V: Chanwoo [Smile]

Love

Hujan rintik menemani dua laki-laki yang berjalan berdampingan. Keduanya menggunakan setelan jas rapi lengkap dengan dasi, berwarna gelap segelap awan mendung yang menggantung di langit Seoul. Tidak satupun dari keduanya yang berbicara, asik dengan pikirannya masing-masing. Salah satunya membawa buket bunga lily dengan paduan warna putih dan hijau yang menenangkan, digenggamnya erat, sesekali dipandangnya dengan wajah seribu arti. Laki-laki disampingnya membawakan paper bag berisi rice cake dan soju. Keduanya memasuki sebuah gedung, hanya ada satu dua orang yang ada dalam gedung itu, dan berjalan ke arah tempat yang mereka tuju.

“Urimaniya~ hyung..” salah satunya membuka mulut dan menyunggingkan senyum simpul. Laki-laki satunya mengambil alih bunga yang dipegang laki-laki itu dan mulai menata ditempat yang telah disediakan beserta rice cake dan soju yang dibawanya.

“Kau terlihat cantik hari ini.. ani, kau memang selalu cantik.” Masih dengan senyum simpul namun kali ada nada kegetiran dalam ucapannya.

“Dia akan marah kalau kau memanggilnya seperti itu Chanwoo.” Laki-laki satunya menyahut. Dan orang yang dimaksud tidak bergeming dan hanya memandang foto yang terpampang didepannya dengan tatapan yang sama seperti terakhir dia ingat Chanwoo menatap orang dalam foto. Penuh kasih sayang dan cinta. Apabila ada yang berbeda, maka itu adalah awan mendung kasat mata yang mengantung di mata indah milik Chanwoo yang memang selalu ada di mata itu semenjak hari yang sama dengan hari ini namun terjadi 5 tahun yang lalu.

“Chanwoo” laki-laki itu menepuk pundak chanwoo pelan. “Mari kita mulai berdoa untuknya” Chanwoo mengangguk pelan. Keduanya kemudian menundukkan kepala dan berdoa dalam diam.

Hyung... kau saat ini sangat dekat dengan tuhan bukan. Kau bahagia kan disana, hyung. Tidak bisakah kau meminta kepada tuhan yang berada didekatmu untuk memberikan Chanwoo kebahagiaan dan melepaskannya dari penderitaan karena mengingatmu hyung. Aku tau pasti, kaupun sedih dialam sana melihatnya seperti itu selama ini kan hyung.. bantu dia hyung. Donghyuk menitikkan sedikit air mata dalam doanya. Ditegakkannya kepala dan dipandangnya Chanwoo yang ada disampingnya masih menunduk, tanpa suara isakan air mengalir dari ujung matanya. Hyung.. kau lihat dia. Dia masih seperti ini hyung. Bantu dia hyung.. untuk berbahagia. Kemudian perlahan Donghyuk berjalan menjauh dari tempat itu. Memberikan waktu Chanwoo dan Yunhyeong sendiri.

Sepeninggal Donghyuk, Chanwoo membuka matanya dan menegakkan kepala memandang foto yang terpajang di depannya. “Hyung.. apa kabar?” Chanwoo bertanya “Baikkan.” Dan dia menjawab pertanyaannya sendiri. Karena tidak mungkin foto didepannya yang menjawab pertanyaannya.

“Hyung apa kau bahagia disana?”

“Hyung apa kau merindukanku?”

“Aku sangat merindukanmu hyung.”

“Hyung,  bolehkah aku pergi menemuimu hyung?”

“Hyung.”

“Hyung tak bisakah kau menjawabku barang satu kali.”

“Hyung.....” Isakan kini terdengar lebih jelas daripada sebelumnya. Airmata masih turun dengan deras dipipinya. Donghyuk yang mengawasinya dari jauh hanya mendesah pelan. Khawatir. Namun memutuskan untuk membiarkan temannya sejenak.

“Hyung... kau mau tau. Hyung. Aku menyelesaikan draft rumah impian kita hyung.”

“Dan aku mendapatkan proyek besar yang hasilnya akan cukup untuk membuat rumah itu hyung..”

“Hyung... saat selesai nanti. Kau akan kembali padaku kan hyung..”

“Saat itu kau berjanji kan hyung!” Volume suara Chanwoo semakin meninggi. Donghyuk dapat mendengar suara Chanwoo dari tempatnya berdiri. Tanpa berpikir Donghyuk mulai berlari mendekati Chanwoo. Khawatir hal yang terjadi pagi tadi akan terjadi lagi di tempat ini.

“Kau berjanji akan bersamaku selamanya hyung!!” Donghyuk sudah mencapai Chanwoo saat dia mulai berteriak.

“Kau berjanji hidup bersamaku hyung!!!” Chanwoo berteriak lagi dengan air mata yang terus mengalir. Donghyuk menggenggam lengan Chanwoo berusaha menyadarkannya. Mata orang-orang yang berada di gedung itu melihat ke arah mereka dengan tatapan bingung, ada yang menatap mereka dengan pandangan prihatin. Namun tidak ada yang bergerak ataupun memperlihatkan ekspresi terganggu. Mengerti, ditempat pemakaman hal seperti itu telah biasa terjadi. Karena merekapun juga merasakan hal yang sama.

“Hyung!! Kau yang berjanji padaku! Kau akan terus disampingku!!” Chanwoo masih berteriak. Donghyuk menguncang badannya berkali-kali namun Chanwoo tidak bergeming, dan dia tiba-tiba terduduk lemas.

“Dan kenapa kau meninggalkanku hyung” Suaranya terdengar lemah.

“Jawab aku hyung” Chanwoo terisak hebat. “Jawab aku hyung” kata ini terus diucapkannya berkali-kali. Donghyuk memanggil nama Chanwoo berkali-kali pula namun sepertinya orang yang sedang dihadapannya ini tidak mendengar apa-apa, seakan-akan telinganya ditutupi oleh kesedihannya. Donghyuk kemudian memutuskan untuk menepuk pipi Chanwoo dengan sedikit keras. Pagi tadi cara ini berhasil, pikirnya. Chanwoo menatap ke arah Donghyuk setelah Donghyuk menepuk pipinya, Berhasil! Donghyuk bersorak dalam hati.

“Chanwoo-ya, mari kita berdiri. Kau hanya akan membuat Hyung sedih bila kau begini di depannya. Kau tau, dia masih bisa melihat kita dari tempatnya berada saat inikan. Dan dia sangat membenci laki-laki cengeng, persis sepertimu saat ini.” Donghyuk berbicara pelan dihadapan Chanwoo yang menatapnya dengan tatapan kosong.

“Kau tidak mau dia membencimu, kan? Berhentilah menangis” Donghyuk mengusap air mata Chanwoo dengan sapu tangan miliknya.

Disentuhnya kedua pipi Chanwoo, “Chanwoo-ya, akan jauh lebih baik kau berikan senyuman untuk hyung. Hyung dulu mengatakan ini padaku, dan ini rahasia. Dia mengancamku kalau aku memberitahukan padamu, dia tidak akan pernah memberiku lagi pie raspberry buatannya selamanya. Senyummu adalah hal terfavorite yang paling dia sukai dari segala hal yang ada didunia ini senyummu yang jadi favoritnya. Aku rela tidak memakan pienya, makanya aku memberitahumu ini.” Chanwoo kini memandangnya bukan lagi dengan tatapan kosong, dia memandangnya dan mendengarkannya. Donghyuk tersenyum melihat itu.

“Jadi Chanwoo-ya, kau harus tersenyum untuk hyung. Kau mengerti?” Chanwoo kemudian mengalihkan pandangannya dari Donghyuk ke arah foto Hyung yang dicintainya. Dan kali ini ada senyuman diwajahnya. Donghyuk yang melihat senyuman itu menjadi berkaca-kaca.

Aku sekarang mengerti kenapa hyung selalu mencintai senyuman itu, senyuman Chanwoo memang indah sekali. Donghyuk berbicara dalam hati sambil menatap potret di depannya.

- - -

“Ne eomma, aku akan kesana malam ini. Aku akan ajak Donghyuk juga bersamaku. Benarkan Dongie?” Chanwoo berbicara dengan seseorang lewat telepon. Donghyuk menjawabnya dengan semangat. “Iya eommoni, aku sudah sangat merindukan masakanmu.” Orang yang dipanggil eomma oleh Donghyuk dan Chanwoo tertawa pelan. “Aku akan pastikan kalian makan banyak malam ini” Ucap orang itu. “Oke eomma, sampai jumpa malam ini. Aku akan pastikan Donghyuk memakan semua masakan eomma sampai tidak ada satupun yang tersisa.” Donghyuk yang ada disampingnya mendelik kaget campur kesal mendengar ucapan Chanwoo. Namun, Donghyuk tidak berkata apapun dan fokus ke arah jalan karena dia sedang menyetir saat ini. Chanwoo yang melihat itu, tersenyum puas.

“Kau juga harus ikut makan yang banyak Chanu atau eomma tidak akan membiarkanmu pulang.” Orang itu berkata dengan nada sedikit mengancam.

“Ei Ei Captain.” Ucap Chanwoo yang membuat Donghyuk terkikik mendengarnya. Chanwoo dan orang di sambungan telepon berbicara beberapa saat.

“Baiklah, eomma. Annyeong.” Kemudian Chanwoo meletakkan teleponnya ke dalam kantong celananya.

- - -

Suasana di sebuah rumah ukuran sedang, dengan perabotan yang sederhana namun tertata dengan apik dan cantik. Sehingga membuat rumah tersebut terlihat sangat istimewa. Kesan yang terlihat dari luar menenangkan dan membuat orang-orang yang melihatnya terlihat seperti rumah yang damai dan tenteram. Chanwoo dan Donghyuk memasuki rumah tersebut disambut oleh seorang perempuan Cantik, tingginya adalah tinggi wanita normal, terlihat normal di samping Donghyuk, namun terlihat kecil disamping Chanwoo.

“Noona, ada apa dengan dandananmu. Kau terlihat sederhana hari ini. Tidak seperti biasanya” Chanwoo menyapa perempuan itu sembari menawarkan lengannya itu untuk digandeng.

“Yaa! Apa maksud perkataanmu.” Perempuan itu memperlihatkan ekspresi cemberut dan menolak tawaran Chanwoo. Donghyuk yang hanya terkekeh dibelakang keduanya menjadi sasaran Eunjin, kali ini Eunjin menggandeng Donghyuk dan membawa Donghyuk berjalan lebih cepat meninggalkan Chanwoo yang tertawa melihat kelakuan Eunjin. Dan mengikuti langkah mereka dari belakang.

“Aku benar-benar bingung kenapa eomma sangat menyukaimu Chanwoo, padahal kau sangat menyebalkan.” Eunjin membuka pembicaraan ketika Mereka telah sampai di ruang makan. Kedua Orang tua Yunhyeong telah berada di ruangan itu, Sang ibu masih sibuk menyiapkan makanan, sedangkan Abonim telah duduk manis dikursinya. Tersenyum ke arah tiga orang yang baru saja masuk ke ruangan. Senyuman itu di balas oleh Chanwoo dan Donghyuk.

“Chanwoo selalu berlaku baik padaku dan ayahmu, dan kakakmu, hanya padamu dia bersikap menyebalkan.” Eommoni menjawab gerutuan Eunjin, Ketiga laki-laki dalam ruangan itu tersenyum kecil mendengar itu. “Yun Oppa juga menganggapnya menyebalkan.” Mendengar itu Chanwoo melebarkan matanya yang memang sudah besar ke arah Eunjin. Eunjin yang melihat itu merengek. “liat Eomma, Appa, Dia melotot kepadaku.” Donghyuk, dan Abonim hanya tertawa.

“Berhenti Chanwoo Eunjin, Makanan sudah siap.” Eommoni memotong mengalihkan pembicaran dengan nada yang bersemangat karena masakan utama telah siap disajikan. Semua orang yang ada di dalam ruangan itu menatap serentak ke arah suara. Dan setelah masakan tersaji di meja, semuanya mulai memakan makanan tersebut dan berbincang santai. Hingga makanan yang awalnya memenuhi meja habis tanpa tersisa.

“Kau harus sering-sering mampir ke rumah Chanwoo-ya. Dan Donghyuk kau juga” Eommoni memberi tatapan mengancam pada keduanya.

“Mereka sibuk eomma, dan aku males sekali bertemu dengan Chanwoo. Donghyuk kau boleh sering kesini.” Eunjin yang menjawab perkataan ibunya.

“Aigoo noona, kemarin malam yang mengajakku minum itu apakah kembaranmu?”

“Eunjin-ah, jadi kau yang menghabiskan berkaleng-kaleng bir di apartemen Chanwoo.” Donghyuk menambahkan dengan nada bergurau. Mendengar itu Eommoni melotot ke arah Eunjin, yang ditatap menjadi gelisah.

“Ya! Jung Chanwoo kau berjanji untuk menutup mulutmu. Dan Donghyukie. Kau ini......Eomma, mian mian mian” Eunjin menatap eommoni dengan tatapan sepuppy yang dia mampu.

“aigoo.. Anak ini sudah berapa kali kuperingatkan untuk tidak mabuk-mabukan” Eommoni menjitak pelan kepala anaknya.

“Chanwoo bagaiamana pekerjaanmu?” Abonim yang sedari tadi hanya mengawasi dalam diam dan tertawa ataupun tersenyum membuka pembicaraan.

“Pekerjaanku baik-baik saja Abonim, aku mendapatkan proyek besar baru-baru ini. Jadi kurasa eommoni, aku akan benar-benar sibuk beberapa bulan kedepan. Maafkan aku.”

“Tidak apa-apa jika kau tidak dapat mampir lama kesini, tapi sesekali makan malam dirumahku kuyakin kau bisa.” Eommoni masih terus berusaha membuat Chanwoo sering datang kerumahnya, Karena 2 tahun terakhir Chanwoo menjadi sangat jarang datang kerumahnya.

“Baiklah eomma. Aku tidak bisa berjanji tapi aku akan mengusahakannya.” Chanwoo memberikan senyuman terbaiknya untuk memenangkan hati eommoni.

“Lagi-lagi senyum itu. Jangan terjebak senyumnya eomma!” Eunjin mengangkat mulutnya lagi.

“Eunjin kau ini benar-benar ya...” Eommoni menjitak lagi kepala Eunjin.

“Jaga kesehatanmu baik-baik Chanwoo Donghyuk, kalian sudah kami anggap sebagai anak kami sendiri, jadi kapanpun kalian membutuhkan bantuan kalian jangan sungkan untuk datang ke kami.” Abonim berkata sambil menyesap pelan kopi.

“Kami harus segera pulang, karena sudah larut malam eommoni” Donghyuk kali ini yang berbicara. Chanwoo mengangguk disampingnya. Semua orang kemudian berdiri dan berjalan ke arah pintu luar. Sebelum Chanwoo dan Donghyuk berjalan ke mobilnya. Eommoni memberikan mereka masing-masing kecupan di pipi. Dan mengucapkan selamat malam. Eunjin juga mengecup pipi Chanwoo dan menolak mengecup Donghyuk karena telah mengadukannya tadi. Abonim hanya menjabat tangan mereka.

“Hati-hati dijalan” Ucap eommoni ketika mereka berdua sudah masuk ke dalam mobil. Donghyuk membuka jendela mobil dan mengangguk ke arah Eommoni.

“Annyeong” ucap Chanwoo sambil melambaikan tangan. Keluarga kecil itu masih tetap diluar hingga mobil yang membawa Chanwoo dan Donghyuk hilang dari pandangan mereka.

- - -

“Antar aku ke restoran itu Donghyukie” Chanwoo berkata ketika mereka telah mendekati daerah Itaewon.

“Baiklah.” Tanpa diberitau restoran apa yang dimaksud Chanwoo, Donghyuk tau pasti dimana restoran yang dimaksud Chanwoo. Sebuah restoran yang.. sebenarnya tidak begitu spesial bagi dirinya. Namun tidak bagi Chanwoo. Dia menambah sedikit kecepatan mobilnya karena jalanan Itaewon sedikit kosong malam itu.

Sesampainya di depan restoran Chanwoo turun lebih dahulu. “Donghyukie. Bisakah aku minta tolong, tolong carikan aku cokelat bon-bon dan ... aa. Carikan aku pengharum ruangan. Pengharum ruanganku habis.” Donghyuk menatap Chanwoo dengan pandangan bingung baru tadi pagi dipasangnya pengharum ruangan karena dia yang merapikan ruangan Chanwoo. Namun sesaat kemudian dia menganggukkan kepalanya.

“Kau tunggu aku disini. Dan telepon aku apabila ada apa-apa. Okay.”

“Baiklah.” Ucap Chanwoo kemudian membalikkan badannya dan tidak beberapa lama menghilang masuk ke dalam ruangan restoran. Donghyuk menatap punggung temannya khawatir namun apa boleh buat, dia tidak bisa mengatakan tidak pada temannya.

Sepanjang perjalanan mencari toko terdekat yang menjual cokelat bon-bon dan pengharum ruangan yang dimaksud Chanwoo, donghyuk menyusuri tanpa arah Jalan utama Itaewon. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 lewat namun jalanan Itaewon masih dipadati oleh pengunjung dan kompleks pertokoan masih buka dengan diisi penuh pengunjung. Itaewon memang tidak mengenal malam ataupun siang. Mereka hidup sepanjang hari.  

Donghyuk memutuskan untuk berputar-putar untuk membunuh waktu karena sangat jelas Chanwoo memintanya membeli barang yang tidak penting adalah untuk menyendiri lagi. Dan ini yang membuatnya khawatir namun ia tidak dapat mengatakan tidak pada sahabatnya itu. Tidak. Mungkin lebih tepatnya cintanya yang bertepuk sebelah tangan.

Masih segar diingatan Donghyuk pertama kali dia bertemu dengan Chanwoo 12 tahun yang lalu, ketika ia dan Yunhyeong Hyung masih di bangku SMA. Anak baru di kelasnya yang terlihat sangat pendiam, lugu, dan innocent. Namun secara ajaib dapat berteman dengan teman di kelas dengan sangat cepat. Pendiam, lugu, dan innocent berubah jadi anak periang dimata Donghyuk. Sementara Yunhyeong Hyung adalah temannya sejak kecil karena rumah mereka yang berdekatan.

Donghyuk tersenyum mengingat masa SMAnya dulu bersama dengan Chanwoo si anak periang. Masih diingatnya dengan jelas waktu itu pulang sekolah Dia dan Yunhyeong sedang berjalan pulang bersama, namun ditahan oleh 2 orang yang terlihat sangat menyeramkan dandanannya yang kemudian Donghyuk ketahui adalah anggota geng daerah itu. Hampir saja uang mereka dan nyawa Yunhyeong yang mencoba melawan melayang, dan saat itu Chanwoo seperti layaknya hero datang membantu mereka. Awalnya Chanwoo mencoba berbicara dengan kedua orang itu, saat itu senyuman Chanwoo benar-benar indah di mata Donghyuk dan senyuman itu secara rahasia menjadi harta berharga miliknya. Yang selalu dia inginkan. Namun pada akhirnya Chanwoo gagal berbicara kepada mereka dan kami bertiga berakhir melarat karena 2 orang itu berhasil mengambil semua uang kami. Namun anehnya saat itu Donghyuk ingat jelas tidak satupun dari mereka yang bersedih, mereka malah tertawa seperti tidak habis terjadi kejadian menakutkan.

“Senyumannya waktu itu indah sekali” Gumam Donghyuk sambil tersenyum kecil.

Ingatannya masih melanglang buana kezaman yang menurutnya sangat membahagiakan sekaligus menyakitkan baginya. Hari dimana Chanwoo menyelamatkannya atau lebih tepatnya membagi kesialan bersamanya adalah hari dimana dia memandang Chanwoo sebagai sesuatu yang lain dari pada dia memandang orang lain tidak juga memandang wanita. Kala itu hubungan laki-laki dengan laki-laki dipikirannya adalah hubungan yang tidak bisa diterima akal sehat. Sehingga dia tidak melakukan apapun terhadap perasaannya kala itu. Tapi dia menyadari dia jatuh cinta pada Chanwoo. Namun masih diingatnya pada suatu malam, ketika Chanwoo dan Yunhyeong mengajaknya untuk berjalan-jalan di pasar berburu kuliner. Dan Yunhyeong kakak dan sahabatnya, dan Chanwoo orang yang dicintainya mengatakan kalau mereka telah memutuskan untuk bersama. Dan malam itu ketika sampai di rumah, semalaman air matanya tidak mau berhenti mengalir. Orang biasa memanggil keadaannya itu sebagai Patah hati.

Donghyuk tersenyum getir mengingat bagian memori itu. Dan Chanwoo menjadi alasan dia untuk pergi belajar di Luar negeri untuk melupakan cintanya, namun orang yang sama yang menjadi alasan dia kembali bahkan bersedia untuk menemani masa sulit orang itu karena masalah cinta. Selama 5 tahun tak pernah sekalipun meninggalkan Chanwoo. Apabila ada orang yang mengatakan dia bodoh di depan wajahnya. Dia akan dengan senang hati mengiyakan anggapan orang itu.

Tidak terasa dia memasuki daerah pemukiman yang keadaannya telah sangat sepi. Namun tidak berapa lama Donghyuk menemukan sebuah mini market dan memutuskan untuk mencari barang pesanan Chanwoo di sana. Kedua pesanan ditemukan, akan tetapi tiba-tiba seseorang yang dia kenal seseorang dari masa lalunya tiba-tiba muncul di hadapannya. Berpenampilan necis namun tidak membawa mobil dan terlihat kedinginan. Dia kaget sehingga secara tidak sadar mengucapkan nama orang itu. “Junhoe-Ssi?” Ucapnya.

“Kau benar-benar penyelamatku” Orang yang dipanggil Junhoe oleh Donghyuk menjawab dengan mata yang berbinar. Donghyuk berpikir sejenak sebelum menanggapi kata-kata Junhoe.

“Kau tersesat?”

“Tepat sekali, dan bisakah kau antarkan aku kerumahku ataupun jalan besar? Sebelum itu biarkan aku membeli sesuatu yang hangat di dalam. Aku merasa kedinginan sekarang.” Jawabnya. Orang ini masih sama seperti yang kuingat sebelumnya. Seenaknya saja memerintah. Donghyuk berbicara dalam hati, namun pada akhirnya dia hanya mengangguk. Dan berjalan ke dalam mobil untuk menghangatkan diri.

“Chanwoo” Donghyuk berkata ketika deringan telepon berganti menjadi suara seorang laki-laki.

“Ada apa?” ucap lawan bicaranya.

“Aku mungkin akan sedikit lama untuk menjemputmu. Aku bertemu dengan seseorang, teman lama. Dia sepertinya tersesat, aku akan mengantarkannya pulang.”

“ baiklah.. aku bisa pulang sendiri Dongie.. kau pulanglah setelah mengantar teman lamamu.”

“tunggu disitu aku akan mengantarmu pulang. Oke.”

“Jangan mulai keras kepala dongie.. aku bisa pulang sendiri”

“Benarkah. Kau baik-baik saja kan?” Ucap Donghyuk terdengar khawatir.

“apakah aku terdengar seperti sedang tidak baik-baik saja? Aku hanya mengerjakan beberapa laporan, disini suasananya tenang dan aku menyukai tempat ini. Kau tau itu kan. Tidak perlu kujelaskan lagi mengapa aku bisa tenang di tempat ini” Chanwoo mulai terdengar kesal diujung sana. Donghyuk melihat ke arah mini market dan dilihatnya Junhoe sedang memberi isyarat untuk menunggunya. Dia hanya membalas Junhoe dengan senyuman.

“Baiklah kalau kau memaksa. Aku akan menjemputmu besok pagi. Jangan pulang terlalu malam. DAN! Jangan minum! Besok kita akan bertemu dengan klien penting. Oke!”

“Ei ei captain” Ucap Chanwoo, sedetik kemudian hanya terdengar tut tut tut tanda terputusnya sambungan telepon.

-----

Chapter ini terinspirasi dari foto terbaru Chanwoo yang lagi senyum indaaaaaaaaahhhhhhh banget!!! mau upload kesini tapi foto itu gak ada imgurnya.. TT sedih sekali. fotonya @Sweet_iLLUSION7 yang chanwoo megang kamera sambil senyum. senyumnya angelic banget!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nosign
SS for Side Story ^^ Enjoy~~

Comments

You must be logged in to comment
Planetoceng #1
Chapter 24: This is fic so damn lame but i can't stop reading it #junchanmanse #junchanislife cant wait for ur next update thor^^
Planetoceng #2
Chapter 24: This is fic so damn lame but i can't stop reading it #junchanmanse #junchanislife cant wait for ur next update thor^^
holup30 #3
Akhirnya update juga di tunggu lanjutannya
wulaaandari #4
Chapter 24: Majasih udah update :* melly yang terbaik :*
Icecreamlov4 #5
Chapter 23: Ini sudah end kah? Atau masih berlanjut? ><
KingKoong
#6
Chapter 23: “he’uh..”
kok aku ngebayangin muka junhoe pas bilang itu polos2 bingung gimana gitu pasti lucu bgt *3*

Kalo buat junchan perkembangan lebih cepat lebih baik hohohoho ;o
Thanks for the update~
wulaaandari #7
Akirnya mely update, yuhuu
Ini aku baca dari awal sampe akhir senyum terus. Aww this is really sweet. Gimana dong mel aku makin Cinta sama ff ini, tapi aku harus siapin hati buat updaten yang sebulan sekali ;( gpp deh mely uodtr aja udah buat aku seneeeeng, ditunggu yah mel update nya besok. Ini kan short story nya :p
KingKoong
#8
Chapter 22: Lah gatau kenapa baru nemu trus pingin baca fics ini sekarang, langsung cuss dari foreword sampe chapter terakhir dan eng ing eng~~~ man I LOVE THIS SO MUCH~♡
Asli Chanhwan sailing bgt tapi Junchan selalu dihati~♡
update lagi dong~ setelah gagalnya(?) 'kejadian' malem sebelumnya, semoga di next chapter bisa beneran yak xD