How to get rid? (SS)
LoveHow to get rid?
Senin, 2 Februari 2004
Donghyuk sedang berjalan menyusuri sebuah kompleks pertokoan dekat dengan sekolahnya. Berjalan sendirian membuatnya terlihat kesepian. Matanya menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. Seminggu sejak kedua sahabatnya mengumumkan kebersamaan mereka kepadanya. Kedua sahabatnya? Lebih tepatnya seorang sahabatnya dan seorang lagi mau tidak mau harus dia sebut sebagai sahabatnya. Tidak ada lagi keberanian di dalam hatinya untuk menyebut laki-laki itu sebagai pujaannya. Atau mungkin dapat kita katakan terlalu sakit untuknya, untuk tetap memikirkan laki-laki itu sebagai sosok seperti itu.
Bukan berarti Donghyuk tidak menyadari bahwa dia memang tidak memiliki kesempatan sejak awal. Diingatnya kembali pertama kali laki-laki itu memasuki hidupnya, sahabatnya jauh lebih dahulu mengenalnya. Dan laki-laki itu jauh lebih dahulu mengetahui sahabatnya dari pada dirinya. Dari fakta simpel itu saja dia mengerti, dan dia tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari. Akan tetapi berharap bukan sesuatu yang dosa bukan? Meskipun pada kenyataannya jauh lebih sakit daripada dugaannya.
Dalam lamunannya, sosok tinggi dengan mata indahnya yang bersinar memandangnya dengan senyuman terindah yang selalu menjadi harta berharga untuknya, namun hal itu bukan lagi satu hal yang dapat dijangkaunya. Tidak apabila yang memilikinya adalah sahabatnya. Tidak apabila dia melakukan sesuatu untuk merebut orang itu untuk menjadi dirinya, dan dia harus menyakiti keduanya. Mungkin lebih baik dirinya yang mengalami kesakitan ini, pikirnya. Donghyuk melepaskan desahan panjang dan dalam, pertanda betapa dalam sakit yang dia rasakan.
Dari sudut matanya terlihat dua orang yang sedari tadi berada dalam pikirannya, sesosok laki-laki tinggi yang tampan, dan seorang lagi laki-laki yang bahkan dirinya sendiri berpikir jauh lebih cantik orang itu daripada perempuan kebanyakan. Mereka terlihat sangat cocok bersama, perbedaan tinggi yang sepadan, senyum yang menampakkan sinar yang sama. Terlihat bahagia. Dia harusnya bahagia bersama mereka, karena dia sahabatnya namun apa daya, tidak ketika pada akhirnya manusia memang selalu mendahulukan perasaannya.
Pikirannya mengatakan untuk menyapa kedua orang itu, namun hatinya berkata lain. Dan hal tersebut tanpa sadar menggerakkan dirinya untuk bersembunyi di lorong yang ada di antara pertokoan. Dirinya sendiri tidak mengerti mengapa dia melakukan hal ini? Mengapa dia harus bersembunyi? Apa yang dia dapat apabila dia bersembunyi. Tidak satupun dari pertanyaan itu berhasil dijawabnya. Dan ketika akhirnya kedua orang itu berjalan melewatinya. Pikirannya menyadari, kebersamaan kedua orang itu memang ditakdirkan, dan ini adalah takdir yang harus diterimanya. Seluruh kekuatan yang ada didirinya runtuh seketika, dan membuatnya terduduk. Satu persatu air mata mengalir pelan dari pelupuk mata dan menuruni pipi lembutnya.
Mengapa harus saat aku menyadari bahwa dia adalah orang yang kucinta?
Mengapa harus Yunhyeong?
Mengapa tidak aku?
Mengapa tidak aku yang terlebih dahulu bertemu dengannya?
Mengata tidak aku yang mengajaknya untuk pergi?
Mengapa ........
Mengapa aku begitu bodoh?
-
Comments