Chp 7 - Thriller

The Pretension
Please Subscribe to read the full chapter

Catatan penulis:

Judulnya sudah memberikan gambaran seperti apa chapter ini nantinya, mohon jangan dibaca malam-malam :p

 

Catatan Anita:

setelah Jo-oppa selesai fanboy-ing comeback-nya BTOB, sekarang ada update-nya.

BTW, chapter ini bikin perasaanku campur aduk.antara kelegaan dan kengerian  >_<

===================================================

 

Entah kenapa Henry Lau tiba-tiba saja merasa haus yang tidak tertahankan sehingga dia memutuskan untuk pergi minum di dapur.

“Aku ke dapur sebentar.” katanya lalu bangkit dari tempatnya, meninggalkan yang lain.

Sepeninggalnya, Peniel ikut berdiri.

“Kau mau ke mana?” tanya Sungjae, ikut bergabung dengannya.

“Aku mau keluar. ICO harus memetakan taman yang ada di luar.”

“Boleh aku ikut?” tanya Im Siwan sambil mengekori keduanya dari belakang.

“Oh, tentu saja.” kata Sungjae sopan.

“Jangan lama-lama di luar, ya? Kita tidak tahu ada apa saja di sana.” Siwon tanpa sadar memberi nasihat kepada mereka. Bahkan dia sendiri tampak kaget dengan apa yang terucap dari mulutnya itu.

“Ne, arasseumnida, seonbaenim.” tanggap ketiganya bersama-sama.

Maka pergilah ketiga orang itu menuju halaman rumah.

 

Ketika Henry melewati ruang keluarga, dia mendapati pintu ruangan itu terbuka lebar. Sejenak, dia memutuskan untuk melirik ke dalam.

Tidak ada orang di sana, jadi dia pun berbalik.

Namun matanya tiba-tiba menangkap sesuatu yang berbeda pada kertas yang sebelumnya dipakai untuk menggambarkan Echoes of Time. Penasaran, dia memutuskan untuk melihatnya. Matanya membulat ketika membaca pesan dari Josh.

Ketika dia keluar dari ruangan, dia tidak mendapat seorang pun berada di luar. Karena rasa hausnya sudah sangat menyiksa, dia akhirnya memutuskan ke dapur terlebih dahulu.

 

Dia menangkap basah Myungsoo di dalam sebuah ruangan dibalik dapur, bergerak-gerak mencurigakan di pojok ruangan. Punggungnya membelakanginya sehingga dia tidak tahu apa yang anak itu kerjakan.

“Kim Myungsoo!” panggilnya.

Myungsoo melonjak dan berbalik secepat kilat.

“Ah, seonbae kau mengagetkanku.” tanggap anak itu sambil memegang dadanya.

“Apa yang kau lakukan di situ?” Myungsoo menunjuk ke belakangnya dan Henry mengangguk.

“Aku menemukan sesuatu di situ. Sepertinya jalan rahasia ke bawah.”

“Geuresso?” tanya Henry. Tapi dia tiba-tiba teringat dengan pesan di kertas tadi. “Ah, aku nyaris lupa. Josh menulis kalau Hoya sakit. Kau sudah tahu?”

Mata Myungsoo membulat. “Hoya sakit?” serunya kaget. “Di mana dia sekarang?”

“Kurasa ada di kamarnya.” kata Henry, teringat akan pesan itu.

* * *

Josh menatap Hoya yang kini sudah tenang dan stabil. Dia sengaja menarik kursi dan duduk di dekat tempat tidur anak itu untuk mengawasinya lebih lekat.

Alisnya berkerut; dia tidak habis pikir, bagaimana mungkin Hoya yang terkenal sebagai penari yang pernah berlatih selama 18 jam non-stop bisa jatuh pingsan hanya karena demam ringan. Melihat kondisi fisik anak itu, tidak mungkin tubuhnya selemah ini.

Apa mungkin karena sebelumnya anak ini dalam kondisi kurang sehat? Ataukah karena ada masalah lain?

Dia tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara ketokan di pintu.

 

Kepala Kim Myungsoo menyembul dari balik pintu. Tatapannya bertemu sejenak dengan Josh, lalu pandangannya berpindah ke Hoya yang masih tergeletak.

Josh memberi sinyal bagi anak itu untuk masuk tanpa bersuara. Myungsoo menurutinya. Dia masuk bersama Henry yang berada di belakangnya lalu menutup pintu dengan pelan sekali.

“Bagaimana keadaannya?” Justru Henry yang menanyakan.

“Aneh.”

Henry dan Myungsoo menatapnya. “Aneh?”

“L, apa sebelum masuk ke sini Hoya dalam keadaan sakit?” tanya Josh.

Myungsoo berusaha mengingat-ingat.

“Setelah keluarga kami diculik, aku pernah melihat dia pergi meninggalkan dorm. Kurasa dia berlatih di Woollim. Tapi aku tidak tahu apakah dia sakit ataukah tidak.” katanya kemudian. “Ada apa sebenarnya?”

Josh diam, berpikir. Sesaat kemudian dia lalu berucap. “In order to relieve his anguish and pain, he tire himself out. He must’ve been beaten up pretty much before coming here.” katanya. Matanya terpaku pada sosok Hoya yang masih tertidur. “Perhaps, in addition of this unrestful events his body finally gives up after several days. Or probably the relieve of the news he got about his family lower his guard down and that made the disease broke out. But it also could be something else in this house that made it worse.”

Henry harus menerjemahkan kata-kata Josh kepada Myungsoo supaya anak itu bisa paham apa yang Josh katakan.

Josh beralih menatap kedua anak itu. “Tadi tiba-tiba saja dia bahkan tidak bisa berdiri.” katanya dan mata Myungsoo membulat tidak percaya. Henry sendiri tampak agak kaget.

“Mworagoyo?” katanya panik.

“Aku memapahnya sampai ke tangga dan tiba-tiba saja dia pingsan.” sambung Josh lagi. Dia menatap Myungsoo yang kelihatan panik. “Tenang. Dia sekarang baik-baik saja.”

Josh mengambil handuk basah dari dahi Hoya. Setelah meminta kedua anak itu untuk tidak menghalangi pintu kamar mandi, Josh meletakkan handuk itu di atas telapak tangannya, menggosokkan dua jarinya ke atas handuk itu ke arah kamar mandi.

Air merembes keluar dari handuk, dan melayang masuk ke kamar mandi. Handuk yang di tangannya kini kering sempurna. Josh menjentikkan jarinya sekali dan air baru dari keran pun melayang datang dan kembali membasahi handuk itu.

Baik Henry maupun Myungsoo terbelalak sambil mematung sewaktu menyaksikan kejadian itu dengan mata kepala sendiri. Keduanya terlalu syok untuk bisa bicara.

Sementara Josh sendiri melakukan itu dengan tanpa ekspresi seakan hal itu adalah hal yang biasa dilakukannya di depan mereka.

Setelah meletakkan kembali handuk basah ke dahi Hoya, dia beralih menatap kedua anak yang seakan arwahnya entah telah pergi ke mana.

“Kenapa kalian?” tanyanya, dan itu membuat mereka kaget.

“Oh, tidak apa-apa.” kata Myungsoo sambil tertawa gugup. Tapi dia melihat warna kebiruan pada punggung tangan Josh, seperti habis terantuk sesuatu. “Um, kurasa tanganmu terkena sesuatu.”

Saat itulah Josh baru sadar kalau tangannya membiru. “Oh, kurasa tadi karena terantuk anak tangga.” katanya spontan.

 

Myungsoo tidak habis pikir. Begitu kuatirnyakah Josh pada Hoya sehingga dia tidak sadar kalau dirinya sendiri sedang terluka? Padahal mereka bisa dikatakan adalah orang asing baginya.

Sebenarnya lelaki macam apa dia ini? Apa karena kami adalah idola sehingga dia bertindak seperti ini? pikirnya dalam hati.

Josh hanya memegang punggung tangannya yang membiru, dan dalam waktu singkat punggung tangannya itu telah kembali seperti semula; luka dalamnya sembuh dalam sekejap. Dia lalu kembali menatap Hoya yang sedang pulas.

“Amplifier…” gumamnya.

“Excuse me?” Henry tidak sadar langsung melontarkan pertanyaan. Dia mengira Josh menyuruh mereka untuk mencari amplifier atau semacamnya tapi lelaki itu ternyata punya maksud lain.

“Now I think we are dealing more than just the Echoes of Time.” kata lelaki itu sebelum kembali menatap mereka. “Kalau kalian bertemu dengan yang lain, tolong sampaikan pesanku ini: usahakan jangan sampai ada yang sakit.”

Kedua anak itu tidak menanggapi apa-apa, tapi Josh tahu apa yang ada di pikiran mereka.

“Seperti yang terjadi pada Hoya, bisa saja rasa sakit kalian akan terasa berkali lipat dibandingkan biasanya.” katanya. “Aku akan tetap di sini malam ini, mencegah jangan sampai terjadi hal yang buruk.”

Dan semalam-malaman itu Josh menemani Hoya di kamarnya.

* * *

Ketika Hoya membuka matanya keesokan paginya, yang dia rasakan sebuah pengalaman déjà vu. Dia bagaikan kembali ke waktu di mana dia berperan sebagai Kang Junhee. Di kasur yang besar itu, Josh dengan seenaknya telah tertidur pulas di sampingnya.

Dan sesuatu yang menempel di dahinya membuatnya merasa tidak nyaman. Setelah melepaskannya, dia menatap handuk basah yang ada di tangannya dengan bingung, lalu melihat ke arah Josh yang tampaknya masih pulas.

Kenapa ini? Apa semalam aku sakit? tanyanya dalam hati. Masih ada pertanyaan lain yang muncul di kepalanya, tapi badannya yang masih terasa lemas berhasil mengalihkan perhatiannya.

Tidak sadar dia menggerutu dan mencoba turun dari kasur.

“Ah, kau sudah bangun?” Ternyata hanya butuh sebuah gerakan kecil bagi Josh untuk terbangun dari tidurnya.

“Kenapa aku ada di sini?” tanya Hoya bingung.

“Kau tidak ingat? Kemarin kau pingsan di tangga.” kata Josh. Refleks dia mengangkat tangannya.

Hoya berniat menepis tangan itu tapi Josh mendesis padanya sehingga dia terpaksa membiarkannya merasakan suhu tubuhnya.

“Demammu sudah turun.” katanya kemudian. “Bagaimana perasaanmu?”

Hoya tidak menjawab, masih berusaha untuk turun dari tempat tidurnya. Suasana tiba-tiba diam, jadi dia berbalik. Dia agak kaget ketika Josh masih menatapnya dengan intens, meminta jawaban darinya.

“Tidak apa-apa.” katanya pada akhirnya. Dia bangkit menuju lemari pakaiannya.

Josh menghela napas pelan, namun terdengar oleh Hoya. “Aku akan meminta Wanjin untuk memasak sesuatu untukmu.” 

Sebelum meninggalkannya, Josh meletakkan tangan di bahu anak itu dan meremasnya pelan. Dia merasakan ada aliran hangat yang masuk ke tubuhnya.

 

Setelah Josh keluar, sekarang giliran Hoya yang menghela napas. Apakah separah itu kondisinya kemarin? Dan aliran hangat apa yang tadi terasa ketika Josh menyentuh bahunya? Entah bagaimana, itu membuat tubuhnya terasa segar.

Hoya akhirnya tidak jadi membuka lemarinya dan langsung menuju kamar mandi.

* * *

Entah apa yang membuat semua orang di rumah itu kini bertindak seperti keluarga. Mereka semua duduk rapi di meja makan menanti sarapan pagi sehat ala Han Wanjin, terkecuali Josh yang belum muncul.

“Here we go.” kata Henry sambil menghidangkan semangkok bubur lezat kepada Hoya. Rupa-rupanya hanya dia yang mendapat perlakuan khusus hari ini.

Dan ini mengundang perhatian yang lain. “Kenapa Hoya mendapat bubur?” tanya Siwon sementara Hoya menatap makanannya dengan tidak selera.

“Semalam dia sakit.” kata Henry.

Semua diam mematung. Ternyata hanya dia dan Myungsoo yang tahu akan hal ini.

“Siapa saja yang tahu?” tanya Kyuhyun.

Henry dan Myungsoo mengangkat tangan.

“Mianhae, Hyung. Kemarin kami diminta Wanjin untuk membantunya di lantai dua, jadi kami tidak bisa memberi tahu kalian.”

“Ouw, seharusnya kami diberi tahu.” kata Seungho.

“Joesonghamnida.” kata Myungsoo dan Henry bersamaan.

“Na gwaenchanha yo.” kata Hoya, tidak terbiasa dengan perhatian semacam ini dari orang asing.

Wanjin yang mendengar semua percakapan itu dari dapur, keluar sambil membawa hidangan terakhir. “Sudah…sudah…ayo dimakan sebelum dingin.” katanya lalu ikut duduk. Dia melirik ke arah Hoya. “Setidaknya Hoya sudah sehat sekarang. Josh menemaninya semalaman?”

“Tadi dia bersamaku ketika aku bangun.” kata Hoya.

Myungsoo mengangguk. “Hm, kemarin dia bilang begitu.” katanya. “Ah, kemarin dia juga bilang kalau kita tidak boleh sampai jatuh sakit.”

Tidak ada yang ingin sakit, tentu saja, tapi kata-kata itu mengundang tanda tanya bagi hampir semua orang yang duduk di sana. “Waeyo?” katanya.

“Aku tidak paham juga. Tapi dia menyebut-nyebut soal…amplifier?” Myungsoo menoleh ke arah Henry untuk memastikan kalau dia tidak salah ingat.

“Dia mengatakan, kalau kita jatuh sakit di rumah ini, efeknya bisa berlipat kali ganda dibandingkan jika kita sakit di luar sana. Mungkin itu maksudnya.”

“Jadi dia tahu…” gumam Wanjin, mengundang tanda tanya bagi Changwook yang duduk di sebelahnya. Dia bertanya-tanya apakah Wanjin sebenarnya sudah tahu sebelumnya tapi sengaja tidak bilang apa-apa. Detik berikutnya Wanjin mendengus geli. “Cukup analitis, bisa tahu hal semacam ini hanya dari kejadian seperti ini.” Dia melihat sekeliling ruangan. “Oh iya, di mana dia?”

“Tadi setelah aku bangun, dia keluar.” kata Hoya mengangkat bahu, mulai menghirup buburnya. Ternyata rasanya enak sekali. “Hmm, maa.”

Wanjin terlihat berbunga-bunga, membuat Peniel terkikik geli melihat reaksinya. “Jeongmalyo?” katanya senang.

Bunyi sesuatu yang pecah dan runtuh dari luar sontak membuat semua orang melonjak dari tempat duduk dan lari berhamburan keluar.

 

Waktu itu Josh baru saja menuruni tangga sambil memperbaiki lengan bajunya ketika mendengar sesuatu yang retak. Awalnya dia mengira ada cermin yang pecah. Tapi kemudian dia sadar kalau tidak mungkin ada cermin yang retak dengan suara seberat ini.

Dia refleks melihat ke arah kristal es di hadapannya ini.

Belum sempat dia bertindak apa-apa, tiba-tiba saja kristal es itu pecah dan seluruh bagiannya runtuh begitu saja. Patung kuda yang ada di dalamnya pun kini terbebas dari es.

 

Semua orang yang keluar dari ruang makan kaget melihat lantai kini penuh dengan pecahan es berukuran besar yang berhamburan di lantai.

“Ada apa ini?” kata Wanjin sementara Josh menuruni tangga dengan santai.

“It seems like even ice cannot contain it.” jawab lelaki itu ketika mereka mendengar pintu depan kembali terkunci, sebagai tanda bahwa patung kuda emas itu sudah tidak beku lagi.

Josh menyuruh semua orang untuk tidak mempedulikan itu dan segera kembali ke ruang makan untuk menikmati sarapan mereka.

* * *

Aneh, lagi-lagi itu yang Josh rasakan. Semenjak kejadian pingsannya Hoya semalam, sesuatu terpancing di dalam dirinya. Entah kenapa, dia merasa rindu terhadap semua yang pernah terjadi dulu. Meskipun menghadapi masa-masa sulit, namun mereka berhasil melewatinya dengan senyum, sebelum kejadian besar itu terjadi.

Ya, sebelum Judgment terjadi.

Tapi dia tidak bisa menyalahkan itu. Adalah lebih baik bagi dunia untuk melupakan semua kejadian traumatis itu dibandingkan harus hidup dalam bayang-bayang ketakutan dan trauma yang mungkin tidak akan dapat diselesaikan.

Josh merasa hal itu jauh lebih baik, dan memang itu baik, walaupun dalam proses itu dia harus kehilangan persahabatannya dengan Siwon dan Kyuhyun. Persahabatan yang bahkan sudah seperti saudara dekat.

Kesedihan kembali merayapi hatinya, walaupun lagi-lagi Josh berhasil menahannya kali ini.

Josh tak sadar menatap keduanya lama sekali. Apa yang mereka berdua bicarakan tidak dia perhatikan, tapi interaksi mereka dengan Changwook, Seungho, dan Wanjin membuat pikirannya berkelana entah ke mana.

Hingga Peniel menyadarkannya dari lamunannya. “Excuse me, this is you

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ningekaputri #1
Chapter 27: Yeiii,,,selesai jg. Hummm jujur sbnr na brhrp ending na smpe kpn pun kbradaan penjaga gak d ketahui hehe. N brhrp ada lnjutn na. Saat siwon n kyu brtualang sbg penjaga baru.but its good story n I like it so much. Thx jo-oppa udh bwt karya ini. Jg anita eonni yg udh post d aff^^
ningekaputri #2
Chapter 17: awww foto na *nosebleed hihihi
ningekaputri #3
Chapter 3: oke,,,,saya trtarik dgn pic na. Tuh lbh cocok d mkn d bandimg jd monster es krim hahaha. And then,,,siwon n kyu lupa ingatan lg????? OMG,,,aq bnr2 gtw apa yg ada d pkrn jo-oppa hahaha.
ningekaputri #4
Chapter 2: aq mo tanya, ini kejadian di dunia asli ato di terminate dimension???
ningekaputri #5
Chapter 1: well,,,akhir na sampe ksni jg. Hahaha. Ff ini bnr2 menarik slrh prhtian qu, krn shrz na sbtu n mggu kmrn, qu streaming timeline ss6 taiwan. N aq mengabaikn tu *kejadian langka hohoho. N jujur agak shock dgn poster d chapter ini. Bagi qu tuh mengerikn. Sm sx g brpkr apalagi brkeinginan spti tu. Tp aq sadar, ada segelintir org d slrh dunia yg brpkr spti pic tsb. N pas baca prolog 1 ini, aq brpkr, sungguh mengerikn khdpn idol korea. Gak sebebas artis d negara2 lain. Kasihan.
gyu1315 #6
..........................komen sy 2 hari lalu belum masuk ternyata ;;TT

padahal udh ketulis semua kmrn T T gmn kebingungan sy ttg gajelasnya wanjin berwujud atau gak setelah kejadian kmrn.. kyu yg ktanya penasaran cuman belum nanya/?/ apa apa.. trs lupa lg pertanyaan kmrn kkk

next series ad lagi kah~? dg penjaga yg sudah blak2an masalah esistensi mereka hihihi trs gimana yg punya wujud masa depan2 ini berubah jd beneran penjaga/?/ gitu kkkkk
lagipula jo oppa pake 'see you around' kan :3 *mintadilempar bakiak*
LocKeyG #7
Chapter 27: i'll miss it, i mean..your story :')