E: Junhoe

Love

Junhoe terbangun dari tidurnya oleh secercah cahaya matahari yang mengintip manja dari celah gorden jendela kamarnya. Beberapa kali kuapan kemudian menjadi hal yang terlihat darinya. Setelah semua kesadaran kembali kepadanya, Junhoe merasakan seluruh tubuhnya terasa pegal. Hasil dari kemarin malam pikirnya. Dan disadarinya bahwa dia tidur tanpa melepas setelan jas bahkan sepatu dan kaus kakinya. Dilihatnya jam yang masih terpasang sempurna di lengan kirinya, pukul delapan. Yang artinya dia hanya memiliki waktu kurang dari satu jam untuk bersiap-siap pergi ke kantor.

Dengan secepat kilat Junhoe berdiri menuju kamar mandinya. Dipandangnya kamar mandinya, ingin rasanya dinikmatinya kenyamanan air panas berwarna kehijauan hasil dari campuran beberapa larutan yang sangat menggoda yang tersedia di depan matanya saat ini. Mungkin pegal-pegal yang kurasakan akan sedikit berkurang bila aku berendam dalam bak itu pikirnya namun dengan cepat digeleng-gelengkan kepalanya, dan pada akhirnya Junhoe hanya mandi dengan shower karena dia tidak memiliki banyak waktu.

Junhoe kini tengah berjalan keluar dari kamarnya, dengan setelan jas rapi, terlihat tampan pada pagi hari adalah moto hidupnya. Bukan hanya itu terlihat tampan sepanjang hari adalah kewajibannya. Kemeja putih sederhana berhasil memperlihatkan lekukan gagah tubuh Junhoe yang terbentuk sempurna, hasil dari olahraga rutin yang dilakukannya. Siapapun yang melihat akan iri dengan kemaskulinan yang terpancar dari badan itu. Tidak lupa gaya rambut yang disisir rapi dan membiarkannya jatuh secara natural tanpa bantuan gel apapun. Junhoe beranggapan dengan apapun gaya rambutnya dia akan terlihat oke, oleh karena itu dia tidak secara khusus memperhatikan gaya rambutnya. Kaki jenjangnya yang dibalut celana kain berwarna hitam terlihat mewah dan serasi dengan sepatu yang dikenakananya. Jasnya berwarna senada dengan celananya masih disampirkan dilengannya. Sang empu sepertinya tidak berniat memasangnya.

Junhoe memasuki ruang makan, disana telah terdapat beberapa pelayan dan pemilik rumah bergaya Korea tahun 1950-an percampuran arsitektur tradisional korea dengan kemewahan barat ini tengah duduk bersama seorang perempuan. Keduanya tengah menikmati hidangan lengkap yang mereka katakan sebagai hidangan sarapan. Terlihat terlalu mewah untuk sebuah sarapan, namun cocok dengan rumah ini. Junhoe terlihat sedikit kaget dengan kehadiran kedua orang itu. Junhoe tidak menyapa keduanya, mungkin lebih tepatnya adalah mengabaikan kehadiran kedua orang itu dan hanya mendekati meja untuk meminum air putih dan mengambil sebuah pir.

“Duduk dan makanlah bersama kami” salah satu dari kedua orang itu berbicara sesaat sebelum Junhoe bergerak menjauh dari meja makan.

“Aku cukup memakan buah ini Abonim.” Jawab Junhoe sambil memperlihatkan buah yang tadi diambilnya.

“Kau harus sarapan dengan benar Junhoe.” Perempuan yang menemani Ayah Junhoe berkata, Junhoe tidak menjawab dan hanya menatap sesaat perempuan itu.

“Aku pergi abonim, aku akan terlambat apabila aku terus disini” Junhoe akhirnya memalingkan badannya dan berjalan keluar. Kedua orang yang berada di dalam ruang makan sepertinya ingin mengatakan sesuatu lagi untuk Junhoe namun Junhoe yang dengan cepat menghilang dari balik pintu membuat keduanya memilih diam dan kembali menikmati sarapan.

Sebuah Porsche hitam yang dikendarai Junhoe keluar dari halaman luas rumah bergaya tradisional tersebut. Dengan kecepatan yang tinggi karena jalan disekitarnya begitu lengang. Rumah besar itu memang berada di lahan pribadi sehingga akses jalan memang diperuntukkan hanya untuk pemilik rumah dan pekerja di dalamnya. Junhoe perlu beberapa menit untuk keluar dari jalan milik pribadi, tepatnya milik keluarga besarnya secara tertulis milik ayahnya. Dan akan segera menjadi miliknya. Akan tetapi mungkin masih perlu menunggu hingga beberapa tahun ke depan karena ayahnya masih terlihat sangat segar bugar. Mungkin karena perempuan itu pikir Junhoe. Ketika akhirnya mencapai jalan umum Junhoe mengurangi kecepatannya karena jalanan Seoul memang padat pada jam-jam seperti sekarang.

Perlu kurang lebih 1 jam untuk Junhoe mencapai gedung kantor miliknya, terima kasih pada kemacetan yang menjebaknya tadi. Pukul 9:10, begitulah yang ditunjukkan oleh jamnya saat ini. Terlambat 10 menit memang bukan big deal untuk dirinya sebagai seorang direktur karena apabila dilihat dari kepemilikan, perusahaan ini miliknya, dia memiliki hak penuh terhadap perusahaan termasuk keterlambatan masuk kerja. Akan tetapi, akal sehatnya selalu beranggapan bahwa terlambat itu sesuatu yang tidak cool. Meskipun, dia memang selalu terlambat, well kebiasaan tidur kebo miliknya memang tidak bisa hilang begitu saja. Masih 50 menit waktunya sebelum meeting dimulai, aku akan mengisi perut dulu pikir Junhoe. Setelah memasuki gedung kantornya dan berbasa basi dengan beberapa karyawan yang dijumpainya. Junhoe berjalan ke arah kafetaria kantor yang juga dibuka untuk umum. Dipesannya secup americano hangat dan roti bakar dengan toping madu dan taburan almond salah satu menu andalan sarapan di kafetaria miliknya dan merupakan resep personal darinya well lebih tepatnya idenya. Pembuat resep tentu pekerjanya. Dinikmatinya hidangan yang telah diantar oleh pelayan kepadanya. Memakan waktu 20 menit untuknya menyelesaikan sarapannya. Ditutupnya majalah yang sedari tadi dibacanya sambil menikmati makanan dan berdiri dari tempat duduknya. Akan tetapi tepat saat Junhoe berdiri seseorang yang memang tengah berjalan kearahnya dan tanpa bisa dihindari keduanya bertabrakan. Dan segelas jus jeruk yang dibawa orang itu tumpah setengahnya ke baju Junhoe.

“YA! Apa yang kau lakukan” Junhoe berteriak kaget ketika dinginnya minuman jus yang dibawa oleh orang tersebut mengenai kulitnya dan mengotori kemeja putihnya. Hampir seluruh bagian depan bajunya yang sebelumnya berwarna putih bersih berwarna seperti yang dapat kalian bayangkan masing-masing. Orang yang diteriaki Junhoe mendelikkan matanya yang besar kepada Junhoe, Junhoe mengartikan itu sebagai tatapan protes dan benar saja.

“Harusnya AKU yang berkata seperti itu!” Orang itu bersuara, tidak sekeras teriakan Junhoe namun cukup keras untuk didengar oleh orang sekitarnya.

“K A U yang menabrakku” Junhoe masih bersuara dengan nyaring yang sama.

“K A U yang berdiri tanpa melihat sekitarmu” Orang itu mengikuti gaya suara Junhoe dengan wajah yang tidak kalah kesal sama seperti Junhoe bahkan mungkin lebih. Wajah Junhoe setelah mendengar perkataan orang itu semakin memerah, menahan marah.

“Aku yang dirugikan disini, tidak seharusnya kau yang marah. Apa kau buta? Tidakkah kau lihat karena kelakuanmu bajuku menjadi seperti ini” Junhoe sepertinya tidak berniat sama sekali menurunkan volume suaranya.

“Itu karena salahmu sendiri! Apabila kau lebih berhati-hati berdiri. Hal ini tidak akan terjadi!” Orang itu terlihat baru saja menyadari bahwa dia telah merugikan Junhoe, karena suara orang itu mulai menurun dan mengesankan ketenangan meskipun ekspresi wajahnya masih terlihat kesal.

“Kau masih menyalahkanku! Apabila kau mengakui kesalahanmu setidaknya aku akan membiarkan dan melupakan kejadian ini. Namun kau tetap menyalahkanku. Kau harus bertanggung jawab terhadap akibat kelakuanmu ini!” Junhoe juga menurunkan volume suaranya setelah disadarinya bahwa orang-orang di dalam kafetaria bahkan beberapa orang yang berjalan di depan kafetaria dengan hanya berpenghalang kaca bening tersebut memandangnya secara sengaja dari luar. Pelayan juga telah mencapainya dan menawarkannya sebuah sapu tangan. Berniat membantu setidaknya menghilangkan sedikit jus dari kemejanya. Diambilnya sapu tangan tersebut dan disodorkan pada orang yang berada dihadapannya memandangnya sinis. Junhoe benar-benar kesal melihat ekspresi wajah orang tersebut.

“Apa?” Ucap orang itu terlihat bingung ketika Junhoe menyurung sapu tangan kepadanya.

“Bersihkan kemejaku dengan sapu tangan ini” Junhoe menampakkan wajah arogannya untuk mengintimidasi orang didepannya. Namun sepertinya tidak efektif yang ada orang didepannya semakin menajamkan matanya yang besar dan semburat kemerahan dipipi orang itu semakin tampak terlihat, tanda kemarahan memuncak.

“Apa katamu! KENAPA HARUS AKU YANG MEMBERSIHKAN KEMEJA BULUKMU ITU! KAU PUNYA TANGAN SENDIRI ATAU KAU LUMPUH TIDAK BISA MEMBERSIHKANNYA SENDIRI?!” Orang itu berteriak marah merasa dipermalukan. Meskipun hanya desisan namun Junhoe mengetahui bahwa orang itu mengatakan “Dasar kurang aja!” belum sempat Junhoe menanggapi kemarahan orang itu. Orang itu menghentakkan kakinya kemudian berjalan menjauh darinya dengan cepat. Lucu sekali pikir Junhoe. Apa yang kupikirkan, orang tidak tau sopan santun seperti orang itu lucu yang benar saja. Junhoe berbicara dalam pikirannya.

Baru saja Junhoe ingin berteriak dan mengejar orang itu meminta pertanggungjawaban atau sekadar permintaan maaf, namun pada titik ini Junhoe menganggap bahwa meskipun orang itu minta maaf padanya Junhoe harus memberinya pelajaran, namun sebuah tangan menghentikannya. Sekretaris Choi yang sedari tadi mengawasi kejadian dari jauh akhirnya mengambil tindakan sebelum Junhoe mempermalukan dirinya sendiri.

“Cepat ganti bajumu. Meeting akan mulai 15 menit lagi.” Ciri khas Sekretaris Choi berbicara seadanya dan sangat seperlunya. Namun Junhoe tidak memberikan perlawanan dan mengikuti ucapan sekretarisnya itu. Berjalan keluar dari kafetaria dan ke arah ruangannya yang berada di lantai 9.

Diruangannya milik Junhoe telah tersedia beberapa stok baju kerja yang memang sengaja disiapkan untuk kejadian-kejadian seperti yang baru terjadi padanya. Memikirkannya saja membuat Junhoe kesal. Bayangan orang itu melayang-layang dipikiran Junhoe.

“Aku akan memberinya pelajaran apabila bertemu lagi dengannya.” Ucap Junhoe sambil mengancing kancing terakhir kemejanya dan memasang jas kemudian merapikan beberapa bagian dan mengecek penampilannya di kaca seluruh badan di ruangannya. Terlihat sempurna. Tidak dengan moodnya. Junhoe masih benar-benar merasa kesal pada orang itu.

“Tingginya sama denganku, mata yang besar,  Dimple kecil disudut mulutnya bahkan ketika marah, pipi chubby yang terlihat cocok pada wajahnya. Imut sekali.” Gumam Junhoe tanpa sadar di depan cermin. Namun sepersekian detik kemudian. “Apa yang kaukatakan barusan. Ada apa dengan otakmu!” Junhoe memarahi bayangannya sendiri yang terlihat di cermin. Setelah beberapa detik memeriksa penampilannya ketokan pada pintunya membuatnya sadar dan bergegas keluar dari ruangan dan berjalan ke arah ruangan meeting.

Junhoe melihat kedalam ruangan meeting dari celah pintu ruangan yang terbuka setengahnya, di dalamnya terdapat 3 orang, satu orang adalah Sekretaris Choi dan kedua orang yang membelakanginya mungkin adalah pihak yang akan bekerja sama dengannya pikir Junhoe. Junhoe merapikan sekali lagi setelan jasnya sebelum memasuki ruangan.

Sekretaris Choi telah melihat kedatangan Junhoe, dan tepat setelah Junhoe memasuki ruangan.

“Nah ini dia orang yang kita tunggu telah datang perkenalkan direktur perusahaan kami, Goo Junhoe” Ucap Sekretaris Choi yang diikuti berbaliknya kedua orang itu menghadap ke arah Junhoe.

Sepersekian detik kemudian...

“KAU!!!!”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nosign
SS for Side Story ^^ Enjoy~~

Comments

You must be logged in to comment
Planetoceng #1
Chapter 24: This is fic so damn lame but i can't stop reading it #junchanmanse #junchanislife cant wait for ur next update thor^^
Planetoceng #2
Chapter 24: This is fic so damn lame but i can't stop reading it #junchanmanse #junchanislife cant wait for ur next update thor^^
holup30 #3
Akhirnya update juga di tunggu lanjutannya
wulaaandari #4
Chapter 24: Majasih udah update :* melly yang terbaik :*
Icecreamlov4 #5
Chapter 23: Ini sudah end kah? Atau masih berlanjut? ><
KingKoong
#6
Chapter 23: “he’uh..”
kok aku ngebayangin muka junhoe pas bilang itu polos2 bingung gimana gitu pasti lucu bgt *3*

Kalo buat junchan perkembangan lebih cepat lebih baik hohohoho ;o
Thanks for the update~
wulaaandari #7
Akirnya mely update, yuhuu
Ini aku baca dari awal sampe akhir senyum terus. Aww this is really sweet. Gimana dong mel aku makin Cinta sama ff ini, tapi aku harus siapin hati buat updaten yang sebulan sekali ;( gpp deh mely uodtr aja udah buat aku seneeeeng, ditunggu yah mel update nya besok. Ini kan short story nya :p
KingKoong
#8
Chapter 22: Lah gatau kenapa baru nemu trus pingin baca fics ini sekarang, langsung cuss dari foreword sampe chapter terakhir dan eng ing eng~~~ man I LOVE THIS SO MUCH~♡
Asli Chanhwan sailing bgt tapi Junchan selalu dihati~♡
update lagi dong~ setelah gagalnya(?) 'kejadian' malem sebelumnya, semoga di next chapter bisa beneran yak xD