L: Chanwoo

Love

“Plakk...”

Sebuah tangan menampar pipi Chanwoo, suaranya terdengar kencang, memaksa kesadaran Chanwoo kembali kedirinya sendiri. Buliran air mata masih mengalir deras namun teriakan-teriakan dan tindakan menyakiti diri sendiri yang dilakukan oleh Chanwoo terhenti. Chanwoo menatap orang yang memukulnya dengan pilu, tidak ada ekspresi marah disitu, tatapannya seolah-olah ingin berkata “Tolong aku..”. Orang yang ditatapnya ikut menitikkan air mata, seolah-olah mengerti, seolah-olah merasakan hal yang sama.

Chanwoo yang terlihat sangat lemah, Chanwoo yang sebelumnya dimatanya adalah gunung es kini hanya seonggok bekas bara yang tertiup angin sekecil apapun dapat menjadi rapuh dan menghilang. Kelelahan dimata Chanwoo tidak dapat disembunyikan. Tidak baginya yang selalu melihat mata yang sama bertahun-tahun lamanya. Dipeluknya Chanwoo, dan ikut terisak bersamanya.

Chanwoo yang semula hanya dapat mengeluarkan suara isakan, mengatakan sesuatu. Lirih sangat lirih, hampir tidak dapat terdengar.

“Terima kasih” Ucapnya. Laki-laki yang memeluk Chanwoo semakin mengeratkan pelukannya. Apa yang bisa kulakukan untuknya Tuhan? Tak bisakah kau kembalikan Yunhyeong padanya? Tak bisakah... Ucapnya dalam hati.

Laki-laki itu kemudian berdiri, dan kemudian membantu Chanwoo untuk berdiri. Dihapusnya air matanya dan disekanya air mata Chanwoo. Diusapnya pelan pucuk kepala Chanwoo, bermaksud untuk menenangkannya.

Chanwoo mengerti maksud dari perlakukan orang yang baru saja mengusap kepalanya, dan tanpa perlu dipaksanya untuk tersenyum, dirinya tersenyum pada orang itu. Laki-laki itu membalas dengan senyumannya.

Mata Chanwoo sulit untuk bekerja sama, sehingga matanya berkedip berkali-kali karena belum terbiasa dengan cahaya matahari pagi. Namun orang yang dihadapannya menjadikannya bahan untuk membuat lelucon untuknya.

“Segitu indahnya kah senyumanku Chanwoo? Kau tak perlu sebegitu terpesonanya” Laki-laki itu berlalu memasuki ruangannya. Chanwoo hanya membalas ucapan orang itu dengan tertawa pelan.

Apabila melihat adegan ini, orang tidak akan pernah tau bahwa Chanwoo yang sedang tertawa itu beberapa saat yang lalu ada orang yang sama dengan orang yang menangis habis-habisan dan berteriak tidak karuan.

“Kau harus mencuci mukamu Chanwoo, kau harus bercermin sesekali, kau terlihat sangat mengerikan.” Orang tersebut sedikit berteriak karena dia saat ini sedang berada di dapur.

“Hai.. Hai. Wakarimaa*!” Chanwoo menjawab dengan bahasa jepang secara tiba-tiba.

“Aku tau kau sedang belajar bahasa jepang Chanwoo, tapi berhentilah menggunakannya diberbagai kesempatan. Itu menjengkelkanku.” Chanwoo terkekeh mendengar tanggapan dari temannya itu.

“Hai...Hai.. Oyabun**” Chanwoo menjawabnya sambil membasuh mukanya. Chanwoo sengaja menggunakannya karena ia tau temannya sangat tidak suka mendengarnya menggunakan bahasa jepang.

“Akan aku berikan kepada nenek tetangga sebelah sarapanmu ini apabila kau tidak berhenti. Kuhitung sampai hitungan ke 5. Kalau kau tidak muncul di dapur pada hitungan ke lima, aku akan benar-benar memberikan jatah sarapanmu pada orang lain.”

Chanwoo yang baru saja selesai menggosok giginya mendengar ancaman dari temannya bergegas berkumur-kumur.

“Lima” teriak temannya dari dapur.

“Ya!!!! Aku baru selesai berkumur. Jangan ancam aku.” Jarak dari kamar mandi ke Dapur lumayan jauh, dan Chanwoo tau sekali temannya mengancam dia akan benar-benar melakukan ancaman itu. Masih segar diingatannya dulu sekali saat dia bertengkar dengan Yunhyeong Hyung, dia memberikan ancaman untuknya apabila tidak meminta maaf dan berbaikan sampai keesokan hari, dia akan melaporkan nilainya yang merah kepada orang tuanya. Dan benar saja, besoknya dia kena semprot orang tuanya yang sedang berada di luar negeri karena aduan temannya itu. Temannya benar-benar berbahaya. Chanwoo menatap cermin, secara tidak sengaja ia kembali memanggil memori lamanya bersama Yunhyeong.

“Empat”

Hampir saja Chanwoo kembali mengingat tentang Yunhyeong, namun teriakan keras dari temannya menyadarkannya.

“Donghyukie! Bisakah kau berhenti dengan permainan ancamanmu itu!!!” Meskipun kesal Chanwoo selalu mengikuti permainan ini, dan hanya terdapat protes-protes kecil yang tidak ada gunanya di depan Donghyuk. Sahabatnya.

“Tiga”

“Dua”

“Yaaaaa, kenapa kau menghitungnya jadi sangat cepat. Kau curang!” Terdengar derap langkah kaki Chanwoo yang berlari ke arah Dapur.

“Satu” Tepat saat itu, Chanwoo menginjakkan kakinya di dapur.

“Akan kubalas kau” Chanwoo berkata sambil melangkah mendekati meja makan.

“Berhenti memasang muka kesal ketika kau menikmati permainan ini Jung Chanwoo.” Ucapnya sambil menuangkan Susu pada kopi dan pasta pada spagetti. Kesukaan Chanwoo.

“Kau terlalu mengerti aku, itu menakutkan sekali.” Chanwoo berkata sambil menyuap sendokan pertama Spagetti. Soal rasa, masakan milik Donghyuk tidak seenak itu. Hanya saja, Chanwoo menikmatinya karena ia tau Donghyuk berusaha membuat untuknya dan ia menghargai itu.

Sementara Donghyuk juga sudah mulai menyuap sarapan miliknya. Keduanya sarapan dalam diam, hanya detingan antara sendok garpu dengan piring yang terdengar. Spagetti di piring keduanya perlahan-lahan hampir habis. Chanwoo membuka pembicaraan.

“Donghyuk-ah” yang hanya dibalas gumaman oleh Donghyuk.

“Tidak jadi.” Chanwoo hampir saja mengatakan, “Berhentilah mengurusiku, jalani hidupmu sendiri” Dan dirinya sendiri memutuskan bahwa perkataan itu akan terdengar sangat kasar, karenanya dia tidak jadi mengatakan hal itu.

Donghyuk yang mendengar itu mengernyitkan dahinya. “Ada apa denganmu, katakan saja.”

“Tidak mau” Chanwoo menggelengkan kepalanya.

“Katakan!” Donghyuk menjadi semakin penasaran.

“Ra-ha-si-a” Ucap Chanwoo lagi sambil terkekeh.

Donghyuk yang telah mencapai batasnya, memukul pelan kepala chanwoo dengan sendok kayu yang ditemukannya di meja makan. Chanwoo hanya ber”au” ria.

“Kudengar, Eun Sung bagian PR sering menghubungimu” Chanwoo tiba-tiba terpikir untuk mengatakan hal tersebut, sambil berenang minum air adalah pepatah yang tepat untuk menggambarkan perilaku chanwoo saat ini.

“Benar”

“Dia cantik, dan kurasa dia wanita yang baik”

“Kau menyukainya?”

“Aku, tentu saja tidak. Kurasa dia cocok denganmu Hyukie~~”

“Kurasa kau juga cocok dengannya.”

Chanwoo sedang berusaha mendorong Donghyuk dan membuat Donghyuk melupakan hal yang ingin dikatakannya sebelumnya. Tidak ada gunanya membohongi Donghyuk, dan dia tidak akan tertipu oleh pengalihan pembicaraan seperti ini.

“Sasega da ne... Uri Dongdongie. Aku tidak bisa menjebakmu. Menyebalkan sekali.”

“Kurasa kau benar-benar ingin merasakan panasnya pukulan tanganku Jung Chanwoo”

Chanwoo hanya tertawa menanggapinya.

“Tapi aku serius donghyuk-ah. Setidaknya beri wanita itu kesempatan. Kau tau. Kau sudah semakin terlihat tua. Kita hanya terpaut saat tahun tapi aku masih terlihat sangat muda, sedangkan kau...” belum sempat Chanwoo menyelesaikan ucapannya sendok kayu mendarat lagi di kepala Chanwoo dan lebih kencang.

“awwwwwww, kau jahat sekali Donghyukie!” Chanwoo memasang muka cemberut. Donghyuk tidak menanggapinya. Donghyuk meneruskan kegiatannya membersihkan meja makan dan membasuh piring bekas mereka sarapan.

“Aku sahabatmu, dan sekarang aku juga adalah sekretarismu. Kau tidak bisa membuatku menjauh. Meskipun kau tidak suka aku ada disini” Ucapnya.

“Sudah kuduga kau mengetahui apa yang kupikirkan sebelumnya, kurasa kau memang titisan dewa atau semacamnya. Kau terlalu mengetahuiku. Itu sangat sangat menakutkan kau tau itu” Chanwoo mencoba mencairkan suasana.

“Kau ini” Donghyuk menanggapinya dengan perkataan pendek, namun senyum yang terpampang dibibir Donghyuk sudah membuat Chanwoo merasa tenang.

Donghyuk meneruskan pekerjaannya, namun matanya tertumpu pada kalender yang tergantung di dekatnya. Kalender 2016 dan tanggal hari ini yang telah dia bulati dengan spidol merah menyala. Dia ingat dengan hari ini, namun sepertinya dia lupa mengucapkannya.

“Ingat satu hal Jung Chanwoo, meskipun hari ini hari ulang tahunmu. Kau tidak bisa berbuat seenaknya di depanku mengerti.” Donghyuk berbalik ke arah Chanwoo dan berbicara sambil mengacung-ngacungkan sendok kayu yang menjadi highlight hari ini. Chanwoo memandang sendok kayu itu ngeri, terang saja sudah dua kali dia kena ujung dari sendok kayu itu. Dia tidak mau untuk ketiga kalinya.

 

 

)*: Saya mengerti.

)**: Boss besar.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nosign
SS for Side Story ^^ Enjoy~~

Comments

You must be logged in to comment
Planetoceng #1
Chapter 24: This is fic so damn lame but i can't stop reading it #junchanmanse #junchanislife cant wait for ur next update thor^^
Planetoceng #2
Chapter 24: This is fic so damn lame but i can't stop reading it #junchanmanse #junchanislife cant wait for ur next update thor^^
holup30 #3
Akhirnya update juga di tunggu lanjutannya
wulaaandari #4
Chapter 24: Majasih udah update :* melly yang terbaik :*
Icecreamlov4 #5
Chapter 23: Ini sudah end kah? Atau masih berlanjut? ><
KingKoong
#6
Chapter 23: “he’uh..”
kok aku ngebayangin muka junhoe pas bilang itu polos2 bingung gimana gitu pasti lucu bgt *3*

Kalo buat junchan perkembangan lebih cepat lebih baik hohohoho ;o
Thanks for the update~
wulaaandari #7
Akirnya mely update, yuhuu
Ini aku baca dari awal sampe akhir senyum terus. Aww this is really sweet. Gimana dong mel aku makin Cinta sama ff ini, tapi aku harus siapin hati buat updaten yang sebulan sekali ;( gpp deh mely uodtr aja udah buat aku seneeeeng, ditunggu yah mel update nya besok. Ini kan short story nya :p
KingKoong
#8
Chapter 22: Lah gatau kenapa baru nemu trus pingin baca fics ini sekarang, langsung cuss dari foreword sampe chapter terakhir dan eng ing eng~~~ man I LOVE THIS SO MUCH~♡
Asli Chanhwan sailing bgt tapi Junchan selalu dihati~♡
update lagi dong~ setelah gagalnya(?) 'kejadian' malem sebelumnya, semoga di next chapter bisa beneran yak xD