LOVE 5

Love

LOVE 5

-Chanwoo-

Chanwoo membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa sangat pusing hasil dari hangover setelah kemarin malam ia menghabiskan waktu dengan begitu banyak bir. Hal pertama yang ia lihat adalah tampilan sebuah kamar. Desain sebuah kamar hotel yang pernah ia lihat.. ya yang ia lihat saat dia mengecek tempat ini lewat internet saat di Seoul kemarin. Di lihatnya sekeliling kamar dengan sudut matanya, hanya ada dirinya seorang. Mana Junhoe. Pikirnya. Karena ia sangat yakin bahwa orang itu yang membawanya hingga ke hotel ini.

Ngantuk menyerangnya kembali sehingga, menguap lebar adalah hasil dari kantukannya itu. Badannya menggeliat, melakukan streching untuk membebaskan diri dari kantuk. Karena dilihatnya melalui jam dinding yang ada di kamar itu. Waktu telah menunjukkan pukul 7 pagi lewat sedikit. Sudah waktunya untuk bangun. dan mandi .. ucapnya dalam hati.

Chanwoo mencoba berdiri dari tempat tidurnya karena ia merasakan ada yang aneh dengan dirinya dan suasana yang ada di kamar ini. Karena dari sudut matanya dapat dilihatnya jeans belel yang ia kenakan kemarin dan lebih dari itu ada yang aneh dengan tubuhnya. Dan Chanwoo merasa badannya sangat berkeringat dan itu terasa sangat tidak nyaman. Chanwoo kemudian menyibak selimut hangat nan nyaman yang menutupi seluruh tubuhnya dan yang ia temukan adalah dirinya hanya menggunakan piyama yang besar bukan miliknya yang kancingnya tidak terpasang sempurna, mungkin milik hotel pikirnya. Dan tanpa celana dan celana dalamnya. What the is this? Wajahnya terlihat sangat kaget.

Chanwoo bergegas berdiri dari tempat tidurnya  dengan pikiran mencari Junhoe dan menanyakan tentang semua ini alias apa yang telah terjadi setelah dirinya mabuk karena ia tidak dapat mengingat apa yang terjadi dan hasilnya adalah dia tidak dapat berdiri sempurna karena kakinya yang menyerah hanya selang sedetik dia berdiri dia harus terduduk lagi di lantai.  Ada rasa sakit yang aneh dibagian bawah badannya. Daerah kakinya.. daerah terlarangnya.

Otaknya berpikir keras untuk semua alasan yang mungkin menyebabkan ini semua. Namun semuanya hanya terasa seperti pengalihan pikiran, sebagai alasan baginya. Dan satu-satunya yang terasa sangat nyata adalah. Junhoe.. orang sialan itu melakukan ....

“ARRRRRRRRGHHHHHHHH!”

-Junhoe-

Junhoe sedang mengusapkan sebuah serum yang baru saja ia beli beberapa saat yang lalu ketika didengarnya sebuah teriakan sangat amat nyaring dari luar kamar mandi. Mendengar itu Junhoe tersenyum kecil. Dapat dibayangkannya apa yang sebenarnya terjadi. Segera diselesaikannya kegiatan perawatan wajah pagi hari miliknya dan berjalan santai keluar dari kamar mandi ke arah asal suara. Dapat di lihatnya Chanwoo terduduk lemah di samping ranjang. Junhoe keluar dengan pikiran untuk memberi sedikit candaan dan rencana-rencana licik untuk orang yang tadinya berteriak. Ia mengira ia akan melihat sosok yang akan menatapnya tajam marah, dan ia telah bersiap untuk menjadikan itu sesuatu untuk menghiburnya. Namun tidak disangkanya adalah apa yang dia lihat saat ini adalah seorang Chanwoo yang menatapnya singkat dengan mata yang berair. Menatapnya takut. Ada hawa ketakutan pekat yang dipancarkan oleh Chanwoo kepadanya. Tangan Chanwoo memeluk erat kakinya bersandar semakin menempelkan diri ke arah dinding. Ketakutan.

Reaksi seperti ini tidak pernah terbayangkan oleh Junhoe. Tidak dengan semua kelakuan berani yang diperlihatkan oleh Chanwoo selama seminggu ia mengenal orang ini. Ia mengira Chanwoo hanya akan sangat marah dengannya dan menghadapi, mengomeli, membentak, dan memarahinya dengan berani. Dan setelah itu mereka akan berbaikan dan akan dengan proper melakukan hal-hal yang intim bersama, karena itu yang biasanya terjadi dengan pasangan sesama lelaki. Mereka bercinta dan itulah yang Junhoe inginkan. Namun dengan keadaan Chanwoo dihadapannya saat ini membuatnya terdiam tidak tahu harus melakukan apa. Otaknya berpikir keras untuk mendapatkan ide apa yang harus ia lakukan di momen seperti ini. Namun tidak ada satupun pikiran yang masuk kedalam otak Junhoe. Yang ia pikirkan hanya perasaan bersalah kuat menyerangnya.

Ia berjalan perlahan ke arah Chanwoo, namun orang yang didekatinya semakin dalam memeluk kakinya. Semakin dekat Junhoe dengan Chanwoo. Semakin terdengar isakan sangat pelan yang Chanwoo keluarkan. Junhoe yang kini telah mendengar itu semakin merasa bersalah. Ia sama sekali tidak menyangka ini yang akan terjadi. Wajahnya terlihat seperti orang yang merasa sangat berdosa, namun matanya menatap Chanwoo sangat lembut. Entah apa yang Junhoe kini pikirkan namun langkah kakinya terus mendekati Chanwoo. Chanwoo tidak menjauh darinya.. hanya perjalanan mendekati Chanwoo terasa sangat jauh dengan perasaan yang saat ini dipikulnya.

Saat hanya tinggal beberapa inch tangan Junhoe menggapai badan Chanwoo yang terlihat bergerak pelan karena isakannya. Tiba-tiba Chanwoo menengadahkan kepalanya menatap Junhoe yang masih menatap Chanwoo dengan lembut. Seperti ingin menenangkan Chanwoo. Namun sedetik kemudian sebuah barang terlempar tepat kearah wajahnya. Sebuah Handphone. Milik chanwoo yang dengan sigap ia tangkap setelah sukses mencium jidat miliknya.

“PERGI DARI SINI. JANGAN DEKATI AKU!!!!!” Chanwoo tiba-tiba berteriak sangat kencang. Perasaan marah terlihat kentara di wajah Chanwoo yang kini basah karena air matanya. “PERGIIII!” teriakan itu membuat Junhoe mundur satu langkah dari tempat ia berdiri dan memberi jarak dirinya dengan Chanwoo yang terlihat sangat marah kepadanya.

“Chanwoo maa....” belum sempat Junhoe menyelesaikan kalimat yang ia hendak ucapkan. Barang-barang kembali melayang ke arahnya. Kali ini sebuah bantal.. belum sempat berkedip sebuah buku menu. Dan.. “Cha...” sebuah telepon melayang kearahnya dan jatuh pasrah di dekatnya. Rusak. Junhoe kembali mundur satu langkah dan berdiam sementara untuk membuat Chanwoo tenang. Dan sepertinya ia berhasil Chanwoo kembali menelungkupkan wajahnya terisak

“Chanwoo dengarkan aku.. aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf. Aku bisa menjelaskan semua ini...” Junhoe mulai berbicara kembali ketika akhirnya ia harus berhenti karena Chanwoo mulai menggapai lampu meja yang ada di dekat dirinya untuk dilempar ke arah Junhoe. Namun Chanwoo berhenti ketika Junhoe berhenti berbicara.

“PERGI DARI SINI! ATAU AKU AKAN BENAR-BENAR MEMBUNUHMU!” Chanwoo kembali menatap Junhoe dan kali ini Chanwoo terlihat sangat marah. Junhoe dapat merasakan kesungguhan dari kata-kata Chanwoo dan hal itu membuatnya sedikit merasa takut. Namun anehnya Junhoe merasa, dia bukan takut dia akan mati dibunuh oleh Chanwoo. Bukan hal itu yang membuat ia takut.

Ia takut apabila ia salah langkah ia akan benar-benar kehilangan orang ini...

-

-Chanwoo-

Jeju, 30 Januari 2016.

 

Chanwoo mendengus kesal dibangku penumpang setelah Junhoe memaksanya untuk masuk. Junhoe tersenyum licik melihat dengusan lelaki di sampingnya itu. Tidak banyak yang bisa Chanwoo lakukan di dalam perjalanan yang entah akan dibawa kemana dirinya oleh orang yang disampingnya. Selain melihat lurus ke depan dan sesekali membuka handphone untuk menggugah semangatnya. Akan tetapi keberadaan Junhoe benar-benar membuatnya kehilangan semangat untuk melakukan apapun bahkan bermain game kecintaannya sekalipun.  Dan ketika akhirnya dirinya dapat melelapkan mata dengan waktu yang ia tidak tau persis berapa jam telah berlalu. Ia harus menemukan fakta bahwa dirinya dan Junhoe tersesat entah dibagian mana Jeju. Junhoe menatapnya dengan tatapan rasa bersalah yang kentara meskipun Chanwoo sadar bahwa Junhoe masih menyisakan sifatnya arogan itu di situasi yang seperti ini. Meskipun begitu, Chanwoo entah kenapa tidak dapat benar-benar marah dengan orang ini. Baru saja ia sadari, bahwa orang ini mengingatkan dia dengan ...

“tidak-tidak.. apa yang kamu pikirkan chanwoo! Tidak ada sedikitpun yang membuat orang sialan ini mirip dengannya” mencak Chanwoo di dalam hati.

Chanwoo mengambil alih kemudi karena ia tidak ingin tersesat untuk ketiga kalinya hari ini. Ia tidak menyangka Bo-Chan* satu ini dapat melakukan kesalahan semacam ini, ketika di awal dengan arogannya ia bertindak seolah-olah ia mengerti Jeju. Chanwoo tanpa disadarinya tersenyum geli memikirkan hal tersebut.

“Ada apa denganmu??? Apa yang kamu tertawakan” Ucap Junhoe tidak senang disampingnya.

“Hah? Aku tidak tertawa!” Chanwoo mengalihkan wajahnya yang memerah malu karena tertangkap basah sedang ‘entah kenapa memikirkan orang yang ada disebelahnya itu’.

“Kamu tidak bisa berbohong denganku Chanwoo, aku melihat jelas kamu tertawa tadi.. karena aku dari tadi memperhati... “ Kali ini Junhoe yang mengalihkan wajahnya karena tanpa ia sadari Ia telah mengungkapkan bahwa dirinya terus menerus memperhatikan wajah Chanwoo.

“Creepy!” Ucap Chanwoo mendengus kesal.

“Aku hanya... kau tau... sudahlah lupakan.” Wajah junhoe semakin memerah dan ia akhirnya memilih menghentikan perdebatan mereka yang muncul tiba-tiba dan memandang ke luar jendela mobil yang kini memperlihatkan pemandangan pantai yang menakjubkan. Jalan yang ia lewati tadi menjadi jauh lebih cantik ketika sore sudah mulai datang.

Mereka berdua terdiam sangat lama, sampai akhirnya Chanwoo berhasil membawa mereka kembali ke dalam kota. Hari sudah senja dan kegelapan malam sudah mulai menghampiri mereka.

“Kita kemana?” Ucap Chanwoo datar.

“Kita pergi ke manapun yang menjual baju. Karena aku tidak membawa baju apapun ke sini.” Junhoe tersenyum kearah Chanwoo karena entah kenapa ia merasa senang akhirnya Chanwoo mengajaknya bicara. Chanwoo membalas senyuman Junhoe dengan dengusan pelan. “Atau kamu mau berbagi baju denganku? Tapi sepertinya ukuranmu lebih kecil.. jaa..”

“biarpun ukuran kita sama.. aku tidak sudi meminjamkan mereka padamu.” Chanwoo menjulurkan lidahnya ke arah Junhoe dan hal itu membuat Junhoe tertawa renyah.

Mendengar itu Chanwoo ikut tertawa bersama walaupun hanya dalam hitungan detik ia kembali kepada dirinya sendiri dan mulai kembali fokus ke arah jalan.

“Ah chanwoo di depan situ.. ada seafood mau mampir dulu gak.” Ucap Junhoe masih dengan nada riang karena ia merasa bahwa Chanwoo mulai membuka diri untuk Junhoe. Dan Chanwoo merasa dirinya tidak terlalu tidak nyaman dengan nada ramah yang di berikan Junhoe. Ia merasa sedikit nyaman. Hanya saja Chanwoo masih tidak

“Aku tidak lapar.....” ...Grrrlll..

“Ups ada yang gak lapar. Padahal restoran itu katanya kepitingnya enaaak sekali” Junhoe memberikan smirk nakalnya ke arah chanwoo yang sekarang sedang berusaha menyembunyikan rasa malunya dengan tiba-tiba memutar lagu.

“Baiklah kalau kamu memaksa” Ucapnya lirih pada akhirnya sambil mengulum senyum.

 

-Junhoe-

Junhoe tidak menyangka bahwa hampir saja dia membuat Chanwoo marah kepadanya karena dia dengan lancangnya memesan makanan tanpa bertanya kepadanya. Namun sisi positifnya akhirnya Junhoe sekarang tau bahwa Chanwoo benar-benar tidak bisa memakan sesuatu yang pedas. Bahkan kimchi?

Pantes aja mukanya mirip bule. Pikir Junhoe.

Entah apa yang tengah merasuki Junhoe ketika ia akhirnya berpikir bahwa orang ini sangat mengingatkannya dengan sesorang. Bukan sikapnya. Bukan perawakannya. Hanya saja. Vibenya benar-benar mengingatkannya dengan masa lalu.

Dan Junhoe merasa bahwa, perasaan yang dirindukannya entah bagaimana muncul kembali. Namun semua itu tidak diindahkannya dan Junhoe berpikir bahwa itu hanya ilusi sesaat. Itu hanya karena akhir-akhir ini dia tidak ada berhubungan dengan siapapun disamping masalah pekerjaan. Dia pikir dia hanya terhanyut oleh suasana.

Namun Junhoe tidak dapat memungkiri bahwa Talkactive chanwoo membuatnya senang dan berbicara dengan Chanwoo adalah suatu hal yang menyenangkan. Mereka berdua hanyut oleh obrolan. Entah sejak kapan Chanwoo mulai memberikan senyum manisnya ke arah Junhoe. Tidak ada lagi kesan defensive yang selama ini Chanwoo perlihatkan kepadanya dan tidak juga dirinya merasa bahwa ia perlu untuk mempermainkan Chanwoo lebih jauh untuk merasa senang. Cukup dengan mendengar Chanwoo berbicara. Melihat binar mata saat Chanwoo menatapnya lurus tanpa ada rasa permusuhan. Bukan suatu hal yang buruk bersama orang seperti Chanwoo. Pikir Junhoe.

 

-Chanwoo-

Chanwoo benar-benar tidak mengira bahwa secepat ini ia mulai membuka diri kepada Junhoe. Saat ini Chanwoo dan Junhoe sedang di sebuah departement store yang mereka temukan selama jalan menuju hotel mereka.

Junhoe yang ia pikir sangat menyebalkan, pada akhirnya dapat membuatnya nyaman berbicara dengannya. Dan entah sejak kapan ia mulai mengizinkan Junhoe untuk kontak fisik dengannya. Dan ia tidak merasa risih tentang itu. Padahal selama ini Chanwoo selalu defensive dengan semua orang yang mencoba menyentuhnya meskipun hanya sekadar menepuk pelan pundaknya atau menyentuh tangannya. Hal sekecil itu saja terkadang dapat membuatnya tidak nyaman meskipun itu dilakukan oleh rekan sekantornya di Seima. Satu-satunya yang dapat berkontak fisik dengannya dengan santai hanya Donghyuk. Selama ini hanya Donghyuk. Dan di atas semua itu, orang yang benar-benar baru baginya, dan dapat dikatakan sebagai seorang musuhnya yang menganggapnya sebuah mainan. Yakni Junhoe. Ia tidak habis pikir. Akan tetapi ia juga tidak melakukan apa-apa mengenai itu. Tidak menolak. Tidak juga menerima.

“Hey! Pajama itu sepertinya nyaman. Aku ingin beli itu untuk tidur.” Ucap Junhoe tiba-tiba sembari menarik tangan Chanwoo untuk mengikutinya. Chanwoo yang baru saja melamun hanya bisa mengikuti pasrah arahan dari Junhoe.

Departemen store sudah mulai sepi sehingga tidak banyak yang memperhatikan kelakuan Junhoe yang lupa tempat dan situasi. Meskipun begitu, Chanwoo tetap merasakan bahwa wajahnya mulai memanas. Ia merasa malu.

“Chanwoo aku akan belikan ini untukmu satu juga.. kau mau.”

“Hah?” Chanwoo melongo mendengar perkataan Junhoe. Ia tidak mengerti maksud junhoe karena sedari tadi ia terjebak lamunannya sendiri.

“Oke.. kuanggap itu sebagai iya.” Junhoe tidak menghiraukan wajah Chanwoo yang bingung dan langsung ke kasir untuk membayar belanjaannya.

 

-Junhoe-

“Aku melihat ada bar di bawah. Kau mau kesana?” Permintaan dari Chanwoo yang tiba-tiba membuat Junhoe hampir saja menjatuhkan barang-barang belanjaannya yang banyak.

“Apa aku tidak salah dengar.. Aku gak nyangka orang kayak kamu suka minum juga.” Junhoe terkekeh pelan. Mendengar itu Chanwoo terlihat memanyunkan sedikit bibirnya. Cemberut, tidak suka mendengar perkataan Junhoe.

“Kalau kau tidak mau. Aku bisa sendiri. Aku akan ke hotel dengan taksi. Kau duluan saja. Hotel sudah dekat, jadi kau tidak mungkin tersesat lagi.” Chanwoo berlalu mempercepat langkahnya meninggalkan Junhoe yang masih tersenyum ke arahnya.

Junhoe tidak menyangka, dalam satu hari dia dapat melihat begitu banyak ekspresi wajah Chanwoo yang menurutnya sangat menarik. Ini akan jadi pengalaman menarik melihat chanwoo dalam kondisi high.. pikirnya.

 

-

Keduanya (Junhoe dan Chanwoo) tengah berada di sudut bar yang telah ramai dipadati oleh orang-orang yang memang mencari hiburan malam. Dan lebih lagi ini di Jeju destinasi wisata. Banyak orang-orang dari berbagai negara berbaur di Bar itu. Mereka menyesap Champange(?) sambil terus mengobrol satu sama lain, tidak begitu menghiraukan suasana ribut yang ada di bar tersebut. Beberapa botol wine yang berada di depan mereka telah kosong, yang artinya keduanya telah meneguk banyak alkohol. Junhoe masih terlihat sadar meskipun kentara sekali bahwa dia telah sedikit tipsy yang membuatnya sesekali memijit kepalanya sementara Chanwoo. Wajahnya memerah dan meskipun masih dapat berbicara lancar namun isi pembicaraannya sudah tidak dapat terkontrol. Ia bahkan sesekali memaki perlakuan Junhoe di depan orangnya. Dan itu membuat Junhoe terkekeh dan bahkan tertawa terbahak-bahak mendengar semua ocehan Chanwoo.

Hari semakin malam, bulan semakin tinggi. Ketika akhirnya keduanya berhasil kembali ke hotel meskipun Junhoe terpaksa memanggil taksi karena keadaan dirinya yang telah sedikit mabuk. Jangan tanyakan keadaan Chanwoo. Chanwoo telah sedari tadi terlelap karena pengaruh alkohol.

Banyak hal yang Junhoe dengar bahkan ada satu hal yang membuat Junhoe bertanya-tanya. Bahkan alkohol tidak dapat membuat Chanwoo membuka diri mengenai hal yang tidak sengaja disebutkannya.

“Kamu mengingatkanku dengan Yunhyeong-hyung..” Ucap Chanwoo lirih ketika masih berada di bar. Sesaat sebelum Chanwoo terlelap. “Yunhyeong?” tanya Junhoe penasaran.

“Iyaaa.. Yunhyeong hyung..” Junhoe dapat melihat air muka Chanwoo berubah. Apabila sebelumnya Chanwoo masih baik-baik saja penuh dengan senyum. Saat itu Chanwoo menitikkan air mata dan terdiam cukup lama.

Berkali-kali Junhoe mencoba membahas hal lain, namun Chanwoo tetap memandang kearahnya kosong tanpa mengucapkan apapun. Dan tetesan air mata yang sedikit Chanwoo keluarkan membuatnya penasaran.

 

-Junhoe-

“Yunhyeong” Ucap Chanwoo lirih di dalam gendongannya. Karena Chanwoo benar-benar tidak sadar terpaksa Junhoe membawanya ke kamar Chanwoo. Sebenarnya ke kamar mereka berdua. Karena sejak awal dia memang ingin membuat Chanwoo satu kamar dengannya.

Ini adalah kesempatan sempurna, itulah yang awalnya Junhoe pikirkan. Namun pada akhirnya ia berpikir untuk memesan kamar lainnya setelah ia membaringkan Chanwoo di kamarnya.

Junhoe sama sekali tidak menyangka, ketika ia telah meletakkan Chanwoo di ranjangnya. Ia telah berjalan kearah pintu. Namun suara lirih Chanwoo membuatnya berhenti. Dan akhirnya memutuskan untuk mengambilkan segelas air putih agar Chanwoo tidak merasakan pusing hebat besok ketika dia telah sober.

Baru saja ia selesai menuangkan air ke dalam cangkir, ketika berbalik ia menemukan Chanwoo tengah menatapnya teduh, dengan tatapan penuh arti. Entah apa yang sedang merasuki Chanwoo kala itu. Dan Junhoe tidak menolak kesempatan yang terpampang di depannya.

Ketika akhirnya Chanwoo mendekat dan tiba-tiba mendekapnya. Junhoe kaget. Namun ia tidak serta merta melepaskan, justru ia menikmati dekapan chanwoo yang tiba-tiba itu.

“Apabila besok dia sadar. Aku akan menyalahkan alkohol.” Pikir junhoe.

-

Chanwoo yang berada dalam dekapan Junhoe, berbisik lirih. “Chagiya.. bogoshipoyo..”  Junhoe tersenyum mendengar itu. “Nadoo..” ucapnya lembut sambil mengelus pelan pucuk kepala chanwoo.

“Yunhyeongie.. noneun jeongmal bogoshipoyoo.” Chanwoo melepas dekapannya dan menengkup kedua tangannya di pipi junhoe.

“Kau tau.. aku bukan yunhyeong.. aku junhoe” Ada nada sinis pada junhoe ketika ia mengucapkan hal tersebut. Namun Chanwoo tidak mengiraukan dan kembali memeluk junhoe erat.

“Arayo.. Junhoe.. oneul bam, i’m yours.” Junhoe tidak dapat menahan temptation yang ditawarkan oleh orang yang kini telah menatapnya lembut.

Keduanya terjebak oleh pengaruh alkohol. Tidak ada dari keduanya yang menolak keberadaan masing-masing. Saling membagi kasih dan sentuhan sesaat yang bagi keduanya, tidak lebih dari pengaruh terbebasnya moral dari desire yang tersimpan. Saling mencoba mengungguli, disaat yang sama saling memberi ruang menerima apapun yang dilakukan oleh masing-masing.

Bibir keduanya memerah ranum, hanya terpisah untuk menarik sedikit udara agar tetap bernafas. Tangan Junhoe tidak tertahan lagi. Mulai bergerilya mencari titik kenyamanan Chanwoo. Pasangannya malam ini.

Bibirnya bermain lembut dilekung leher jenjang milik Chanwoo dan suara yang dihasilkan Chanwoo membuat dirinya semakin terjebak keindahan sesaat yang mungkin saja akan disesalinya kemudian hari.

Junhoe baru saja akan mengangkat Chanwoo ke arah ranjang agar malam itu semakin sempurna ketika tiba-tiba chanwoo terlihat aneh. Dan benar saja, chanwoo mengeluarkan semua makanan yang masuk keperutnya malam itu. Memuntahkannya tepat di badan Junhoe. Dan hal itu membuatnya kaget dan refleks melepaskan chanwoo dari gendongannya dan hal itu membuat Chanwoo terjatuh sambil terduduk.

Penampilan Chanwoo dan penampilannya benar-benar menyedihkan. Dapat dibayangkan betapa banyak yang telah dimuntahkan Chanwoo. Sementara chanwoo meringis kesakitan Junhoe cepat-cepat membawa dirinya dan Chanwoo ke dalam kamar mandi.

Chanwoo merengek kedinginan sehingga Junhoe hanya berhasil membuat Chanwoo melepas bajunya yang terkena muntahan. Dan chanwoo masih terus saja bergelut dengannya mencoba mencium junhoe. Namun junhoe menolak karena ia masih harus membersihkan Badan Chanwoo dan badannya tentu saja. Alhasil Chanwoo merajuk dan ia hanya berhasil memasang pajama seadanya dan Chanwoo meninggalkannya tidur duluan tanpa baju yang benar.

-Junhoe- 31 Januari 2016. Pukul 02:32.

Membersihkan muntahan Chanwoo di lantai. Sementara Chanwoo telah terlelap di alam mimpinya.

-

 

Jeju, 31 Januari 2016, Pukul 07:00

Junhoe menatap sekali lagi ke arah Chanwoo, sebelum akhirnya ia mengalah dan berjalan ke arah balkon. Untuk menenangkan dirinya sendiri. Ia tidak berani menginggalkan Chanwoo sendirian sehingga ia harus tetap berada di dalam kamar. Meskipun ia harus berada di balkon di tengah musim dingin Jeju yang ekstrim hanya dengan baju mandinya.

Di dengarnya lirih dari dalam kamar, Chanwoo terisak pelan sambil menggumamkan sesuatu.

“Maafkan aku Yunhyeong hyung.. maafkan aku..” Seperti broken record selama beberapa saat Chanwoo hanya mengucapkan itu.

Sementara Junhoe. Ia benar-benar ingin berteriak kepada Chanwoo bahwa mereka belum sempat melakukan apapun. Namun Junhoe yakin apabila gegabah, hubungan mereka akan benar-benar berakhir bahkan sebelum mereka sempat memulainya. Junhoe tidak menginginkan hal tersebut.

Selain itu, ia mencatat di dalam pikirannya bahwa ia perlu menanyakan mengenai ‘Yunhyeong’ yang Chanwoo bicarakan terus menerus kepada Donghyuk. Bagaimanapun caranya ia akan membuat Donghyuk buka mulut.

Tapi untuk saat ini..aku perlu rencana untuk membuat Chanwoo mengerti. Pikirnya.

-

 

 

I hate my selfffff.... oh god. Wtf i’ve wrote TT

Maafkan aku ceritanya menjadi semakin... semakin gaje.

But i hope you all enjoy reading it..

-

As always.. i open your kritik dan saran.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nosign
SS for Side Story ^^ Enjoy~~

Comments

You must be logged in to comment
Planetoceng #1
Chapter 24: This is fic so damn lame but i can't stop reading it #junchanmanse #junchanislife cant wait for ur next update thor^^
Planetoceng #2
Chapter 24: This is fic so damn lame but i can't stop reading it #junchanmanse #junchanislife cant wait for ur next update thor^^
holup30 #3
Akhirnya update juga di tunggu lanjutannya
wulaaandari #4
Chapter 24: Majasih udah update :* melly yang terbaik :*
Icecreamlov4 #5
Chapter 23: Ini sudah end kah? Atau masih berlanjut? ><
KingKoong
#6
Chapter 23: “he’uh..”
kok aku ngebayangin muka junhoe pas bilang itu polos2 bingung gimana gitu pasti lucu bgt *3*

Kalo buat junchan perkembangan lebih cepat lebih baik hohohoho ;o
Thanks for the update~
wulaaandari #7
Akirnya mely update, yuhuu
Ini aku baca dari awal sampe akhir senyum terus. Aww this is really sweet. Gimana dong mel aku makin Cinta sama ff ini, tapi aku harus siapin hati buat updaten yang sebulan sekali ;( gpp deh mely uodtr aja udah buat aku seneeeeng, ditunggu yah mel update nya besok. Ini kan short story nya :p
KingKoong
#8
Chapter 22: Lah gatau kenapa baru nemu trus pingin baca fics ini sekarang, langsung cuss dari foreword sampe chapter terakhir dan eng ing eng~~~ man I LOVE THIS SO MUCH~♡
Asli Chanhwan sailing bgt tapi Junchan selalu dihati~♡
update lagi dong~ setelah gagalnya(?) 'kejadian' malem sebelumnya, semoga di next chapter bisa beneran yak xD