Prolog Junhoe 4

Love

Rabu, 26 Januari 2011; Pukul 19:45

15 menit sebelum konferensi pers dimulai, 80 persen masalah telah tercover dengan baik. Dokumen resmi pindah tangan tanah telah di tangan, entah bagaimana ayahnya mendapatkan dokumen ini secepat ini, dia perlu 3 bulan dan itupun belum selesai sampai menimbulkan masalah ini. Media yang sebelumnya memberitakan “Goo Corp. Melakukan Proyek Ilegal” dimana-mana kini sibuk mengupdate perkembangan berita yang dibuat oleh para bawahannya. Kini semua kolom berita berisi tentang konferensi pers yang akan dilakukan kurang dari 15 menit kedepan. Semua kru media dari berbagai outlet media yang ada di Korea telah memenuhi lobi Hotel salah satu aset Goo Corp. Itu. Junhoe sendiri terlihat tenang karena memang begitu seharusnya. Lagi pula tidak ada yang perlu dia khawatirkan saat ini. Kecuali...

“Sekretaris Choi, menurutmu siapa yang membocorkan informasi mengenai proyek ini?” Junhoe membuka pembicaraan. Sekretaris Choi yang sedang sibuk dengan sesuatu di laptopnya menghentikan kegiatannya dan menatap ke arah Junhoe.

“Saya memiliki asumsi namun saya belum dapat mendapatkan fakta mengenai asumsi saya ini.” Jawabnya sembari melanjutkan hal yang dikerjakan di laptopnya.

“Apakah asumsi ini sama dengan hal yang kau beritahukan padaku siang tadi. Kau benar-benar mencurigainya rupanya. Aku tidak membelanya, tapi aku juga tidak ingin kau mencurigainya terlalu dalam.” Apa yang junhoe katakan bertolak belakang dengan apa yang tergambar di wajahnya. Wajahnya terlihat sangat tidak setuju dengan asumsi yang diberikan Sekretaris Choi.

“Aku mengerti tuan muda dia adalah kekasih anda, meskipun ini asumsi tapi asumsiku bukan sembarang asumsi. Aku memiliki fakta, namun tidak cukup kuat itu saja.” Sekretaris Choi menajamkan suaranya, menandakan keseriusannya.

“Menurutku dia bukan orang yang seperti itu, mungkin mereka hanya teman?” Kali ini Junhoe memperlihatkan wajah seperti anak kecil yang sedang mencari alasan untuk tidak dituduh.

Sekretaris Choi melihat Junhoe dari ujung matanya, dan terkekeh pelan. Mendengar itu wajah Junhoe semakin memerah. “Apa yang kau tertawakan Sekretaris Choi!”

“Aku hanya teringat dengan tuan muda saat kecil dulu. Lima menit lagi konferensi akan dimulai tuan muda. Kau harus bersiap-siap.”

Junhoe berdiri mengikuti intruksi dari Sekretaris Choi, sementara Sekretaris Choi mulai disibukkan dengan persiapan konferensi pers, mengintruksi setiap bawahannya dan mengkoordinirnya. Junhoe yang telah mulai berjalan keluar ruangan tempatnya menunggu tiba-tiba berhenti seperti mengingat sesuatu.

“Sekretaris Choi” yang dipanggil hanya menanggapi dengan gumaman.

“Mengenai permintaanmu, kau boleh memeriksa semua rekaman kamera pengawas di mansion.” Selesai mengatakan hal tersebut Junhoe berlalu. Mulut Sekretaris Choi menyunggingkan senyum mendengar perkataan Junhoe.

“Tanpa izinmu pun tuan muda, aku telah memberikan perintah kepada bawahanku untuk memeriksa semuanya. Dan aku telah menemukan fakta menarik.”

Junhoe berhenti di depan sebuah minimarket. Berpikir sebentar, dan dia memutuskan untuk masuk ke dalam mini market tersebut. Tanpa berkeliling-keliling Junhoe berjalan dengan pasti ke arah rak yang berisi rokok, dan mengambil satu kotak. Kemudian diambilnya sebuah botol air mineral. Mengingat dia perlu menyadarkan dirinya dari pengaruh alkohol meskipun dia hanya menyesap sedikit wine tadi tetap saja dia merasakan sedikit tipsy dan berbahaya berjalan sendirian dalam keadaan seperti ini. Setelah membayar barang yang dibelinya di kasir, Junhoe melanjutkan perjalanan tanpa tujuannya. Dinyalakannya satu batang rokok yang baru saja dibelinya, dihirupnya dalam-dalam asap berkandungan nikotin tersebut, dan dilepaskannya perlahan.

“Kenapa kau lakukan itu, Jinhwan.” Gumamnya pelan.

Rabu, 26 Januari 2011; Pukul 20:20

“Pertanyaan terakhir” Pemandu konferensi pers memberikan instruksi. Seluruh wartawan mengangkat tangannya berharap dirinya yang akan terpilih untuk mengajukan pertanyaan. Sebuah outlet terbesar di Korea terpilih untuk pertanyaan terakhir ini.

“Apa yang akan anda lakukan terhadap orang yang bertanggung jawab atas tersebarnya rumor mengenai proyek anda ini?” Jepretan kamera terdengar dimana-mana mengabadikan setiap gerakan yang diperlihatkan oleh Junhoe selaku pemimpin perusahaan dan yang menjadi pusat dari acara konferensi pers ini.

“Jalur hukum mungkin akan sangat menguntungkan saya, akan tetapi saya akan berusaha menyelesaikan ini secara kekeluargaan dengannya.” Junhoe menjawab pertanyaan dengan wajah yang meyakinkan.

Mungkin aku memang harus membawa masalah itu dengan jalur hukum, mungkin aku akan merasa sedikit lebih lega apabila mereka juga menderita sepertiku. Junhoe menggumam dalam hati. Namun, di dunia ini penyesalan hampir selalu datang terlambat, dan tidak ada satupun ilmuwan yang berhasil menemukan cara untuk memutar waktu. Junhoe hanya mendesah pelan sambil menghisap nikotin pada rokoknya sekali lagi.

Rabu, 26 Januari 2011; Pukul 20:40

Dua laki-laki sedang berada di dalam sebuah mobil, yang satu berpenampilan sangat necis, yang satu meskipun sedang musim dingin dia menggunakan shirt tanpa lengan dan terlihat sangat bebas; artikan ini sebagai sesuatu yang berantakan. Musik hiphop bervolume tinggi menggema dalam mobil dan keduanya bernyanyi mengikuti lagu dengan semangat.

Dari ujung matanya Laki-laki berpakaian necis melihat layar handphonenya yang tiba-tiba menyala. Takut apabila ada berita penting, dijangkaunya handphonenya dan ada sebuah email masuk. Dari sekretaris Choi begitulah yang terlihat di layar handphone. Subject bertuliskan Cr untuk Criminal. Junhoe yang mengerti maksud dari sekretarisnya lebih tepatnya nannynya sejak masih belia, membuka email itu dan membacanya dengan seksama. Terdapat video sematan yang dikirimkan padanya, dia mengenal dengan baik orang yang kini berada di layar handphonenya. Hanya saja dia tidak mempercayai ini. Laki-laki satunya yang sedari tadi masih menikmati musik sambil melihat kearah luar jendela menikmati dunia malam kota Seoul menyadari perubahan dari temannya.

“apa itu? Kau menonton o saat menyupir, kau nakal sekali Junhoe!” Laki-laki berantakan itu tertawa, namun hanya bertahan sebentar. Lawan bicaranya sama sekali tidak memberikan tanggapan apapun untuk leluconnya. Dia akhirnya memilih diam dan menunggu Junhoe berbicara padanya.

“Kau tau hyung, aku sangat bersyukur kau kembali ke Seoul di saat seperti ini. Kau mungkin takdirku” Ucap Junhoe akhirnya setelah beberapa saat tidak ada suara apapun di mobil itu selain lantunan lagu dari pemutar musik.

“Mungkin saja, tapi aku tidak ingin menjadi takdirmu, kau tau.. kau tidak memiliki dada. Aku tidak tertarik.” Laki-laki berantakan mencoba menghangatkan suasana dengan melontarkan guyonannya. Dan hal itu berhasil. Junhoe terlihat terkikik pelan disebelahnya.

Junhoe mulai bercerita panjang lebar selama perjalanan mereka ke tempat tujuan mereka, restoran korea yang terkenal di daerah Itaewon.

“apakah kau benar-benar mendengarkanku Jiwon Hyung?” Junhoe menggerutu.

“Tentu saja. Ceritamu benar-benar seperti drama. Aku menjadi mengantuk.” Jiwon mengatakannya sambil menguap lebar menandakan dirinya benar-benar merasa mengantuk.

“Aku bisa mengirimmu lagi ke Amerika Hyung.” Jiwon tertawa mendengarnya.

“Kau ingin advis dariku? Kau hanya perlu meninggalkannya.”

Yang Jiwon Hyung katakan itu benar, hal ini tidak sesulit itu, aku hanya perlu meninggalkannya, dan aku meninggalkannya. Tapi kenapa setiap tanggal yang sama aku merasakan diriku terjebak di masa itu lagi. Apakah aku segitu mencintainya? Junhoe berbicara dalam pikirannya.

“Kurasa tidak” Junhoe bergumam pelan.

Rabu, 26 Januari 2011; Pukul 21:00

Parkiran restoran tradisional korea di daerah Itaewon itu terlihat sangat ramai, namun bukan pemandangan yang tidak biasa karena restoran itu memang sangat terkenal. Sehingga tidak aneh apabila pengunjungnyapun banyak. Junhoe dan Jiwon memasuki parkiran restoran tersebut, mereka tidak takut tidak kebagian tempat karena mereka telah melakukan reservasi sebelumnya. Sesaat sebelum Junhoe keluar dari mobilnya dia melihat sebuah mobil yang dia tidak kenal namun orang yang berada di dalamnya. Dia mengenali mereka bedua. Junhoe terlihat sangat terkejut dan terdiam cukup lama membuat Jiwon yang telah berada di luar mobil mengetuk-ngetuk jendela mobil menyuruh Junhoe untuk turun.

Junhoe akhirnya turun dari mobil, “Kau duluan masuk ke ruangan yang sudah kupesan atas namaku hyung. Aku akan segera menyusulmu.”

“Jun...” belum sempat jiwon berkata apapun Junhoe telah berlari kecil meninggalkan Jiwon sendirian di area parkir.

Junhoe memasuki restoran dengan tenang meskipun sebelumnya dia berlari. Dia terlihat mengikuti dua orang yang kini masuk ke salah satu ruangan VIP di restoran tersebut. Junhoe berjalan perlahan mendekati ruangan itu. Junhoe terlihat bingung dan hanya berdiam diri di depan pintu selama lima menit lebih. Junhoe mendapatkan ide saat melihat seorang pelayan melintasinya. Junhoe berjalan menjauhi ruangan dan menunggu dari jarak beberapa meter dari ruangan tersebut. Dilihatnya seorang pelayan membawakan baki pesanan yang bertuliskan nomor ruangan yang sangat ingin ia masuki. Lalu Junhoe bergegas mendekati pelayan tersebut.

“Maaf agashi, biarkan aku yang mengantar baki ini. Aku teman orang yang ada didalam ruangan ini. Aku ingin memberikan mereka suprise dengan kedatanganku.” Ucapnya. Pelayan memberikan tatapan penuh curiga pada Junhoe, namun Junhoe meyakinkan pelayan tersebut bahwa dia tidak bermaksud jahat terhadap orang yang ada di dalam ruangan. Junhoe memperlihatkan foto di dalam handphonenya, foto dirinya dan kedua orang di dalam ruangan itu. Kemudian dirinya dengan membawa baki makanan pembuka memasuki ruangan dengan wajah yang tidak dapat diterjemahkan.

Junhoe tersenyum pahit mengingat penggalan memorinya. Kini Junhoe telah berada di dalam sebuah kafe. Di hadapannya sebuah kopi hitam terjadi dengan kepulan uap panas yang keluar. Kopi itu hanya dipandanginya. Matanya tidak ditempat itu. Junhoe terlempar kembali kemasa yang tidak menyakitkan untuknya hanya saja, dia tidak dapat berhenti memikirkannya.

Rabu, 26 Januari 2011; Pukul 21:10

“Hai”

Junhoe tersenyum melihat ekspresi kedua orang yang ada dihadapannya sekarang. Saat salah satu dari kedua orang itu membuka mulutnya. Junhoe terlebih dahulu menghentikannya.

“Kalian tidak perlu mengatakan apapun padaku. Aku hanya mengantarkan makanan ini untuk kalian nikmati. Kuharap kalian tidak salah paham dengan kedatanganku.” Junhoe meletakkan baki makanan di meja. Junhoe kemudian berbalik untuk berjalan keluar. Namun Junhoe menghentikan langkahnya dan berbalik.

“Kalian boleh bersama, tapi akulah yang tetap menang disini. Selamat menikmati makanannya Jinhwan dan Hanbin.”

Bohong apabila aku mengatakan moment itu tidak menyakitiku. Pikir junhoe. Junhoe menyesap kopinya. Menikmati rasa pahit yang kini menyerang lidahnya.

Rabu, 26 Januari 2011; Pukul 21:15

Junhoe sedang mengendarai mobilnya, baru saja dia memutar balik arah mobilnya. Karena dia baru saja menyadari bahwa dirinya meninggalkan sesuatu di restoran tersebut. Lebih tepatnya seseorang yang dia tinggalkan. Handphonenya berisi banyak pesan yang isinya hampir sama. “Kemana kau, cepat kesini atau akan kumakan semua makanan ini” atau “akan kubunuh kau bila kau tidak datang dalam 5 menit lagi”. Dan orang yang sama yang mengirimnya.

Junhoe sudah memasuki jalan utama Itaewon, namun yang dia dapati adalah kemacetan panjang. Jiwon yang sedang dalam sambungan teleponnya menggerutu heboh karena kelakuannya yang meninggalkan temannya sendiri karena sedang “Patah hati”.

Lima menit berlalu tanpa ada tanda-tanda mobilnya akan berjalan secentipun. Sekeliling mobilnya ribut mempertanyakan ada apa gerangan yang terjadi di depan sana. Sementara Junhoe sendiri hanya diam termangu tidak mempedulikan sekitarnya bahkan tidak merasa terganggu sedikitpun dengan keributan yang ada. Kejadian yang dia alami dalam satu hari ini sudah cukup membuatnya berpikir keras. “Mengapa semua terjadi secara sekaligus dalam sehari” Pikirnya dalam hati. Lamunannya berlanjut sampai dirinya disadarkan oleh bunyi ambulance yang lewat disampingnya dari arah yang berlawanan.

“Seseorang sedang mengalami kesedihan, sama sepertiku.” Junhoe bergumam.

Sedih? Hati kecil Junhoe berkata.. Mengapa justru hampa yang kurasakan?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nosign
SS for Side Story ^^ Enjoy~~

Comments

You must be logged in to comment
Planetoceng #1
Chapter 24: This is fic so damn lame but i can't stop reading it #junchanmanse #junchanislife cant wait for ur next update thor^^
Planetoceng #2
Chapter 24: This is fic so damn lame but i can't stop reading it #junchanmanse #junchanislife cant wait for ur next update thor^^
holup30 #3
Akhirnya update juga di tunggu lanjutannya
wulaaandari #4
Chapter 24: Majasih udah update :* melly yang terbaik :*
Icecreamlov4 #5
Chapter 23: Ini sudah end kah? Atau masih berlanjut? ><
KingKoong
#6
Chapter 23: “he’uh..”
kok aku ngebayangin muka junhoe pas bilang itu polos2 bingung gimana gitu pasti lucu bgt *3*

Kalo buat junchan perkembangan lebih cepat lebih baik hohohoho ;o
Thanks for the update~
wulaaandari #7
Akirnya mely update, yuhuu
Ini aku baca dari awal sampe akhir senyum terus. Aww this is really sweet. Gimana dong mel aku makin Cinta sama ff ini, tapi aku harus siapin hati buat updaten yang sebulan sekali ;( gpp deh mely uodtr aja udah buat aku seneeeeng, ditunggu yah mel update nya besok. Ini kan short story nya :p
KingKoong
#8
Chapter 22: Lah gatau kenapa baru nemu trus pingin baca fics ini sekarang, langsung cuss dari foreword sampe chapter terakhir dan eng ing eng~~~ man I LOVE THIS SO MUCH~♡
Asli Chanhwan sailing bgt tapi Junchan selalu dihati~♡
update lagi dong~ setelah gagalnya(?) 'kejadian' malem sebelumnya, semoga di next chapter bisa beneran yak xD