Prolog Junhoe 1

Love

Sebuah bar di pusat kota Seoul, bergema musik yang hanya dengan sekilas mendengarkannya dapat memanggil hasrat seseorang untuk masuk dan bersenang-senang sejenak. Bar tersebut penuh sesak dengan muda mudi yang mencari kenikmatan hidup. Terlihat pasangan dimana-mana, disetiap sudut yang ada di bar terisi penuh oleh pasangan yang entah baru saja berkenalan ataupun yang sengaja datang kesana berpasangan. Setiap tempat duduk dan meja penuh dengan bir dan alkohol, tidak lupa wine dan soju bertebaran. Memanggil setiap penikmatnya untuk menyesap dan menghilangkan kepenatan seharian beraktivitas barang sejenak.

Salah satu ruangan, ruang VIP begitulah plang yang ada di depan pintu ruangan tersebut. Terdengar tawa dan orang-orang yang berbicara secara bebas dibawah pengaruh alkohol. Terlihat menyenangkan. Ada seorang laki-laki dengan setelan suit tanpa dasi dan terlihat sedikit berantakan. Matanya terlihat menerawang, meskipun semua orang yang ada dalam ruangan tersebut bergantian mencoba mengalihkan perhatiannya.

“Junhoe!”

Laki-laki itu akhirnya tersadar dari lamunannya.

“Huh?”

“Whats wrong? Ada apa denganmu.”

“Ada apa denganku? Aku baik-baik saja” Ucapnya sembari menyesap sedikit wine yang diambilnya diatas meja.

“Bersenang-senanglah, disini tempat bersenang-senang. Pergi ke gereja bila kau ingin melamun sepuasmu” Laki-laki bergigi tikus itu kembali mengalihkan perhatiannya ke wanita-wanita dipelukannya. Dan sekali lagi, Junhoe tenggelam dalam lamunannya.

Rabu, 26 Januari 2011; Pukul 09:00

Telepon berdering di sebuah mansion besar pinggir kota. Orang yang terlihat seperti pemiliknya terbangun seketika. Matahari telah bersinar terang di luar, namun kamar dalam mansion itu masih tertutup rapat, gelap, dan orang di dalamnya baru sedetik sebelumnya membuka matanya. Wajahnya terlihat tidak senang. Diangkatnya telepon dengan sedikit kasar.

“Apa yang kau mau? Tidakkah kau tau aku sedang menikmati liburanku?” Ujarnya, kemudian dengan menghentak kasar ditutupnya telepon secara sepihak.

Orang yang diujung telepon hanya sempat berkata “tuan...”

Laki-laki itu kemudian kembali bergelung dalam selimut hangat di ranjang king size miliknya. Laki-laki itu memeluk sosok lain yang ternyata sedari tadi berada dalam pelukan hangat selimutnya. Tidak sampai satu menit kemudian telepon kembali berdering. Kali ini tidak hanya laki-laki dengan badan tinggi dan besar yang bangun, namun sosok kecil dalam pelukannyapun ikut membuka mata.

“Annyeong, baby” Ujar laki-laki itu sambil menatapnya lembut. Yang kemudian hanya dibalas dengan senyuman.

“Tidurmu nyenyak?”

“Tentu saja. Bisakah kau hentikan deringan telepon itu.”

“Apapun untukmu sayang” Laki-laki itu mengecup bibirnya lembut kemudian berdiri dan berjalan ke arah telepon yang sedari tadi berdering tanpa henti.

“Sudah kubilang, jangan ganggu liburanku” Hampir saja diletakkan lagi gagang telepon tersebut oleh laki-laki itu. Namun suara lawan bicara di ujung telepon dikenalnya sangat baik dan akan berbahaya jika dia bertindak yang macam-macam.

“Junhoe!” Hanya dengan panggilan singkat dari orang itu, membuat Junhoe mengembalikan gagang telepon ketelinganya.

“Abonim?”

“Apa yang kau lakukan dipertengahan minggu kerja seperti ini? Liburan ucapmu?” Suara orang yang dipanggil Abonim oleh Junhoe terdengar berat namun sangat mengintimidasi.

“Aku sudah lama tidak mengambil istirahat..” Ucapnya lemah, tidak yakin apa yang dikatakannya dapat meredam kemarahan ayahnya.

“Cek emailmu sekarang! Dan pakai bajumu! Kutunggu kau 1 jam dari sekarang di rumah utama!” Belum sempat Junhoe mengiyakan, sambungan telepon telah dipotong.

Mukanya saat ini terlihat sangat kesal, liburan terganggu, terancam di beri ceramah panjang oleh Direktur Utama. Akan sangat lengkap apabila email yang akan segera kubaca ini berisi tentang laporan pemasaran yang menurun drastis dan ancaman bangkrut.

“Ada apa sayang?” Laki-laki mungil yang masih berbaring manis di ranjangnya membuka pembicaraan.

“Entahlah, kuharap bukan hal yang kubayangkan saat ini” Junhoe mengambil Laptop dan duduk di atas ranjang sambil memangku laptop. Laki-laki mungil disampingnya bergerak merapat ke arahnya dan ikut melihat ke arah layar yang sedang kubuka.

Junhoe menatap email tidak percaya. Data yang dikirim kepadanya, berisi hal yang baru saja dibayangkannya! Perusahan yang dibawahinya terancam bangkrut!

“Jinan, aku harus bergegas pergi”

Junhoe berjalan kearah kamar mandi, membasuh badannya seadanya, menyukur rambut-rambut kumis dan janggut membutuhkan waktu lebih lama. Hanya 45 menit waktu tersisa yang dimilikinya agar tidak menambah masalahnya hari ini. Junhoe mengambil setelan pakaian kerja yang telah tersusun rapi di lemari besar kamarnya. Sementara Jinan masih berbaring mengenakan selimut menutupi badannya yang tanpa pakaian sedikitpun.

“Aku pergi sayang, kau bisa minta antar supir apabila kau ingin keluar. Aku akan menghubungimu nanti” Junhoe mengecup kening Jinan dan bergerak keluar.

Junhoe menancap gas mobilnya dan bergerak menjauhi Mansionnya yang megah.

Sentakan dari laki-laki bergigi tikus menyadarkannya kembali. Namun Junhoe hanya menanggapinya dengan senyuman tipis dan berlanjut menyesap winenya. Ditengah hentakan musik dan gema tawa orang-orang disampingnya. Junhoe tidak dapat menghentikan lamunan, menggali memori lamanya. Menyesal? Tidak.

“Aku rindu padanya” Ucapnya pelan.

“Hah???” Laki-laki bergigi tikus tidak begitu mendengar namun dilanjutkannya.

“Apabila yang kau maksud, si mungil pengeratmu itu. Sebaiknya kau berhenti. Cuci mukamu.”

Lagi-lagi Junhoe hanya memberikan senyuman ringan menanggapi perkataan sahabatnya.

Rabu, 26 Januari 2011; Pukul 09:24

Jinan bergerak dari ranjang Junhoe dan menikmati waktunya mandi. Layar handphonenya menyala. Jinan tanpa berpikir langsung mengangkat telepon yang masuk dihandphonenya.

“Aku akan menunggumu di restoran yang kusebutkan di email tadi, Hanbin-ah”

“Baiklah Honey, Kau menghabiskan malam dengannya lagi. Aku pun bisa cemburu kau tau itu?.” Jawab seseorang yang disebut Hanbin oleh Jinan.

“Badanku boleh untuknya, hatiku untukmu. Aku perlu dia untuk keperluanku Hanbin-ah. Untuk keperluanmu juga” Jinan memasang muka cemberut meskipun lawan bicaranya tidak dapat melihat bagaimana wajahnya saat ini.

“Baiklah Sayang” Terdengar kecupan dari ujung telepon. Jinan hanya tersenyum menanggapi kemudian menutup teleponnya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nosign
SS for Side Story ^^ Enjoy~~

Comments

You must be logged in to comment
Planetoceng #1
Chapter 24: This is fic so damn lame but i can't stop reading it #junchanmanse #junchanislife cant wait for ur next update thor^^
Planetoceng #2
Chapter 24: This is fic so damn lame but i can't stop reading it #junchanmanse #junchanislife cant wait for ur next update thor^^
holup30 #3
Akhirnya update juga di tunggu lanjutannya
wulaaandari #4
Chapter 24: Majasih udah update :* melly yang terbaik :*
Icecreamlov4 #5
Chapter 23: Ini sudah end kah? Atau masih berlanjut? ><
KingKoong
#6
Chapter 23: “he’uh..”
kok aku ngebayangin muka junhoe pas bilang itu polos2 bingung gimana gitu pasti lucu bgt *3*

Kalo buat junchan perkembangan lebih cepat lebih baik hohohoho ;o
Thanks for the update~
wulaaandari #7
Akirnya mely update, yuhuu
Ini aku baca dari awal sampe akhir senyum terus. Aww this is really sweet. Gimana dong mel aku makin Cinta sama ff ini, tapi aku harus siapin hati buat updaten yang sebulan sekali ;( gpp deh mely uodtr aja udah buat aku seneeeeng, ditunggu yah mel update nya besok. Ini kan short story nya :p
KingKoong
#8
Chapter 22: Lah gatau kenapa baru nemu trus pingin baca fics ini sekarang, langsung cuss dari foreword sampe chapter terakhir dan eng ing eng~~~ man I LOVE THIS SO MUCH~♡
Asli Chanhwan sailing bgt tapi Junchan selalu dihati~♡
update lagi dong~ setelah gagalnya(?) 'kejadian' malem sebelumnya, semoga di next chapter bisa beneran yak xD