LOVE 3

Love

-Chanwoo-

Malam itu Chanwoo sedang berdiri di balkon apartemennya, memandang ke arah kota yang masih dipenuhi gemerlap lampu-lampu jalan dan bangunan. Balkon adalah tempat kedua favoritnya setelah ruang kerja yang dipenuhi oleh action figure dan manga koleksinya. Tempat dimana ia akan mendapatkan sedikit ketenangan dan biasanya adalah tempat untuknya memecahkan masalah. Dahinya yang sedikit mengkerut dibagian tengah menandakan dirinya sedang berpikir tentang sesuatu. Ditangannya sebuah tiket pesawat, yang diterimanya dari Junhoe. Dia tidak mengerti apa yang membuat laki-laki itu melakukan hal menggelikan seperti ini. Untuk apa? Mempermainkannya? Apakah semua bocah orang kaya seperti itu senang sekali mengeluarkan uang hanya untuk mempermainkan orang lain. Sesimpel itu? semua itu yang sekarang ada dipikiran Chanwoo.

“Haruskah aku mengikuti permainannya?” ucapnya lirih sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya.

 

-Junhoe-

“Junhoe” orang yang dipanggil hanya menyuarakan ‘eeem’ karena tangannya sedang sibuk melakukan sesuatu di handphonenya. Suasana di bar itu sedang ramai namun tidak membuat kedua laki-laki yang tengah menikmati malam itu merasa terganggu. Namun apabila ada yang mengganggunya adalah keberadaan orang yang dipanggilnya Junhoe itu tidak bergerak sedikit pun meskipun dia telah mencoba memanggilnya. Terlalu fokus dengan handphonenya. Entah apa yang dilakukannya.

“YA! Kau yang mengajakku kesini, dengan alasan ingin bicara sesuatu dan sekarang kau mengabaikanku? Kau tau aku ini orang sibuk, bukan dirimu saja ‘tuan.” Orang itu tidak dapat lagi menahan ketidaksabarannya. Mendesis kesal dan kembali menyesap winenya. Beberapa wanita menghampiri meja mereka, namun secara halus ditolak olehnya.

“Sebentar saja, Aku akan menyelesaikan ini dalam 5 menit kedepan. Okay Jiwon Hyung?” Junhoe kembali melakukan sesuatu di handphonenya. Namun kali ini ada hal yang berbeda dari wajah Junhoe, sebelumnya mungkin berurusan dengan bisnis, kali ini personal mungkin, begitulah pikir Jiwon. Dan meskipun dirinya kesal, namun dia tetap berakhir menunggu seperti apa yang diminta oleh Junhoe. Beberapa kali dibuka-tutup handphonenya mencari kegiatan yang dapat mengusir kebosanan menunggu 5 menit kedepan.

Ketika akhirnya 5 menit berjalan, Junhoe menepati janjinya. Ditaruhnya handphone ke dalam kantong celana dan mengalihkan wajahnya ke arah Jiwon dengan wajah sumringah. Jiwon yang melihat itu berdenyit bingung.

“Jadi begini Jiwon-hyung, kau bilang kau mau liburan kan?”

“hem..” kali ini Jiwon yang pura-pura sibuk dengan handphonenya. Namun tidak seperti Jiwon sebelumnya Junhoe terlihat tidak terganggu tentang hal tersebut.

“aku punya tiket ke Jeju”

“Jeju??” Jiwon kini tidak tahan untuk tidak menatap Junhoe. Dirinya tidak percaya bahwa orang yang kini ditatapnya mengajaknya jauh-jauh kesini disela waktu istirahatnya hanya untuk mengatakan hal ini. Dan ada apa dengan senyum sumringahnya itu?

“Aku tau kau ingin sekali ke Jeju bukan?”

Jiwon berdecak kesal, “Benar jika kau katakan itu 3 bulan yang lalu!”

“maksudmu hyung?” kini Junhoe memperlihatkan sedikit kekecewaan di wajahnya karena sepertinya Junhoe telah menebak jalannya pembicaraan.

“Aku telah pergi kesana 2 minggu yang lalu, paboo” Jiwon kini terkekeh, sepertinya bahagia melihat Junhoe yang kini menatapnya frustasi.

“Tapi hyung. Kau harus pergi kesana.”

“Harus? Apakah ada hal yang penting?”

“Tidak terlalu. Tapi kau harus!”

Kini Jiwon kembali menjadi kesal dengan junhoe yang telah mulai memperlihatkan kekeraskepalaannya. “Kau tau, 1. Aku bukan bawahanmu yang bisa kau bilang ‘harus’ tanpa alasan logis 2. Aku adalah orang sibuk dan kau tau itu.”

Jiwon mulai beranjak dari sofa karena dia tidak mengira bahwa bocah kaya ini memaksanya untuk pergi kesini hanya untuk membicarakan sesuatu yang tidak penting dan ditambah lagi, anak ini ‘memaksa’nya. Apabila setidaknya dia bersikap seperti seseorang yang ingin meminta tolong padanya dengan baik-baik, mungkin dengan senang hati dia akan membantunya. Well, Junhoe adalah teman baiknya after all.

“Kau harus belajar tatakrama Junhoe.” Setelah mengucapkan hal tersebut Jiwon berlalu. Dan Junhoe terlihat lebih frustasi. Namun pada akhirnya Junhoe berdiri dan berjalan menyusul Jiwon yang telah menghilang dari balik pintu bar tersebut.

“Hyunggg.. aku minta maaf okay. Tapi aku hanya ingin kita bersenang-senang disana. Kujamin kita akan bersenang-senang.” Ucap Junhoe ketika akhirnya dirinya dapat menyusul langkah Jiwon yang berjalan cukup gontai, seolah-olah memberikan kesempatan Junhoe untuk mengejarnya.

Jiwon tidak menanggapi perkataan Junhoe dan terus berjalan, dia pun tidak menatap ke arah Junhoe sedikitpun. Sedang Junhoe masih mengikuti Jiwon disampingnya. “Hyung.. Kau tau... emm.. ada hal penting sebenarnya. makanya aku mengajakmu, jebal hyung” Junhoe yang memiliki harga diri tinggi kini terdengar memelas. Jiwon yang mendengarnya terkekeh pelan. Junhoe yang mendengar itu melebarkan matanya penuh harap.

“Kau bilang tidak ada hal yang penting.” Jiwon menghentikan langkahnya tepat di depan mobilnya.

“Well, sebenarnya ini bukan hal seperti bisnis atau urusan lain seperti itu yang bisa ku kategorikan sebagai suatu hal yang ‘penting’ namun cukup penting. Namun urusan personal. Yah semacam itulah.” Jiwon menatap Junhoe tidak percaya, tidak pernah sekalipun dia melihat Junhoe seperti ini.

“Hya! Ada apa dengan pipimu itu, memerah seperti itu? apa kau bocah perempuan yang sedang jatuh cinta. Menjijikkan sekali” Jiwon tertawa dan hal itu membuat wajah Junhoe yang memerah karena malu sebelumnya menjadi memerah karena kesal.

“sekarang kau yang kurang ajar padaku hyung.” Junhoe berbicara dingin karena rasa kesalnya, dan berefek sebaliknya kepada Jiwon yang tertawa semakin keras. “Nah ini Junhoe yang selama ini kukenal.” Ucap Jiwon sambil menepuk-nepuk bahu Junhoe.

“We are good now, right? Tidak enak berbicara disini hyung. Kita masuk lagi? Get your drink, i’m on charge” Junhoe menyunggingkan senyum.

“Let’s go!” Jiwon menaruh tangannya di pundak Junhoe, dan keduanya berjalan masuk ke dalam bar dengan wajah sumringah.

 

-Chanwoo-

Chanwoo berjalan dengan pandangan kosong. Setelah bergadang satu malam mengerjakan draft kliennya untuk presentasi hari ini. Panda eyesnya menjadi semakin gelap, dan kulitnya terasa sangat tebal karena kurang tidur. Dan dirinya menjadi kesal ketika tidak ditemukan satu orangpun di dalam kantor Seima. Well, memang begini seharusnya, pikirnya. Dilihatnya jam tangan yang terpasang cantik ditangan kirinya. Pukul 8 lewat 21 menit begitulah yang terlihat, membuat Chanwoo tersadar bahwa dia hanya memiliki sedikit waktu untuk bersiap-siap terakhir kali. Dia berjalan cepat ke arah mejanya dan mencari beberapa berkas dan setelah ia mendapatkan apa yang diinginkannya, Chanwoo kembali berjalan keluar ruangan. Dan menemukan seseorang yang baru saja turun dari mobilnya, dan tersenyum ke arahnya. Chanwoo berjalan mendatanginya.

“Kau sudah bisa kerja hari ini? kupikir hari ini kau kedatangan keluargamu?” Ucap Chanwoo, ketika ia sampai dihadapan orang itu.

“Aku tidak bisa meninggalkan seseorang yang mungkin saja membahayakan usahanya sendiri karena kurang tidur bukan?” Ucap orang itu yang kemudian hanya mendapat balasan pukulan ringan pada pundaknya.

“Kau kira aku ini siapa? Apakah kau benar-benar sudah sehat?” Chanwoo membuka pintu mobil bagian setir dan duduk di dalamnya. Dan orang itu mengikuti Chanwoo dan membuka pintu mobil di arah berlawanan.

“Seperti yang kau lihat.” Ucapnya.

“Aku melihat kau seperti sedang sekarat” Chanwoo menyalakan mesin mobil dan mulai memacunya.

“kalau begitu buat aku menjadi sehat dengan mendapatkan project ini.” Ucap orang itu sambil menyapu cairan yang sedikit keluar dari hidungnya.

“Baiklah, dan apabila batuk dan bersinmu itu yang membuat proyek ini gagal. Aku yang akan menguburkan jasadmu.” Chanwoo memberikan senyum nakalnya pada orang itu, yang dibalas dengan tawa renyah.

“Dan begitupun aku. Kau terlihat menyedihkan.” Ucapnya. Chanwoo hanya terkekeh. “Sepulang dari urusan ini, bagaimana kalau kita ke kafe gingseng itu, setidaknya untuk menyegarkan badan. Dan ada yang ingin kubicarakan denganmu Dongie..”

“Hem... apa yang kau ingin bicarakan? Apakah tentang buket mawar itu?” Ucapan Donghyuk itu membuat Chanwoo tiba-tiba tersedak. Dan hal itu membuat donghyuk tertawa.

“Siapa yang menyebutkan soal buket bunga itu padamu????” Chanwoo menaikkan kecepatannya karena rasa kaget yang didapat dari ucapan donghyuk sebelumnya.

“Kau tebak saja...” Donghyuk mengedipkan matanya ke arah Chanwoo, yang membuat chanwoo semakin terlihat kesal.

“Sialan Minosaurus!!!!” Ucapnya frustasi.

“Excellent!” Donghyuk bertepuk tangan dengan wajah sumringah.

“Iya soal bunga itu dan lain-lain. aku akan minta tolong padamu. Keol?” Mata Chanwoo fokus ke arah jalan, namun kelingking kirinya diarahkan ke arah Donghyuk sebelahnya, yang disambut oleh Donghyuk.

 

-Junhoe-

Junhoe: Hei.. emm, Chanwoo.. Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Kutunggu kau di Kafetaria Kantorku. Kau bisa datang kapan saja.

Junhoe: Hubungi aku apabila kau ada di kantorku.

Junhoe sedang menikmati kopi di kafetaria kantornya sambil terus menatap pesan yang ia kirim dari 2 jam yang lalu. Tidak ada tanda-tanda pesan ini akan di balas, ataupun Chanwoo akan benar-benar datang kepadanya. Pesannya pun belum di baca sama sekali, tidak ada pemberitahuan pesan itu dibaca. Junhoe menahan rasa kesalnya dengan terus menyeruput kopi hitamnya.

Junhoe sendiri tidak mengerti mengapa dia menjadi begitu peduli dengan permainannya ini. mungkin lebih tepatnya dengan pemain utama dalam permainan yang dia buat sendiri. Namun, tanpa disadarinya dia selalu menunggu pesan dari Chanwoo, dan setiap kali pesannya di balas olehnya Junhoe selalu merasa kebahagiaan tersendiri, yang dirinya sendiri tidak mengerti mengapa dirinya menjadi seperti itu. Mengapa ia merasakan seperti itu? Dan beiringan dengan perasaan bahagia itu membuat keinginannya untuk bertemu dengan Chanwoo menjadi sangat kuat. Dan itu membuat dirinya gelisah.

Seseorang menepuk pelan pundaknya dari belakang, dan sekretaris Choilah yang memberikan tepukan tersebut.

“Kita harus berangkat sekarang Direktur.” Junhoe yang mendengar ucapan sekretarisnya itu membelalakkan matanya.

“Sekarang? Yang benar saja!” Junhoe tiba-tiba panik. Dipikirannya bagaimana apabila Chanwoo datang kekantornya dan dirinya tidak ada disini sekarang.

“Iya sekarang, karena tiba-tiba saja mereka memajukan jadwal pertemuan.”

“Aish! Tapi bukankan ini terlalu tiba-tiba? Tidak bisakah kau membuat jadwal pertemuan itu menjadi besok saja? Jadi kita bisa pergi nanti malam.” Wajah Junhoe memperlihatkan kekesalannya.

“Kita yang sedang memerlukan mereka, jadi kurasa itu hal yang mustahil, selain itu tiket keberangkatan telah disiapkan. Kurasa agenda anda hari ini kosong, atau apakah anda sedang menunggu seseorang?”

Hampir saja Junhoe mengucapkan “iya” namun tertahan oleh pikiran logisnya yang mengatakan bahwa Chanwoo tidak mungkin menemuinya, tidak karena hingga saat ini pesan belum juga dibaca olehnya. Sehingga Junhoe hanya bisa menjawab dengan “tidak ada”.

“Oke baiklah, semua perlengkapan anda telah dimasukkan ke dalam mobil. Kita berangkat sekarang.” Sekretaris Choi membiarkan Junhoe berjalan terlebih dahulu, dan mengikutinya dari belakang.

 

-Chanwoo-

“Kampaaai~~~~” Chanwoo dan Donghyuk sedang berada di sebuah restoran yang dimana-mana terlihat lambang gingseng. Restoran kesukaan mereka berdua ketika berada dalam keadaan tidak sehat maka mereka akan dengan bahagia datang kemari. Di kedua tangan mereka terdapat gelas berisi minuman yang warnanya menyerupai bir, namun sebenarnya adalah ekstrak gingseng. Dan mereka bergaya seolah-olah sedang meminum bir. Hal itu mengundang tatapan dari orang di sekitar mereka, yang menatap mereka seolah-olah mereka adalah orang aneh. Namun keduanya tidak mengindahkan orang-orang disekitar mereka. Mereka terlihat sedang bahagia.

“Kau terlihat sangat hebat hari ini. Good Job!” Donghyuk memberikan senyum lebarnya pada chanwoo saat mengucapkan hal ini.

“Tentu saja. Sudah kubilang kan kau kira aku ini siapa. Aku mungkin tidak terlihat begitu, namun aku ini jenius!” Keduanya tertawa.

“Kurasa aku memang hanya terlalu khawatir. Okay tadi kamu bilang mau bicara sesuatu denganku?”

“Ah.. soal itu. hemm.. terima kasih telah mengingatkanku. Aku akan memberikan pengajaran ke Mino hyung yang ember itu.” Ucapnya sambil mengambil Handphone dari dalam tasnya. Baru saja dibukanya layar handphonenya. Ada beberapa pesan dari ibunya dan rekan kerjanya. Namun yang menarik matanya adalah satu pesan dari Gooboo, Goo Junhoe. Salah satu alasannya membawa Donghyuk kerestoran ini. Chanwoo membaca pesan itu dan dikirim 6 jam yang lalu, dan pada akhirnya ia tidak jadi menghubungi Mino hyung. Dan kembali menatap Donghyuk. Yang ditatap memberikan tatapan bingung.

“Dongie.. sepertinya pembicaraan kita tunda dulu ya. Tapi intinya. Emm.. besok temani aku ke Jeju okay?”

“Hah????” Donghyuk semakin terlihat bingung ketika kemudian Chanwoo berdiri dari kursinya.

“Aku tiba-tiba ada sesuatu yang perlu dikerjakan. Tidak perlu mengantarku, aku akan memakai taksi. Untuk hari ini kau dulu yang bayar ya. Aku akan mentraktirmu nanti. Bye” setelah mengucapkan hal itu Chanwoo berlalu keluar dari restoran dan meninggalkan Donghyuk yang melongo melihat hal tiba-tiba yang dilakukannya tersebut.

Sementara itu, Chanwoo telah berada di dalam taksi. Dia sedang mengetik sesuatu di Handphonenya.

Chanwoo: Ada apa? Apakah ini mengenai kerjaan atau masalah lain?

Chanwoo menunggu beberapa saat kemudian mengetik hal lain.

Chanwoo: Aku sedang berada ditaksi menuju kekantormu.

Setelah mengirim pesan tersebut, chanwoo menyimpan handphonenya di dalam tas dan memeriksa beberapa hal di dalam laptopnya. Memastikan apakah ada kesalahan dari rancangan yang ia serahkan kemarin yang mungkin membuat kliennya memanggilnya.

Tidak terasa waktu berlalu, dan Chanwoo telah berada di depan kantor megah milik Goo Junhoe, klien penting sekaligus orang yang sangat menyebalkan baginya. Diambilnya handphone di dalam tasnya. Pesan yang dikirimnya beberapa saat yang lalu tidak ada tanda-tanda dibaca oleh penerima pesan. Di coba di teleponnya, namun dia tidak mendapatkan apapun selain sapaan operator yang menyebutkan bahwa ia tidak dapat menghubungi nomor itu saat ini.

Karena aku sudah disini, kucoba tanyakan ke resepsionis saja, pikir Chanwoo. Dan setelah itu ia masuk ke dalam gedung tersebut dan berjalan ke arah resepsionis yang menyambutnya dengan senyuman.

“Apakah saya bisa menemui Direktur Goo Junhoe saat ini. Tadi direktur menyuruh saya untuk menemuinya.” Ucap Chanwoo kepada pekerja yang berada di depannya.

“Apakah anda telah memiliki janji dengan direktur?” Ucap wanita itu lembut.

“Iya” Chanwoo menjawabnya dengan singkat, dia sebenarnya bingung apakah pesan dari Junhoe itu salah satu bentuk janji bertemu atau tidak. Namun pada akhirnya ia menjawab iya karena kalau tidak urusan akan menjadi lebih panjang.

“Baiklah, siapa nama anda?”

“Jung Chanwoo”

“Anda Mr. Chanwoo dari Seima?”

“Iya benar”

“Tunggu sebentar, anda bisa duduk di sana” Wanita itu menunjuk ke arah sofa dan dengan gerakan tangan yang halus mempersilahkan Chanwoo untuk duduk di Sofa dekat dengan bagian resepsionis itu dan memang diperuntukkan untuk tamu perusahaan. Chanwoo berjalan ke arah sofa tersebut dan duduk di tempat paling dekat dengan resepsionis. Dilihatnya wanita resepsionis tadi berbicara di telepon dengan seseorang. Chanwoo mengira bahwa pekerja itu sedang memproses permintaannya untuk bertemu dengan Junhoe. Namun setelah menutup telepon, wanita itu tidak segera mendatanginya namun berjalan kearah berlawanan darinya, ke dalam sebuah ruangan. Entah ruangan apa itu.

Tidak beberapa lama kemudian, seseorang dengan menggunakan pakaian seragam kafetaria mendatanginya dan menaruh sebuah minuman di meja tepat di depannya.

“saya tidak memesan apapun” Ucapnya bingung kepada pelayan itu.

“Bagian resepsionis tadi memesan ini untuk anda tuan. Silakan anda nikmati.” Pelayan itu memberikan senyumnya, dan masih dengan wajah bingung Chanwoo, pelayan itu berbalik dan berlalu kembali ke kafetaria. Apakah semua tamu disini diberikan servis seperti ini. Baik sekali. Namun kemarin, saat pertama kali kesini. Aku tidak mendapatkan servis seperti ini. pikir Chanwoo.

Chanwoo baru saja menyeruput yang ketiga kalinya minuman yang diantarkan kepadanya. Wanita dari resepsionis tadi mengantarkan sebuah map berwarna cokelat dan sebuat amplop surat berwarna biru muda dan menyerahkan dua benda tersebut kepadanya.

“Apa ini?” ucap Chanwoo bingung namun tetap menyambutnya.

“Dari Direktur Tuan, Direktur sedang berada di perjalanan bisnisnya. Jadi beliau menitipkan ini kepada kami apabila anda datang.” Apa yang dikatakan resepsionis itu membuat chanwoo kaget, dan ia tidak dapat menyembunyikan rasa kesalnya.

“Bukankah ia mengajakku ke jeju dan ternyata itu semua Cuma bohong dasar maniak!” Chanwoo menggerutu dengan suara lirih sambil menatap amplop dan map dari Junhoe.

“Ada apa tuan? Apa yang anda katakan tadi?”

“Tidak ada apa-apa. Kalau begitu, saya permisi” Segera setelah mengucapkan hal tersebut Chanwoo beranjak dari Sofa tersebut dan berjalan keluar dari gedung dengan wajah yang sangat kentara bahwa ia sedang kesal.

Tepat sebelum ia mencapai pintu keluar, seseorang yang masuk ke dalam gedung membuat dirinya berhenti berjalan. “Hyung!” Ucapnya.

“Chanwoo!” Ucap orang itu ketika melihat orang yang memanggilnya. Dan Chanwoo yang beberapa saat yang lalu memberikan ekspresi orang yang siap membunuh orang lain kini berubah 180 derajat dengan wajah penuh senyum. Dan dimple kecilnya yang berjumlah 3 buah terlihat jelas karenanya.

“Hyung... Ngapain disini? Kau bekerja disini??” Ucap Chanwoo ketika orang itu akhirnya tepat berada dihadapannya.

“Kau sendiri ngapain disini? Aku hanya ingin menemui seseorang dan memberikan orang itu pelajaran” Ucap orang itu.

“Aku juga ingin nemuin seseorang, tapi orang itu sedang tidak ada, dan aku juga ingin memberi pelajaran ke orang ini. Kita sehati Hyung!” Chanwoo terdengar sangat bersemangat, dan itu membuat lawan bicaranya terkekeh.

“Kita berbicara sambil minum kopi yuk. Kau sedang tidak sibuk kan?” belum sempat Chanwoo menjawab, orang itu sudah menarik tangannya dan membawanya ke arah kafetaria.

Sesampainya di tempat duduk mereka, “Siapa memangnya yang ingin kau temui hyung? Karena apabila kau ingin bertemu dengan direktur perusahaan ini. dia sedang tidak ada. Perjalanan bisnis.” Orang yang sedang chanwoo ajak bicara tiba-tiba tersedak kopi yang sedang diminumnya.

“Apa katamu tadi? Direktur? Goo Junhoe?”

“Iya hyung~ apakah kau mencarinya?” Mata besar milik chanwoo melebar pertanda dia sedang penasaran.

“Sialan anak itu! jadi gara-gara ini dia tidak bisa dihubungi.”

Chanwoo semakin terlihat penasaran. “Apakah kau mengenal Goo Junhoe hyung?”

“Iya, dia teman baikku. Apa kau mengenalnya? Dan apa keperluanmu dengannya chanu?”

“Well, dia adalah klienku hyung. Dan keperluan lain.” Chanwoo menghindari tatapan mata dari orang yang berada di depannya yang menatapnya dengan penasaran dengan menyeruput kopi sambil menatap keluar.

“Keperluan lain?” Orang itu bertanya dengan nada sangat penasaran.

Chanwoo tidak menjawab. Orang itu masih menatap dan menunggu chanwoo untuk menjawab, karena chanwoo merasa tidak nyaman akhirnya dia menjawab. “Ya... dia yang kuceritakan kemarin. Laki-laki menyebalkan itu hyung. Jadi...”

“Jadi..?”

“Well. Dia mengajakku ke jeju besok, tapi ternyata dia ada di perjalanan bisnis. Aku tidak kesal, hanya saja dia bahkan tidak memberitahukan bahwa dia ada perjalanan bisnis, itu sama saja dia bohong kepadaku bukan?. Apakah dia orangnya memang seperti itu hyung? Kau temannya bukan?”

“well.. dia memang orang yang seperti itu. jadi besok kau akan tetap ke jeju?”

“Sepertinya begitu, lumayan kan.. dapat perjalanan gratis, aku ingin refreshing sedikit.” Ucap chanwoo santai, karena sepertinya orang yang ada dihadapannya ini tidak memberikan reaksi yang dapat membuatnya malu seperti yang diperkirakannya sebelumnya. “kamu hyung?”

“Aku hanya ada urusan bisnis sedikit dengannya dan memberikannya pelajaran tentang satu dan lain hal” Orang itu tersenyum kepada Chanwoo.

“Hyung, sepertinya aku harus pulang.” Ucap Chanwoo setelah ia tadi mengintip jam tangannya yang telah berada dipukul 16 tepat.

“Kau naik apa?”

“Aku naik taksi hyung”

“Kuantarkan ya?”

“tidak usah hyung.. aku naik taksi saja, kau juga sibuk kan. Aku tidak ingin merepotkanmu”

“well setelah lama tidak bertemu, izinkan aku memanjakan adik kecilku yang manis, bagaimana?”

“Baiklah bila kau memaksa Bobby-hyung”

Keduanya kemudian beranjak dari kafetaria. Chanwoo menunggu di depan gedung, sedangkan Bobby mengambil mobil diparkiran. Hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk mereka sampai ke apartemen Chanwoo. Chanwoo mempersilakan Bobby masuk kedalam apartemennya.

“Kau tinggal sendiri?” suara yang tiba-tiba membuat Chanwoo kaget dan hampir saja menumpahkan air panas ke tangannya. Bobby yang melihat itu ikut kaget dan langsung berlari ke arah Chanwoo. “Kau baik-baik saja? Apa air panasnya mengenai tanganmu?? Cepat dinginkan tanganmu!” Ucapnya khawatir.

“aku baik-baik saja hyung, tidak ada air panas yang terkena tanganku. Dan ... iya aku tinggal sendiri.” Ucapnya sambil membersihkan air yang tertumpah.

“syukurlah. Biarkan aku yang melanjutkan ini. kau duduk saja. Kau terlihat sangat lelah.” Bobby mengambil alih pekerjaan Chanwoo. Chanwoo yang memang sedang lelah hanya menganggukkan kepalanya. “Chanwoo...”

“Hemm?”

“Bagaimana dengan kekasihmu? Siapa namanya? Hun? Yun? Bun?” Bobby selesai membuat dua cangkir teh dan membawa keduanya ke arah Chanwoo yang duduk di meja makan.

Chanwoo yang mendengar ucapan Bobby terlihat berbeda, pikirannya kembali memikirkan kekasihnya. Kekasihnya yang telah tiada. Namun keberadaan Bobby membuatnya menahan diri untuk tidak memikirkan kekasihnya itu lebih lanjut.

“Yunhyeong? Dia telah meninggal” beberapa saat keduanya terdiam, membentuk suasana yang aneh, Bobby tidak tau harus merespon seperti apa, haruskah dia senang? Namun chanwoo melanjutkan perkataaanya “.... 5 tahun yang lalu.” Chanwoo tidak berencana untuk menjawab dengan suara selirih itu. Namun apa boleh buat. Hatinya telah membuatnya seperti itu.

“Benarkah?” Bobby menatap Chanwoo tidak percaya, namun ekspresi sedih chanwoo yang terlihat membuat Bobby sadar bahwa apa yang dikatakan chanwoo bukanlah bercandaan. “Maafkan aku Chanwoo.. aku tidak bermaksud..”

“Tidak apa-apa hyung.” Chanwoo tersenyum, namun Bobby mengetahui senyum itu hanya senyum terpaksa.

“Apakah itu alasan kau tiba-tiba menghilang 5 tahun yang lalu...” Chanwoo hanya mengangguk sebagai jawaban. “Tapi syukurlah aku bisa menemukanmu saat ini. itu cukup membuatku senang” Bobby kali ini yang memberikan Chanwoo senyum.

Setelah itu, keduanya membicarakan hal-hal lain. Dua jam berlalu, ketika akhirnya Chanwoo sendiri di kamarnya karena Bobby telah pulang. Di bukanya map yang diterimanya dari resepsionis. Isinya mengenai koreksi rancangan dan beberapa berkas lain. setelah memeriksa map, Chanwoo beralih ke surat dengan amplop biru muda. Isinya benar-benar surat, tulisan tangan dari Junhoe, Pikir Chanwoo.

 

Chanwoo.

Pertama aku minta maaf karena tidak jadi bertemu denganmu hari ini.

Dan karena perjalanan bisnisku, sepertinya besok kau harus menikmati Jeju sendirian.

Namun, apabila kau memang datang ke Jeju. Akan kuusahakan datang kesana pada malam hari.

Aku akan menghubungimu nanti setelah semua urusan bisnis selesai.

Junhoe

 

Baru saja selesai membaca surat itu, dering handphone Chanwoo berbunyi.

-

Junhoe sedang berada di kamar hotel, setelah beberapa jam sebelumnya ia mengikuti pertemuan bisnis yang membuatnya merasakan lelah yang luar biasa. Karena kerja sama ini sangat ia perlukan dan perusahaan itu sangat sulit sehingga pekerjaannya saat ini sangat melelahkan baik tubuh, otak, dan hatinya. Walaupun hatinya lelah karena hal lain.

Perasaan bersalah.

Karena setelah ia memiliki waktu personal ia menemukan pesan dari Chanwoo yang menandakan bahwa Chanwoo menemuinya di kantor. Dan saat ini dia ingin sekali bertemu dengan orang itu. untuk apa? Pikirnya. Meskipun dia tidak mengerti namun dia adalah orang yang hampir selalu menggunakan instingnya sehingga ia tidak menolak perasaan ingin bertemunya ini.

Saat ini dipegangnya handphone dan ditatapnya nomor yang ada di layar. Beberapa kali tangannya ingin menyentuh bagian dial, namun tidak jadi. Setelah 30 menit ia akhirnya memutuskan untuk menelpon Chanwoo. Dia tidak berharap banyak Chanwoo akan menerima telepon darinya, namun tidak disangkanya, hanya setelah dua kali dering teleponnya diangkat. Selain kaget, Junhoe merasa sangat senang.

Yeobseo?” ucap Chanwoo diseberang sana.

“Chanwoo?” perasaan senang Junhoe terdengar dari cara ia memanggil Chanwoo.

Emm.. ada apa?” Junhoe dapat mendengar perasaan dingin dari Chanwoo hanya dari suaranya.

“Aku minta maaf soal well.. sudah kutulis di surat. Kau tidak marah bukan?”

Buat apa saya marah. Saya berterima kasih rancangan saya telah diperiksa bahkan dikoreksi.

“Tidak masalah, soal jalan-jalan kita...”

Itu juga tidak masalah bagi saya, saya akan tetap pergi. Karena ini kesempatan langka mendapatkan liburan gratis dengan fasilitas lengkap seperti ini. saya ucapkan terima kasih

“Benarkah. Aku akan datang secepatku bisa!” Junhoe terdengar sangat bersemangat.

Apakah ada yang lain? kalau tidak ada saya tutup.” Junhoe yang baru saja sumringah mendengar ucapan chanwoo menjadi terlihat sedikit kecewa.

“Iya tidak ada. Aku tidak sabar untuk ....” tut..tut..tut.. “... bertemu denganmu” ucap Junhoe lirih. Meskipun Junhoe merasa kesal karena teleponnya tiba-tiba ditutup, namun senyum kecil tetap terpasang di wajahnya.

-

 

Waaaahh.. akhirnya aku bisa juga update.. TT setelah sekian lama. buat yang nunggu cerita ini.. maafkan aku krna baru aja update, dan smoga update selanjutnya gak selama yang sebelumnya.

Enjoy~~~

Aw... hampir lupa~ happy #2YearswithChanwoo! 

I love Chanwoo so much~ he worked hard to be him now. And I believe he'll worked even more hard to be a better person than he is now. Proud of him 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nosign
SS for Side Story ^^ Enjoy~~

Comments

You must be logged in to comment
Planetoceng #1
Chapter 24: This is fic so damn lame but i can't stop reading it #junchanmanse #junchanislife cant wait for ur next update thor^^
Planetoceng #2
Chapter 24: This is fic so damn lame but i can't stop reading it #junchanmanse #junchanislife cant wait for ur next update thor^^
holup30 #3
Akhirnya update juga di tunggu lanjutannya
wulaaandari #4
Chapter 24: Majasih udah update :* melly yang terbaik :*
Icecreamlov4 #5
Chapter 23: Ini sudah end kah? Atau masih berlanjut? ><
KingKoong
#6
Chapter 23: “he’uh..”
kok aku ngebayangin muka junhoe pas bilang itu polos2 bingung gimana gitu pasti lucu bgt *3*

Kalo buat junchan perkembangan lebih cepat lebih baik hohohoho ;o
Thanks for the update~
wulaaandari #7
Akirnya mely update, yuhuu
Ini aku baca dari awal sampe akhir senyum terus. Aww this is really sweet. Gimana dong mel aku makin Cinta sama ff ini, tapi aku harus siapin hati buat updaten yang sebulan sekali ;( gpp deh mely uodtr aja udah buat aku seneeeeng, ditunggu yah mel update nya besok. Ini kan short story nya :p
KingKoong
#8
Chapter 22: Lah gatau kenapa baru nemu trus pingin baca fics ini sekarang, langsung cuss dari foreword sampe chapter terakhir dan eng ing eng~~~ man I LOVE THIS SO MUCH~♡
Asli Chanhwan sailing bgt tapi Junchan selalu dihati~♡
update lagi dong~ setelah gagalnya(?) 'kejadian' malem sebelumnya, semoga di next chapter bisa beneran yak xD