Hello Baby 4

Multi Shot Collection
Please Subscribe to read the full chapter

Tiga sendok susu bubuk dimasukkan ke dalam segelas air hangat kemudian diaduk beberapa putaran hingga larut sepenuhnya. Menyiapkan segelas susu ibu hamil menjadi kebiasaan baru bagi lelaki itu. Bukan sebuah permintaan khusus dari tuan rumah, tetapi Taeyeon merasa hal tersebut menjadi tanggung jawabnya ketika dia datang berkunjung.

Pada awal pembicaraan, mereka berdua sepakat untuk menerima kehadiran satu sama lain demi kebaikan bayi tersebut. Taeyeon mengambil inisiatif untuk menemani Jessica ke rumah sakit. Meskipun Dokter Lee mengatakan bahwa pemeriksaan kehamilan bisa dilakukan setiap dua minggu sekali, akan tetapi sahabatnya secara pribadi memaksa jadwal pemeriksaan yang lebih ketat dengan rentang waktu seminggu sekali.

Seiring berjalannya waktu frekuensi pertemuan Taeyeon dan Jessica meningkat. Biasanya lelaki itu menggedor pintu apartemen sebelah pada Selasa pagi hari. Namun, Jessica kebingungan ketika melihat pria berambut pirang berdiri di depan pintu dengan membawa sekeranjang buah segar di hari Jumat. Itu jelas bukan sebuah undangan untuk pemeriksaan kehamilan mengingat sang rembulan tampak malu-malu mengintip dari kegelapan malam. Atau saat pria tersebut menampakkan batang hidungnya pada hari Minggu siang. Waktu kunjungan Taeyeon yang tidak dapat diprediksi menimbulkan tanda tanya besar.

“Hati-hati ini masih sedikit panas. Minum susunya setelah selesai makan” dia meletakkan segelas cairan berwarna putih di atas meja.

“Bagaimana dengan kondisi kehamilanmu? Aku penasaran apakah bayi itu sedang tidur saat ini”

“Mengapa kamu tidak mencobanya sendiri” Jessica berjalan ke tepi meja secara perlahan.

“Bolehkah?” mata Taeyeon bersinar terang.

“Ya” dia menganggukkan kepala.

“Hai bayi kecil, apa kamu mendengar suaraku?” Taeyeon meletakkan telapak tangannya dengan hati-hati. Kemudian berjongkok untuk menyejajarkan pandangan mata dengan telapak tangan. Seperti yang disarankan Dokter Lee pada sesi konsultasi, Taeyeon mengusap lembut perut Jessica.

“Woah, kamu lihat itu. Dia baru saja menendang tanganku” Taeyeon begitu senang mendapatkan respon yang tak terduga.

“Aku bisa merasakannya” dia terkikik.

“Tendangannya cukup kuat. Apa kamu kesakitan?”

“Tidak, aku sudah terbiasa. Pada awalnya itu menimbulkan rasa yang tidak nyaman tetapi sekarang tidak lagi menjadi masalah besar”

“Tumbuh sehat di dalam sana dan jangan menyulitkan ibumu” tanpa disadari Taeyeon meninggalkan kecupan ringan sebelum beranjak bangkit. Jessica tahu bahwa ciuman tersebut ditujukan untuk sang bayi. Namun entah mengapa, jantungnya berdegup kencang.

“Kenapa kamu datang kemari?” Jessica melirik pada jam yang tergantung di dinding. Lelaki itu tidak seharusnya meninggalkan kantor. Jarum pendek belum melewati pukul dua belas siang.

“Kamu bilang ingin makan daging asam manis” dia menjelaskan isi percakapan terakhir pada chat yang dikirimkan setengah jam lalu.

“Aku sudah membuat pesanan melalui delivery order”

“Itu pasti lama. Aku akan memakan pesananmu setelah tiba”

“Tidak” dia menjawab cepat.

“Hm?”

“Ini.. Terlalu.. Sedikit..” dia menundukkan kepala, menyembunyikan wajah yang memerah. Suaranya nyaris tidak terdengar akibat rasa malu mengakui nafsu makan yang berlipat ganda.

“Mau aku belikan porsi tambahan? Restorannya tidak jauh dari sini”

“Aku bisa memakan pesananku nanti”

“Di mana kamu pesan?”

“Restoran Yu Yuan”

“Ah, itu juga tidak terlalu jauh tetapi mungkin mereka sibuk menyiapkan pesanan di jam makan siang. Kalo begitu aku akan membeli untuk makan siangku sendiri. Kita bisa makan bersama di sini” dia menyambar jaket yang tergeletak di sandaran kursi dan bergegas menuju pintu depan.

“Taeyeon”

“Ya?” langkah kakinya terhenti tepat di ambang pintu.

“Aku mau sup dumpling” Jessica memaki dalam diri atas kelancangan mulutnya yang tidak tahu malu. Apakah semua ibu hamil memiliki nafsu makan yang besar? Ya, sepertinya demikian.

Taeyeon tertawa kecil dan berkata, “Baiklah aku mengerti. Satu porsi sup dumpling. Pesanan dicatat”

.

.

.

“Aku tidak pernah melihat kekasihmu datang lagi”

“Hubungan aku dan Yuri sudah berakhir. Dia tidak bisa menerima bayi ini”

“Oh maaf. Hm.. kau tahu, penawaran yang aku katakan selalu terbuka” Taeyeon membuka minuman kaleng bersoda. Terlalu dini baginya untuk meminum sebotol bir bersama sinar matahari yang menyilaukan.

Sebuah tawar menawar hitam di atas putih terbentuk dalam surat perjanjian yang menjelaskan hubungan pernikahan kontrak. Tidak banyak aturan yang tertulis, hanya terdiri dari tiga pasal. Pertama, itu menyangkut hak asuh anak yang dilahirkan. Apabila pernikahan berakhir maka hak asuh jatuh kepada sang ayah. Keputusan tersebut didukung kuat oleh kenyataan bahwa Taeyeon mempunyai kehidupan yang lebih terjamin untuk merawat anak mereka. Kedua tentang perlindungan diri terhadap pelecehan seksual. Mereka tidak diperbolehkan melakukan hubungan badan tanpa persetujuan kedua belah pihak. Aturan tersebut dibuat untuk memberikan rasa aman, khususnya kepada pihak wanita.

Tujuan utama dari pernikahan mereka adalah agar nama Taeyeon dan Jessica terdaftar sebagai orang tua kandung dalam akta kelahiran sang bayi. Aturan pemerintah menerangkan bahwa nama orang tua yang tertulis dalam akta kelahiran bayi di luar nikah adalah nama ibu tunggal. Itu menyedihkan.

Apa yang harus mereka jelaskan saat anak tersebut menginjak usia dewasa?

Mengatakan dia adalah anak yang terlahir dari sebuah kecelakaan?

Tidak.

Bukankah gambaran mempunyai dua orang tua yang sudah bercerai terlihat lebih baik dibandingkan anak yang terlahir di luar pernikahan? Lagi pula mereka tidak akan menyelenggarakan pesta, hanya pelaporan resmi di kantor catatan sipil. Pernikahan itu tidak seharusnya diketahui orang lain.

“Kenapa kamu menginginkan anak ini? Tidakkah kamu merasa malu?”

Taeyeon menatap lekat ke dalam mata gadis itu. Sebelah tangan yang bertumpu di atas meja menahan berat kepala yang disandarkan. Apakah Jessica dapat mengerti kisah hidupnya yang panjang? Bahkan sebagian besar orang mengatakan bahwa Taeyeon harus bersyukur karena terlahir di keluarga kaya raya.

“Kau tahu apa yang aku harapkan di setiap malam Natal?”

“Apa?”

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
HYOTAE2018 #1
Chapter 33: Muchas gracias.
Esperando el siguiente capítulo, autor.
Gracias.
onesleven
#2
Chapter 32: Agak membingungkan, jadi sebenarnya TaengSic kenal duluan sebelum TaeNy ketemu? Terus kok bisa punya anak bareng? Update dong biar gak penasaran
Abangprims
#3
Chapter 31: jdi karina anakny taeyeon?. kok sampe taeyeon gak tau?.
onesleven
#4
Chapter 30: Wah tambah seru, sayang banget kalo update nya emang setahun sekali 😆
Semoga author dapat inspirasi terus buat update amin
onesleven
#5
Chapter 29: Asiiik, update baru, ditunggu kelanjutannya, kayaknya seru nih 😁
dinoy15 #6
Chapter 24: Udah baca di Wattpad ditunggu updatenyaaa..
royalyulsic #7
Chapter 1: Eng version???
Abangprims
#8
Chapter 22: aku menunggu kelanjutannya..
Abangprims
#9
Chapter 19: omo winter 🤣🤣🤣
Abangprims
#10
Chapter 18: aku msh setia menunggu..