar nyata.

“Ratu telah melahirkan bayi perempuan” kepala sang tabib tertunduk sedalam mungkin menyembunyikan bola mata yang bergetar akibat rasa takut.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun lelaki itu membalikkan badan, berjalan keluar meninggalkan ruang tertutup untuk menghirup udara bebas di halaman depan. Layaknya seekor hewan peliharaan yang tunduk pada tuannya, seorang pengawal pribadi datang tanpa diundang. Mengerti bahwa kehadirannya diperlukan dalam situasi diam yang mencengkam.

“Bunuh mereka semua"

Seorang tabib laki-laki dan dua orang perawat perempuan harus menjadi korban untuk menutup celah yang mungkin dapat membawa malapetaka di masa mendatang. Bagaimana pun kebenaran tidak boleh terungkap. Jati diri Putri Taeyeon terkubur bersama dengan tiga nyawa tak berdosa.

Melahirkan identitas baru, Putra Mahkota Kim Taeyeon.

.

.

.

Rumor yang beredar dari mulut ke mulut tidak dapat dikendalikan ibarat wabah penyakit yang terus menyebar luas. Itu bermula dari tiga bulan yang lalu ketika Dayang Lee harus dikeluarkan dari istana karena faktor kesehatan yang terus menurun akibat termakan usia. Dia adalah satu-satunya dayang yang berada di sisi putra mahkota, ditugaskan secara khusus bahkan sejak pewaris takhta kerajaan masih berada dalam kandungan. Kekosongan posisi dayang di istana Kim Taeyeon menimbulkan huru hara di kalangan pelayan di mana mereka yang lebih muda secara terang-terangan merasa bersemangat untuk memperebutkan tempat istimewa, sementara dayang senior terlihat tenang dalam mengatur siasat penuh tipu daya.

Rumor buruk semakin meluas di seluruh penjuru mata angin. Satu per satu nyawa wanita terus berjatuhan. Pasalnya siapa pun yang mencoba peruntungan nasib di balik pintu yang tertutup tidak pernah kembali dalam keadaan hidup. Sebagian besar meyakini jika pangeran muda yang baru menginjak umur delapan belas tahun memiliki emosi yang labil. Dia tidak mengampuni