LOVE 4

Love

LOVE 4

-Chanwoo-

Chanwoo tidak pernah menyangka bahwa pada akhirnya dia harus berangkat ke Jeju sendirian. Dan masih segar diingatannya bagaimana dengan gampangnya Donghyuk mengatakan bahwa dirinya tidak bisa mengikutinya ke Jeju. Oke dia tidak bisa disalahkan, aku yang salah apabila memaksanya untuk ‘liburan’ denganku ketika keluarganya dari Amerika mengunjunginya. Tapi, tapi,tapi kan gak sendirian juga pikirnya.

Chanwoo memandang di sekitarnya. Banyak pasangan. Wajar memang, Jeju yang kita bicarakan disini. Dan chanwoo merasa lebih buruk daripada sebelumnya bahwa fakta dia sendirian. Mending kalau Chanwoo menggunakan pakaian yang sedikit lebih formal maka ia akan dikira sedang perjalanan bisnis. Namun pakaiannya saat ini jeans belel dengan hoodie tidak membantu sama sekali. Chanwoo merasa dirinya sedang mengumumkan secara tidak langsung bahwa dirinya sedang dalam perjalanan liburan dan sendirian... dan itu artinya dia single. Menyedihkan pikirnya.

Semakin dipikirkan Chanwoo semakin menyadari bahwa ada beberapa orang yang menatapnya dengan tatapan aneh. Apakah aku segitu anehnya? I mean.. are they don’t know about backpacker vacation? Sebegitu menyedihkan kah aku kelihatannya. Pada akhirnya Chanwoo memasang headphonenya di putarnya lagu dengan volume yang bisa saja menulikan telinganya. Namun tetap tidak dikuranginya volume lagu tersebut karena dia tidak ingin merasa hal lain selain lagu itu. Tidak dengan perasaannya yang campur aduk saat ini.

Baru saja ia merasakan bahwa sebuah kenangan lama menganggunya. Dan dia tidak dapat membiarkan dirinya terlempar kedalam kenangan itu, tidak saat ini, dan tidak di saat Donghyuk tidak berada di sampingnya. Hanya akan memberikannya hal lebih memalukan daripada keadaannya saat ini.

Sudah hampir 30 menit berlalu sejak waktu perjalanan yang dijanjikan, namun karena musim dingin dan badai salju turun di Jeju membuat penerbangan di tunda. Hal ini tidak membuat Chanwoo merasa lebih baik. Masih dengan headphone ditelinganya dan lagu yang terus berganti semenjak tadi dari hardcore sampai blues yang berhasil membuatnya merasakan kantuk sesaat dan tersentak sesaat kemudian karena variety dari playlist lagunya benar-benar sesuatu yang menarik. Dan kini ia sedang membaca sebuah pesan yang masuk beberapa saat yang lalu. Donghyuk yang mengirimkan pesan itu. Menanyakan apakah perjalanannya menyenangkan? Dan pesan itu hanya membuat mood Chanwoo semakin memburuk dan dalam hati Chanwoo berjanji akan memberikan Donghyuk pelajaran dengan membiarkannya memasak untukku satu minggu penuh! Dia akan sangat membenci itu aku yakin. Namun kalimat di akhir pesan itu membuat mood Chanwoo sedikit melembut.

Ibu dan Adikku akan pulang hari ini, kurasa aku akan menyusulmu.

Dan hal itu membuat Chanwoo bersemangat lagi. At least, dia hanya akan merasakan kesendirian ini sampai paling tidak besok pagi. Dan Chanwoo mulai membuka notebook kecil yang memang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Entah itu untuk menulis schedule sampai apabila ia mendapatkan inspirasi tiba-tiba, ia akan menggambar hal itu sementara di notebook itu. Notebook ini sedikit banyak dapat dibilang sebagai harta karun miliknya. Lagu di headphonenya diberhentikan dan dibukanya menu browser di handphonenya dan mulai mencari pilihan destinasi yang bisa ia lakukan sendirian hari ini di Jeju. Dan yang akan dilakukannya besok berdua dengan Donghyuk. Senyum simpul tercetak indah di wajahnya, menandakan moodnya kembali.

Ketika akhirnya ia menyelesaikan upcoming schedulenya di Jeju, pemberitahuan bahwa penerbangan akan segera dilakukan bergema di ruang tunggu. Membuat Chanwoo serentak berjalan ke arah penyerahan tiket dan berjalan gontai ke dalam pesawat.

Tidak banyak yang bisa ia lakukan di dalam pesawat, karena ia tidak mungkin bermain game dalam pesawat itu membuatnya menjadikan pesawat sebagai salah satu transportasi yang tidak ia sukai. Well dia bisa bermain game yang tidak memerlukan jaringan internet, namun.. game yang ia gandrungi saat ini adalah game online yang sudah pasti memerlukan internet. Dan dari pada ia bermain game biasa yang malah dapat membuatnya semakin ingin membuka game online itu. Ia memilih membuka beberapa koleksi komik yang sengaja ia bawa untuk mengisi waktu. Untunglah penerbangan ke Jeju tidak memerlukan waktu berjam-jam kalau tidak Chanwoo perlu membawa koleksi komiknya hingga satu lemari, karena perjalanan singkat ke Jeju saja telah menbuat Chanwoo membawa satu tas komik. Salah satu alasan ia melakukan ini adalah.. bahwa ia tidak ingin pikirannya terlalu melayang.

Satu persatu penumpang pesawat berdatangan dan memenuhi tempat duduknya masing-masing. Chanwoo dapat merasakan bahwa suasana disekitarnya sudah sangat ramai. Masing-masing berbicara dengan orang di sebelahnya. Chanwoo sengaja memesan tiket yang lain selain yang diberikan oleh Junhoe sialan itu. Dan memilih kelas ekonomi karena ia mencari keributan ini. Menurutnya ada romansa tersendiri dari perbincangan yang sahut menyahut itu, atau mungkin lebih tepatnya adalah bahwa Chanwoo tidak ingin terjebak dengan pikirannya sendiri. Lebih baik berpikir seperti itu, karena apabila melihat orang kebanyakan. Siapa yang akan menolak ketenangan dan kenyamanan kelas bisnis dan menggantinya dengan kelas ekonomi? Orang bodoh juga dapat memilih yang mana yang lebih menguntungkan. Sedang Chanwoo. Well begitulah Chanwoo. Dia hanya tidak ingin sendirian.

Hanya perlu beberapa menit penumpang telah memadati pesawat dan Chanwoo menebak akan pesawat akan segera berangkat namun hingga 10 menit berlalu. Bahkan banyak yang telah mempertanyakan ke para pramugari mengapa pesawat tidak juga take off. Para pramugari itu dengan wajah manis dan senyum yang selalu mengembang menjawab dengan lembut bahwa pesawat masih menunggu giliran untuk take off. Chanwoo sendiri mulai merasa tidak nyaman karena semakin lama di pesawat perasaannya semakin tidak karuan. After all, bener kata donghyuk ini adalah ide yang buruk. Tidak seharusnya aku ada disini. Pikirnya.

Bangku di samping Chanwoo kosong. Padahal sepertinya penerbangan kali ini penumpangnya full. Namun bangku disampingnya masih saja kosong bahkan ketika pesawat menunda penerbangan 45 menit totalnya terhitung hingga saat ini. Masih tidak ada tanda-tanda akan take off, protes mulai bermunculan lagi. Benar saja Incheon adalah bandara yang sibuk. Namun apa benar jadwal penerbangan bisa kacau seperti ini. Untuk apa penumpang dimasukkan ke dalam pesawat lebih dahulu kalau masih menunggu giliran lepas landas. Bukankah jauh lebih etis untuk membuat penumpang menunggu di ruang tunggu pesawat yang lebih nyaman. Sejak kapan Incheon menjadi sangat tidak kompeten. Chanwoo mulai tergelitik untuk melakukan protes juga. Namun pada akhirnya ia memilih untuk kembali terfokus pada komiknya. Dan lagu bervolume keras tepat di telinganya.

Sebuah lagu telah habis dan baru saja lagu yang lain mulai terputar, Chanwoo dapat melihat bahwa seorang pramugari mengarah ke pintu pesawat yang sejak tadi ditutup. Pramugari itu membuka pintu pesawat yang membuat orang-orang di dalam pesawat berbisik riuh. Beberapa diantaranya bahkan mengucapkan kekhawatiran adanya kerusakan di pesawat atau semacam itu. Chanwoo pun mulai memikirkan hal-hal negatif juga, ketika akhirnya seorang dengan setelan jas lengkap memasuki pesawat bersama dengan pramugari yang berjalan di belakangnya membuat pikiran negatif tidak hanya Chanwoo penumpang lainnya juga berkurang dapat terlihat beberapa wajah lega. Melihat laki-laki itu memasuki pesawat membuat pramugari lain mulai bersiap-siap untuk memulai instruksi membawa peralatan instruksi keselamatan penerbangan dan berjalan di belakang laki-laki itu. Chanwoo sendiri yang sebelumnya tidak tertarik sama sekali dengan orang itu, dan hanya berpikir bahwa orang itu adalah mungkin alasan utama mengapa pesawat tidak juga lepas landas. Mungkin orang penting.. setelan jas dan penampilannya orang itu membuat Chanwoo yakin. Namun.. mengapa orang penting itu berada di kelas ekonomi?? Semakin dekat orang itu dengan deretan bangku Chanwoo, chanwoo merasa jantungnya semakin berdegub kencang. Jangan bilang..

Chanwoo masih tidak terlalu jelas melihat wajah orang itu karena ketika orang itu cukup dekat dengannya untuknya dapat melihat wajahnya. Orang itu menunduk membenarkan dasinya, membuat Chanwoo kesulitan untuk mengenali. Yang pasti dilihat oleh Chanwoo bahwa orang penting ini tidak membawa apapun selain dirinya, tidak juga tas kecil. Orang itu semakin dekat.. dan

Chanwoo membelalakkan matanya.. ternyata apa yang ditakutinya terjadi. Orang terakhir yang diharapkan menempati bangku kosong di sebelahnya telah berdiri menghadapnya dan bersiap duduk di sebelahnya. Memberinya sebuah senyuman yang membuat Chanwoo semakin kaget.

“Goo Junhoe-Ssi!” Ucapnya lirih tidak percaya dengan penglihatannya sendiri.

“Hai!” Sapa orang itu enteng. Mendengar itu, Chanwoo hanya membalasnya dengan desahan keras, tanda kekesalannya mulai memuncak.

 

-Junhoe-

Sekretaris Choi membelalakkan matanya ketika ditemukannya tidak ada tanda-tanda ada manusia yang menempati kamar yang dimasukinya ini. Hari masih sangat pagi dan sekretaris Choi tahu benar kalau orang yang menempati kamar ini biasanya masih tidur di jam seperti ini. Masih pukul 8 pagi seperti yang tertera jelas di jam tangannya.

Yang ditemukannya hanya sepucuk surat seadanya yang di tulis di note milik hotel, jelas sekali siapa yang menulis itu. Tulisan berantakan yang sangat ia kenal. Siapa lagi kalau bukan Goo Junhoe.

Kau urus sisanya ^^

Hanya satu kalimat yang tertulis disitu, namun sekretaris Choi sudah dapat menebak apa yang sebenarnya terjadi. Namun yang tidak habis dia pikir. Sekretaris Choi tahu benar bahwa Junhoe pasti kembali ke korea saat ini. Dan mendatangi Jung Chanwoo. Dia tau itu, namun alasan Junhoe merelakan bisnisnya masuk ke dalam taraf berbahaya hanya untuk seorang laki-laki yang Sekretaris Choi tau bahwa mereka baru saja berkenalan beberapa hari yang lalu bahkan dengan cara yang seharusnya tidak membuat Junhoe terlihat tergila-gila dengan orang itu. Mereka bertemu, dan pertemuan pertama adalah sebuah pertengkaran. Dan bagaimana bisa kelanjutan dari pertengkaran itu menjadi seperti ini... bukankah ini terlalu cepat. Apa yang sebenarnya Junhoe pikirkan? Dasar bocah sialan.

-

Shanghai, 29 Januari 2016; Pukul 21:48.

“Yeobseo?” ucap seseorang setelah beberapa dering telepon. Mendengar suara dari telepon itu membuat Junhoe hampir saja meloncat dari sofa yang ia duduki saat ini.

“Chanwoo?” perasaan senang Junhoe terdengar dari cara ia memanggil Chanwoo.

“Emm.. ada apa?” Junhoe dapat mendengar perasaan dingin dari Chanwoo hanya dari suaranya.

“Aku minta maaf soal well.. sudah kutulis di surat. Kau tidak marah bukan?”

“Buat apa saya marah. Saya berterima kasih rancangan saya telah diperiksa bahkan dikoreksi.”

“Tidak masalah, soal jalan-jalan kita...” Degupan jantung Junhoe dapat terdengar perlahan-lahan menjadi lebih cepat dari biasanya. Ia berharap bahwa orang yang sedang diteleponnya tidak akan menjawab hal yang tidak dia inginkan.

“Itu juga tidak masalah bagi saya, saya akan tetap pergi. Karena ini kesempatan langka mendapatkan liburan gratis dengan fasilitas lengkap seperti ini. saya ucapkan terima kasih” Junhoe merasa lega, ia mendesah tanpa suara.

“Benarkah. Aku akan datang secepatku bisa!” Junhoe terdengar sangat bersemangat.

“Apakah ada yang lain? kalau tidak ada saya tutup.” Junhoe yang baru saja sumringah mendengar ucapan chanwoo menjadi terlihat sedikit kecewa.

“Iya tidak ada. Aku tidak sabar untuk ....” tut..tut..tut.. “... bertemu denganmu” ucap Junhoe lirih. Meskipun Junhoe merasa kesal karena teleponnya tiba-tiba ditutup, namun senyum kecil tetap terpasang di wajahnya.

“dia akan tetap pergi?! Aku harus pergi dengannya. Bagaimana pun caranya.” Junhoe mulai melakukan sesuatu di handphonenya. Dilayar terlihat bahwa dia sedang memeriksa jadwal penerbangan dari Shanghai kembali ke Incheon. Yang artinya Junhoe benar-benar serius untuk mendatangi Chanwoo.

Jam hampir menyentuh tengah malam ketika Junhoe berbicara dengan seseorang melalui telepon.

“Bisakah kau carikan apakah orang yang bernama Jung Chanwoo masih akan berada di penerbangan kalian besok ke Jeju, kelas bisnis?” Ucapnya santai sambil menyeruput wine di tangannya.

“Iya pak. Akan saya cari di data penumpang. Tunggu sebentar.” Sahut orang yang berada di seberang telepon. Setelah beberapa saat “Benar pak, ada yang bernama Jung Chanwoo dalam daftar penumpang, namun bukan di kelas bisnis. Namun kelas ekonomi pak.”

“Benarkah?”

“iya benar pak.. saya mengatakan yang sejujurnya”

“Kalau begitu, uruskan tiket saya besok, tempat duduk tepat di sebelah orang itu.” Junhoe berkata dengan tegas.

“Tapi pak..”

“apabila ada orang yang telah memesan tiket di sebelah orang itu, tukarkan tiket orang itu menjadi tiket saya di kelas bisnis.” Orang yang sedang berbicara dengan Junhoe di telepon terdengar suara ‘emm’ yang artinya kemungkinan bahwa hal itu mungkin akan sulit dilakukan namun Junhoe terlebih dahulu mengatakan “saya tidak menerima kata tapi lagi” yang membuat orang di seberang telepon akhirnya hanya menjawab “Baiklah pak, akan saya usahakan” dengan lemah.

“Apakah ada lagi pak?” ucapnya.

“Tidak ada..” Namun Junhoe tiba-tiba teringat sesuatu. “Jangan terbangkan pesawat hingga aku datang.” Ucapan Junhoe membuat orang di seberang telepon mengepalkan tangannya kaget sekaligus kesal dengan permintaan sepihak dari Junhoe.

Orang itu mengerti bahwa ia tidak akan dapat berbuat banyak untuk menolak permintaan dari Junhoe, salah satu pemegang saham tertinggi di perusahaan penerbangan tempatnya bekerja. Namun, sebagai seorang pemberi jasa ia tidak dapat mengorbankan banyak penumpang lain untuk permintaan egois satu orang. “Saya rasa hal itu akan sulit dilakukan pak”

“Saya sudah bilang untuk tidak mengatakan tapi padaku bukan? Atau aku perlu untuk secara pribadi menghubungi perusahaan pusat kalian untuk permintaan ini?” Junhoe berdecak kesal.

“Tidak pak.. tidak perlu. Akan saya usahakan” pada akhirnya orang itu tidak dapat membantah ucapan Junhoe. Karena ia tau. taruhannya adalah pekerjaannya ini.

“Bagus” hanya satu kata itu akhirnya Junhoe menutup telepon itu. Dan berbanding terbalik dengan orang yang diteleponnya yang pasti sedang merasa pusing tujuh keliling dengan permintaan junhoe, junhoe sendiri langsung merebahkan dirinya merasa puas dengan apa yang dilakukannya. Junhoe tersenyum dan mulai memejamkan matanya. Namun ia teringat bahwa ia perlu untuk menyetel alarm atau ia akan terlambat ke bandara untuk penerbangannya kembali ke korea.

-

Alarm berbunyi keras di dalam sebuah kamar hotel, disana terlihat junhoe yang memperlihatkan wajah kesal karena tidurnya terganggu. Namun tidak beberapa lama ia bangun dan bergegas mempersiapkan diri. Hanya perlu 15 menit untuknya bersiap-siap. Di jam dinding yang ada di kamar hotel itu menunjukkan pukul 5:00. Dan Junhoe segera bergegas pergi ke bandara. Masih terlalu pagi. Namun di depan hotel telah ada sebuah taksi yang memang ia pesan sebelumnya untuk menjemputnya dan mengantarnya ke Bandara.

Memerlukan waktu kurang lebih 3 jam kemudian Junhoe akhirnya menginjakkan kakinya di bandara Incheon. Pukul 09:10 begitulah yang ada di jam tangannya. Sudah lewat dari 40 menit dari jam keberangkatan awal pesawat yang sedang dikejarnya. Namun ia yakin bahwa pesawat itu menunggunya. Semakin mendekati pesawat perasaan Junhoe semakin tidak karuan. Pegawai dan awak pesawat menyambutnya dengan ramah ketika ia sudah berada di depan pintu pesawat.

Junhoe masuk ke dalam pesawat dan matanya mulai mencari-cari keberadaan orang yang membuatnya melakukan hal yang lumayan gila dari kemarin malam. Meninggalkan bisnisnya dan mengorbankan waktu banyak orang hanya untuk dirinya menemui orang ini. Hanya junhoe yang bisa.. dan

Dapat dilihatnya seseorang yang tengah asik dengan sesuatu ditangannya, bibir kecil orang itu bergerak seperti menyanyikan sesuatu. Junhoe yakin karena telinga orang itu sedang ditutupi oleh headphone. Orang-orang disekitarnya berbisik sambil menatapnya sesekali, namun Junhoe tidak mempedulikan hal itu. Yang ia pedulikan hanya orang yang kini menatapnya namun Junhoe yakin bahwa orang itu masih belum mengenalinya karena orang itu terlihat bertanya-tanya. Hanya tinggal beberapa kursi lagi, Junhoe memutuskan untuk memperbaiki dasinya yang sebenarnya tidak ada yang salah dengan dasi itu. Ia hanya memerlukan jeda waktu untuk mengatur detak jantungnya. Yang ia sendiri tidak mengerti mengapa detak jantungnya berdegup begitu cepat hanya karena orang itu.

Ketika akhirnya Junhoe berada di sebelah kursi tempatnya akan duduk, Junhoe melihat mata besar cantik milik orang yang dihadapannya membelalak indah, menandakan bahwa orang itu kaget melihatnya. Junhoe hanya tersenyum melihat itu.

“Goo Junhoe-Ssi.” Ucap orang itu lirih.

“Hai!” junhoe membalas dengan nada yang terdengar riang. Bahagia bahwa ia akhirnya dapat bertemu dengan orang ini. Sedang orang yang dia sapa mendesah kesal. Yang memberikan efek sebaliknya ke Junhoe. Junhoe tertawa dibuatnya.

 

-

Suara mesin pesawat semakin keras terdengar, suara yang memekakan telinga. Pertanda pesawat akan segera lepas landas. Sementara dua orang yang duduk berdampingan di dalam pesawat itu. Yang satu terlihat kesal sambil menatap ke arah luar jendela. Yang satu sedang memilih komik-komik dalam sebuah tas ransel. Yang sepertinya bukan miliknya. Tentu saja, karena itu adalah milik orang di sebelahnya yang kini menatapnya dengan wajah ‘aku akan benar-benar membunuh orang ini suatu saat nanti’, namun ia tidak dapat melakukan apapun.

Orang yang sedang membuka beberapa komik itu terus menyeloteh menanyakan soal komik-komik itu. Dan mungkin soal-soal lain yang terdengar seperti suara semut di TV yang antenanya rusak oleh Chanwoo. Meskipun chanwoo dengan sangat jelas memberikan tanda bahwa dirinya tidak ingin diganggu, namun junhoe benar-benar membuat dirinya ingin kehilangan kesabaran dengan terus saja berbicara. Pada akhirnya ia memilih untuk mengacuhkan junhoe sama sekali dan menaikkan volume musik di telinganya.

Sementara disudut pandang Junhoe, Ia mengerti bahwa Chanwoo sangat kesal padanya. Namun ia tidak dapat berhenti berbicara dengan laki-laki itu. Dia ingin mengetahui lebih banyak tentangnya, dan caranya adalah yang saat ini ia lakukan. Tanpa disadari entah sejak kapan ketika Junhoe menengok ke arah Chanwoo. Orang yang berada disebelahnya telah tertidur dengan wajah yang sangat.. sangat polos. hampir saja tangan junhoe bergerak untuk membelai pipi nan ranum meskipun bahkan tidak seputih kulitnya, junhoe yakin pipi itu pasti rasanya sangat lembut. Gerakan kecil dari sang empunya pipi membuatnya menghentikan gerakan tangannya. Dan tidak jadi menyentuhnya. Junhoe terlihat tidak ingin membuat orang yang disebelahnya itu terganggu tidurnya.

“Senang bertemu denganmu lagi.” Ucapnya lirih sambil menyampirkan jasnya ke Chanwoo dan tersenyum lembut kearahnya.

-

Chanwoo membuka matanya tepat ketika semua orang sibuk bersiap-siap untuk turun dari pesawat. Dan yang ia lihat pertama kali adalah sebuah sosok yang berdiri dihadapannya sedang melakukan atau mengambil sesuatu, dengan setelah putih dan celana abu-abu. Karena pusing dan mual yang tiba-tiba menyerangnya saat ia bangun tadi, ia tidak dapat berpikir jernih dan matanya blur. Ia tidak dapat melihat dengan jelas.

Setelah sekian detik mata chanwoo mulai dapat melihat dengan jelas, seorang laki-laki dengan kemeja putih. Tangan kemeja itu terlipat rapi hingga ke siku. Membuatnya semakin terlihat menarik. Gagah sekali pikir chanwoo. Dengan jetlag dan rasa kantuknya tanpa ia sadari chanwoo mengucapkan sebuah kata lirih.

“Cheonsa?”

Sangat lirih namun cukup untuk sosok didepannya mengalihkan wajahnya dari bagasi ke arah chanwoo dan tersenyum padanya. “ah kamu sudah bangun, kita sudah sampai.” Ucapnya lembut. Namun ucapan orang itu membuat Chanwoo tersadar sepenuhnya. Dan memekik kecil karena menyadari bahwa dia tengah memeluk sebuah jas dan ia teringat dengan apa yang dipikirkan serta diucapkannya beberapa saat yang lalu.

Pekikan itu membuah Junhoe kaget dan terlihat khawatir. “ada apa? Apa ada yang sakit?” ucapnya masih dengan suara lembut. Yang dapat membuat siapapun meleleh tak terkecuali Chanwoo. Namun ia merasa tidak nyaman dengan perubahan sikap Junhoe pada dirinya sehingga membuatnya menganggap junhoe sedang bermain-main dengannya.

“Jasmu. Itu mengangguku.  Baunya sangat tidak enak!” ucapnya kesal, namun dalam hatinya muncul pertanyaan besar mengapa ia tertidur tadi? Bukankan ia tidak pernah sekalipun mampu tertidur bahkan perjalanan ke belahan bumi lain yang membutuhkan waktu belasan jam ia tidak sekalipun tidur. Dan mengapa hari ini? dan dia tidak bergadang sebelum. Dia tidak lelah. Lalu mengapa? Ditatapnya orang dihadapannya yang sedang mencak-mencak pasti karena ucapannya tadi. Karena dia? Tidak mungkin. Siapa dia!

“Cepat berdiri” Ucap Junhoe terdengar sedikit dongkol. Namun belum sempat chanwoo berdiri dari tempat duduknya. Junhoe telah berjalan keluar lebih dahulu dengan membawa semua barang-barangnya. Bahkan ranselnya tersampir di bahu laki-laki itu.

“YA! Junhoe-Ssi mau kau bawa kemana barang-barangku” chanwoo sedikit berteriak sambil berjalan mengejar junhoe yang kini telah berada di luar pesawat. Setelah Chanwoo berada di dekatnya Junhoe berkata “Aku yang akan membawa barang ini sampai kita ke hotel. Karena aku yakin kamu sudah memikirkan cara untuk kabur dariku. Betul begitu. Chanwoo-Ssi?”

Tepat sekali. Pikir Chanwoo. “Jadi apa bedanya kau dengan perampok hah!! Serahkan barangku. Soal aku meninggalkanmu atau tidak. Itu terserahku!”

“Sayangnya perjalanan ini aku yang merencanakan. Dan aku sudah mengorbankan banyak hal untuk ini.” Mereka berjalan berdampingan ke arah ruang kedatangan dan siap untuk keluar Bandara.

“Itu urusanmu! Bukan urusanku! Cepat serahkan.” Chanwoo berteriak namun dalam volume yang diperkecil sehingga hampir seperti berbisik. Ia tidak mau menjadi pusat perhatian di Bandara yang penuh dengan manusia ini. Ia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri.

“Tapi sekali kau menerima tawaranku, bahkan dirimu sekarang menjadi urusanku.” Ucap Junhoe enteng sembari menggeliat-geliat menghindari tangan Chanwoo yang ingin merebut Barangnya.

“Apa-apaan kau ini. aku tidak pernah ingat ada perjanjian seperti itu. dan kita memang tidak pernah memiliki perjanjian seperti itu kau tau! cepat serahkan.” Junhoe menambah kecepatannya berjalan. Dan tidak menanggapi chanwoo hingga mereka sampai ke depan bandara dan berada di dalam mobil. Selama itu chanwoo tetap berusaha untuk mengambil barang miliknya dari tangan Junhoe. Namun akhirnya sia-sia karena barang-barangnya telah masuk bagasi mobil yang sepertinya akan membawa mereka berdua ke suatu tempat.

“Masuk” Ucap Junhoe dengan nada sedikit memerintah. Chanwoo tidak memiliki banyak pilihan karena semua barang termasuk dompet dan seluruh uangnya ada di tangan Junhoe. sehingga tanpa banyak perlawanan ia masuk ke dalam mobil. Dan Chanwoo mengira sopir mobil itu yang akan membawa mereka. namun Junhoe memilih untuk mengendarainya sendiri dan menyuruh Chanwoo duduk di depan. Disampingnya.

-

“Hubungi donghyuk sekarang. Suruh dia untuk membatalkan penerbangannya ke sini” Ucap Junhoe ketika keduanya kini berada di dalam mobil dan melaju entah kemana. Junhoe yang tau.

“Tidak akan!” Chanwoo menggerutu setelahnya. Hal itu membuat Junhoe tersenyum. Dan Chanwoo melewatkan itu.

“Aku akan membatalkan kerja sama perusahaanku dengan Seima kalau kamu tidak menghubunginya sekarang Jung Chanwoo” Ada nada ancaman di suara Junhoe.

“Silakan. Aku tidak akan mempan dengan ancamanmu!” Dahi Junhoe mengernyit tidak menyangka bahwa laki-laki imut disebelahnya berani dengan ancamannya.

“Baiklah. Aku akan benar-benar membatalkannya” Junhoe mengambil ponselnya dari dalam kantong celana dan mulai mencari nomor telepon. Dan dengan sengaja ia memperlihatkan bahwa dia akan menelpon sebuah nomor dengan nama Sekretaris Choi. Dan junhoe yakin Chanwoo mengerti maksudnya.

Melihat itu, chanwoo menatap Junhoe tidak percaya. Ia tidak percaya bahwa orang yang disebelahnya ini akan benar-benar melakukan ancamannya. “Apa kau sudah gila?” ucap Chanwoo frustasi.

“Halo sekretaris choi.. Soal kontrak dengan seima...” junhoe menatap chanwoo dari sudut matanya, Chanwoo terlihat sangat gelisah. Junhoe yakin Chanwoo sedang berpikir keras. “Iya kontrak desain arsitektur untuk departemen store.” Junhoe dapat melihat Chanwoo ingin mengucapkan sesuatu kepadanya namun ditahannya. Dapat dilihatnya mata chanwoo hampir berkaca-kaca. Ia sangat menikmati permainan ini. “tolong kau batal...” Dan benar saja ekspektasi Junhoe bahwa Chanwoo akan mengikuti permainannya karena chanwoo dengan frustasi berteriak “STOP, okay!! Aku akan menuruti maumu. So stop!”

“nah begitu dong~~ tidak jadi sekretaris Choi. Kita akan berbicara lagi nanti” Junhoe tersenyum ke arah chanwoo dengan senyumnya yang licik. Membuat Chanwoo terlihat semakin marah. Namun junhoe yang melihat itu semakin senang, karena wajah chanwoo dengan semburat merah seperti itu terlihat semakin menarik. “telepon Donghyuk sekarang.”

“Aku akan menelponnya nanti” Ucap Chanwoo lemah.

“aku ingin kamu meneleponnya sekarang” Junhoe mengucapkan ini dengan tegas. Mengindikasikan dia tidak ingin dibantah lagi.

“Aku akan mesmsnya sekrang juga oke! Dasar Cerewet!” Chanwoo mendengus kesal.

“Aku minta kamu meneleponnya sekarang bukan sms.” Kini junhoe terdengar lebih lembut.

“Baiklah!!!!!” Chanwoo setelah itu menghubungi sebuah nomor dengan nama Dong-dongie. Junhoe melihat nama itu, dahinya mengernyit ada rasa tidak suka ketika ia melihat nama panggilan itu.

“Donghyuk-ah~” ucap chanwoo ketika telepon telah tersambung. “Loadspeaker teleponmu” Ucap Junhoe. tanpa banyak pilihan chanwoo meloadspeaker panggilannya itu. Junhoe melakukan itu agar ia yakin bahwa Chanwoo tidak membohonginya seperti ia membohongi chanwoo beberapa saat yang lalu.

chanwoo.. ada apa?”

Terdengar dari handphone chanwoo suara yang juga dikenali oleh junhoe sebagai donghyuk. “Hey chanu! Ada apa?”

“tidak ada apa-apa. Cuma kamu tidak perlu menyusulku kemari. Aku...” Chanwoo terdiam memikirkan alasan yang dapat diterima oleh Donghyuk.

kamu kenapa??” terdengar nada khawatir di suara Donghyuk.

“aku bertemu dengan Hanna, dan dia akan menemaniku selama disini. Jadi kau tidak perlu kesini.. oke”

hanna?? Jang hanna? Aku ingin bertemu dengannya juga!” Ucap Donghyuk bersemangat. Tapi itu membuat suasana menjadi kacau. Karena Junhoe kini menatapnya tajam.

“Nanti saja aku ceritakan oke.. tenang saja. Aku akan mengajakmu kesini nanti. Tapi aku ingin berduaan dengannya dulu. Okeeee!” Chanwoo mencoba bersuara seperti orang yang bersemangat agar donghyuk lebih percaya padanya. Dan berhasil.

Oke, nikmati harimu~~~” Ucap Donghyuk masih dengan suara semangat yang entah kenapa menganggu Junhoe.. Siapa jang Hanna pikirnya?

“Sudah puas?” ucap Chanwoo setelah ia menutup teleponnya dengan donghyuk.

“Tentu saja~” Junhoe mengambil sebatang rokok yang telah disediakan di dalam mobil itu.

“Dasar setan” Chanwoo mengucapkannya dengan sangat lirih sambil batuk-batuk karena asap yang dikeluarkan oleh batang rokok Junhoe. Namun Junhoe dapat mendengarnya dan hanya tersenyum simpul mendengarnya.

Akanku pastikan, kau akan menikmati dua hari ini bersamaku Chanwoo. Akan kubuat kau jatuh cinta padaku.

-

Annyeong.. long time no see. And Enjoy ^^

As always, I open your kritik and saran~~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nosign
SS for Side Story ^^ Enjoy~~

Comments

You must be logged in to comment
Planetoceng #1
Chapter 24: This is fic so damn lame but i can't stop reading it #junchanmanse #junchanislife cant wait for ur next update thor^^
Planetoceng #2
Chapter 24: This is fic so damn lame but i can't stop reading it #junchanmanse #junchanislife cant wait for ur next update thor^^
holup30 #3
Akhirnya update juga di tunggu lanjutannya
wulaaandari #4
Chapter 24: Majasih udah update :* melly yang terbaik :*
Icecreamlov4 #5
Chapter 23: Ini sudah end kah? Atau masih berlanjut? ><
KingKoong
#6
Chapter 23: “he’uh..”
kok aku ngebayangin muka junhoe pas bilang itu polos2 bingung gimana gitu pasti lucu bgt *3*

Kalo buat junchan perkembangan lebih cepat lebih baik hohohoho ;o
Thanks for the update~
wulaaandari #7
Akirnya mely update, yuhuu
Ini aku baca dari awal sampe akhir senyum terus. Aww this is really sweet. Gimana dong mel aku makin Cinta sama ff ini, tapi aku harus siapin hati buat updaten yang sebulan sekali ;( gpp deh mely uodtr aja udah buat aku seneeeeng, ditunggu yah mel update nya besok. Ini kan short story nya :p
KingKoong
#8
Chapter 22: Lah gatau kenapa baru nemu trus pingin baca fics ini sekarang, langsung cuss dari foreword sampe chapter terakhir dan eng ing eng~~~ man I LOVE THIS SO MUCH~♡
Asli Chanhwan sailing bgt tapi Junchan selalu dihati~♡
update lagi dong~ setelah gagalnya(?) 'kejadian' malem sebelumnya, semoga di next chapter bisa beneran yak xD