Hello Baby 3
Multi Shot CollectionSebagai seseorang yang pernah mengalami peristiwa buruk di masa lalu, Jessica merasa sulit untuk membuka diri terhadap orang-orang yang baru dikenalnya, khususnya kepada lawan jenis. Hampir tiga bulan hidup berdampingan dengan tetangga sebelah tidak lantas membuat hubungan mereka menjadi akrab. Berapa kali Taeyeon menampakkan batang hidungnya? Itu bisa dihitung dengan jari tangan. Jessica jarang mendengar pintu sebelah rumahnya terbuka. Mungkin sekitar dua sampai empat kali dalam sebulan dan itu pun hanya di akhir pekan.
Masih teringat pertemuan mereka kali pertama di mana gadis itu tidak mempersilakan tetangga barunya untuk masuk ke dalam rumah dengan alasan konyol. Dua minggu lalu Taeyeon berbaik hati mengajak Jessica untuk makan malam di restoran yang tidak jauh dari lingkungan tempat tinggal mereka, kurang lebih 15 menit dengan berkendara mobil atau 10 menit dengan berjalan kaki memotong rute, melewati jalan pintas yang relatif singkat. Namun Jessica secara terang-terangan menolaknya. Itu tidak semudah yang Taeyeon bayangkan. Mungkin seiring bertambahnya usia menyebabkan pesona dalam dirinya semakin menurun di mana wajah lelaki dewasa pada usia kepala tiga tidak cukup menarik minat para gadis yang terpaut jarak sepuluh tahun lebih muda.
Satu kali menolak itu tidak masalah tetapi jika dua kali menolak tidakkah sedikit kejam. Tawaran Taeyeon minggu lalu berujung penolakan yang serupa. Dengan sekotak daging panggang Taeyeon mengajak gadis itu untuk bergabung makan bersamanya. Tidak perlu jauh-jauh berpindah tempat, Jessica hanya perlu berjalan beberapa langkah ke samping rumah.
Biasanya daging sapi berkualitas dipanggang tanpa marinasi terlebih dahulu karena dicelupkan ke dalam saus di bagian akhir tetapi Taeyeon secara khusus meminta koki andalan di rumah besar keluarga Kim untuk menambahkan bumbu yang kuat dalam proses marinasi agar aroma daging panggang dapat tercium dari luar. Sejujurnya Jessica sempat menelan ludah saat indra penciumannya menangkap aroma yang menggiurkan tetapi bibirnya berkhianat. Dia menolak secara halus dengan alasan baru saja selesai makan sehingga kapasitas perutnya dalam keadaan penuh.
Sekarang Taeyeon berdiri di depan pintu apartemen Jessica untuk percobaan ketiganya. Tidak ada undangan makan bersama yang digunakan sebagai kedok belaka. Dia secara gamblang menyampaikan niatnya untuk berbicara. Jessica mengerti maksud kedatangan Taeyeon tetapi dia heran melihat sosok wanita yang berdiri di sampingnya.
Tiffany Hwang, seorang model papan atas.
Tentu Jessica tidak asing dengan wajah cantik para wanita yang tercetak di sampul depan berbagai majalah fashion. Bidang yang dia pelajari selama bertahun-tahun memberikan ingatan kuat terkait siapa orang-orang yang berkecimpung di dunianya. Ya, pantas saja wajah Taeyeon terasa familiar. Dia pernah membaca sebuah artikel yang bertajuk sosok lelaki misterius bersama dengan seorang model ternama. Meskipun nama Tiffany disamarkan dalam inisial satu huruf tetapi foto yang tertangkap kamera cukup jelas untuk menebak siapa wanita tersebut. Sedangkan wajah Taeyeon sendiri bersembunyi di balik masker dan topi hitam. Dan yang membuat Jessica yakin bahwa pria tersebut adalah Kim Taeyeon karena rambut pirangnya yang mencolok.
Sejak awal Jessica sudah menyimpan rasa curiga. Hanya menilai dari segi penampilan, lelaki itu tidak sepatutnya tinggal di lingkungan kelas menengah. Jessica bisa menebak harga pakaian yang dipakai oleh tetangganya dalam sekali lihat. Bahkan ketika Taeyeon hanya mengenakan kaos polos tanpa motif, Jessica langsung tahu fashion brand mana yang mengeluarkan model pakaian tersebut. Atau ketika Taeyeon memakai setelan jas berwarna biru tua dengan bahan berkualitas tinggi, Jessica menduga itu merupakan hasil karya dari salah satu butik eksklusif.
“Masuklah. Maaf berantakan” sebagai tuan rumah yang kedatangan tamu, Jessica tidak mempunyai pilihan lain.
“Sama sekali tidak berantakan. Lebih rapi dari pada unit sebelah” Taeyeon berusaha mencairkan suasana.
Ketika membuka lemari pendingin Jessica nyaris berteriak mendapati keadaan kulkas yang setengah kosong. Beruntung dia masih memiliki dua kaleng minuman bersoda dan beberapa botol air mineral kemasan kecil.
“Aku belum berbelanja jadi cuma ada ini untuk diminum”
“Terima kasih. Tidak perlu repot-repot”
Taeyeon segera berdiri untuk membantu Jessica meletakkan dua kaleng cola dan satu botol mineral di atas meja. Ruang gerak gadis itu menjadi terbatas karena ukuran perut yang membesar.
“Apa yang membawa kalian ke sini? Aku tidak pernah membayangkan akan kedatangan tamu seorang model” dia tertawa kecil setengah bergurau.
“Bagaimana kondisi kehamilanmu?”
Jessica heran mendengar pertanyaan yang terkesan sedikit melampaui batas privasi. Dari seluruh orang yang ada di lingkaran hidupnya, mengapa pertanyaan itu muncul dari orang yang tidak dikenal. Benar adanya jika Jessica mengenal nama Kim Taeyeon, tetapi di luar dari identitas nama, mereka praktis tidak saling mengenal satu sama lain.
“Sedikit melelahkan dengan nyeri di bagian pinggang dan telapak kaki. Tetapi sejauh ini semua berjalan baik”
“Aku mendengar keributan” dia berhenti sejenak membaca raut wajah wanita yang duduk di berseberangan. Jessica jelas terlihat bingung tetapi dia memilih untuk diam.
“Sungguh aku tidak bermaksud menguping tetapi suaranya terdengar sampai ke sebelah”
“Ah maaf, kamu pasti merasa terganggu”
“Tidak, tidak, bukan itu yang ingin aku sampaikan. Aku sama sekali tidak peduli dengan suara bising”
“Jadi apa masalahnya?” keningnya berkerut.
Taeyeon terdiam selama lima detik lalu menyambar minuman kaleng yang ada di atas meja. Entah mengapa tiba-tiba tenggorokannya terasa kering. Dia menoleh ke kiri untuk bertemu pandangan mata kekasihnya seolah itu adalah satu-satunya sumber kekuatan yang dimiliki.
“Aku mengkhawatirkanmu. Maksudku bayi yang ada dalam kandungan. Pertengkaran kalian tidak hanya terjadi sekali. Bagaimana jika
Comments