Chp 5 - Phantasma

The Pretension
Please Subscribe to read the full chapter

Catatan Anita: Mohon tidak membaca chapter ini malam-malam, apalagi bagi yang penakut. :p

 

Happy WHITE Valentine Day! Karena lagi hujan abu di luar sana sekarang ini.

 

Credit for the one who made the art above.

 

=============================================================

 

Aneh. Sehari sebelumnya kesepuluh penghuni rumah misterius itu menemukan ada dua kamar kosong di lantai paling atas, tak jauh dari kamar Josh dan Wanjin. Namun hari ini, secara mengejutkan dua kamar itu sudah memiliki tulisan di name-tag-nya masing-masing: Im Si Wan dan Henry. Dan dua kamar yang kosong itu kini juga sudah terisi lengkap.

Dan ini membuat semua orang, mungkin terkecuali Josh dan Wanjin yang tampaknya memiliki pemikiran sendiri mengenai ini, terperangah.

Seperti saat ini, lengkapnya barang-barang yang ada di dalam kamar Siwan membuat mereka melongo, termasuk Siwan sendiri.

“Ini kamarku?” tanya Siwan tidak percaya.

Selama ini semua idola K-Pop harus tinggal di dorm yang sempit dan penuh sesak. Kalau mereka sudah cukup berhasil, mereka akan pindah ke dorm yang lebih besar, atau bahkan punya apartemen sendiri seperti Choi Siwon. Tapi kamar-kamar yang mereka miliki di rumah itu sungguh luar biasa bagus dan lengkap. Mereka bagaikan diperlakukan seperti anak orang yang sangat kaya, komplit dengan barang-barang kesukaan mereka.

“Ah, aku jadi ingat.” kata Hoya. “Aku menemukan sesuatu yang cukup unik. Ini aneh tapi nyata.”

Semua mata beralih padanya.

“Aku ingin menunjukkan sesuatu, tapi kamar ini harus kuacak dulu.” Dia menatap Siwan meminta persetujuannya.

Yang bersangkutan bingung harus menanggapi apa. Memang di pintu tertulis namanya, tapi dia tetap merasa kalau ruangan ini bukan miliknya.

“L, bantu aku.”

“Apa? Oh oke.”

Hoya dan Myungsoo mulai menarik sembarang barang dan membuangnya begitu saja di meja, kursi, mengacak selimut dan mengubah posisi peralatan make-up dan produk-produk perawatan lainnya. Sementara yang lain memandang aksi keduanya dengan horor.

“Omo! Omo! Yah, jangan dibuat sekacau itu.” kata Kyuhyun.

Kedua anak itu berhenti, memandang hasil karya mereka dengan puas. Sementara Siwan tampak putus asa dengan betapa kacaunya kamarnya saat ini. Sepertinya hari pertama dia di sini harus dihabiskan dengan membereskan barang-barang itu.

“Ayo semua, kita keluar.” ajak Hoya.

“Apa? Bagaimana dengan ini?” kata Myungsoo bingung.

“Stt…stt…stt…” kata Hoya sambil meletakkan satu jarinya di mulutnya. Dia meminta semua orang keluar dari sana dan menutup pintunya.

“Yah, Hoya! Apa yang kau lakukan?” bisik Myungsoo.

Lagi-lagi Hoya memberi isyarat kepadanya dia diam sementara telinganya ditempelkannya ke daun pintu. Yang lain saling bertukar pandang dalam bingung, sebenarnya apa maunya anak ini? Myungsoo pun hanya bisa minta maaf.

“Seonbaenim, aku minta maaf. Dia tidak biasanya begini—“

“Sudah selesai!” pekik Hoya senang. Dan Myungsoo berputar, menatap teman satu grupnya itu dengan bingung.

Hoya kembali membuka pintu kamar dan masuk ke dalamnya. Dia tersenyum puas, memperlihatkan gigi taringnya.

 

Semua orang menahan napas. Siwon dan Myungsoo bahkan melongo melihat apa yang terjadi di sana.

Kamar itu kini telah kembali rapi seperti semula.

“Omo…” Sungjae kehabisan kata-kata.

“Aku mengetahui ini secara tidak sengaja.” kata Hoya. Dia pun mulai bercerita, “Karena bosan, aku mencoba membuka-buka beberapa buku di kamarku. Tapi karena tidak ada yang menarik, aku memutuskan untuk keluar sebentar.” Dia berhenti sejenak. “Tapi ketika aku kembali, semua barang telah kembali ke tempat semula. Karena penasaran, akhirnya aku mencobanya beberapa kali. Hasilnya tetap sama.”

“Daebak! Bagaimana ini bisa terjadi?”

Selain Henry dan Siwan, yang lain bisa memperkirakan kalau ini terjadi karena rumah itu dapat memulihkan diri sendiri, seperti yang mereka saksikan sehari sebelumnya.

“Ah, sudahlah. Lebih baik Siwan mandi dan ganti pakaian saja dulu.” kata Siwon kemudian. Dia lalu menggiring semua orang keluar dari sana.

* * *

“Er…” Peniel ragu-ragu. “Er…” Dia masih belum bisa mengungkapkan apa yang ada di kepalanya. “Aku masih bingung bagaimana bisa Siwan seonbaenim dan Henry seonbaenim bisa berada di sini?” bisiknya kepada Sungjae tapi suaranya ternyata cukup besar hingga terdengar oleh semua orang yang duduk di meja makan.

Ekspresi mereka benar-benar bagaikan sedang memikirkan hal yang sangat berat. Saat itu Josh masih tidur dan Wanjin membiarkan anak-anak itu berkeliling rumah dengan satu pesan: jangan menyentuh apa pun, termasuk barang-barang di kamar mereka terkecuali pakaian, kamar mandi, dan tempat tidur. Di luar matahari sudah mulai condong ke Barat dan mereka benar-benar bosan. Tapi semuanya lebih memilih berada di satu tempat daripada terjadi hal-hal lain yang tidak diinginkan.

“Apa kita berbuat sesuatu yang salah?” tanya Hoya.

“Kurasa tidak.” kata Seungho. “Apa ini perbuatan rumah ini?”

“Henry, apa yang terjadi sebelum kau muncul di sini?” tanya Kyuhyun.

“Aku baru sampai di dorm dan sedang istirahat sambil nonton televisi.” Tiba-tiba dia teringat sesuatu. “Oh!”

Semua mata langsung beralih padanya.

“Tadi berita di televisi mengatakan kalau semua anggota keluarga kalian telah ditemukan.”

Semua mata melebar mendengar berita itu.

“Jeongmalyo?”

“Jinjjayo. Aku tidak main-main.” kata Henry serius. “Mereka semua selamat dan telah dipulangkan ke rumah masing-masing, meski masih di bawah penjagaan ketat pihak keamanan. Aku lihat sendiri beritanya di televisi tadi.”

Mereka tahu betul Henry tidak mungkin menceritakan berita bohong di saat seperti ini.

Tangis Yook Sungjae langsung pun pecah. Dia dan Peniel sama-sama terharu dalam posisi saling berpelukan. Tangis anak itu secara otomatis membuat yang ikut menangis lega, terkecuali Siwon, Kyuhyun, Siwan, dan Henry sendiri yang hanya dapat ikut senang dengan berita itu.

Masih ada sedikit informasi yang dimiliki Henry tapi tampaknya dia harus menundanya hingga ke enam anak itu tenang dulu. Akhirnya mereka berempat justru sibuk menenangkan keenam anak yang kini menangis bagaikan anak kecil.

 

“Ada apa ini?” tanya Josh ketika dia masuk. Dia kini tampak jauh lebih segar dan sepertinya baru saja selesai mandi. Dia bingung karena mendengar suara tangisan dari luar ruangan dan mengira ada yang baru saja meninggal.

“Keluarga mereka telah ditemukan.” kata Siwan memberi informasi.

“Ah,” kata Josh paham. “Tunggu! Kalian tahu dari siapa?”

Henry mengangkat tangan.

“Ah, so it’s from you, Henry.” katanya setengah menerawang. Sedetik kemudian dia sadar. “HENRY???!! What on earth are you doing here??!!”

Seruannya sontak membuat seisi ruangan langsung berhenti menangis. Henry bahkan kelihatan kaget karena ada yang memperlakukannya seakan-akan telah mengenalnya semenjak lama. Meskipun pada kenyataannya Josh dan Henry sudah saling mengenal sejak lama tapi anak itu telah lupa dengan Josh, sama seperti yang terjadi pada Siwon dan Kyuhyun.

“I really want to know about it myself.” gumam Henry pada dirinya sendiri, sementara Peniel tampak tertarik karena jarang sekali ada yang berbicara dalam bahasa Inggris di Korea, meski dia tahu kalau Henry anggota Super Junior-M yang terkenal itu berasal dari Canada.

* * *

“So, you were watching TV at the dorm, and then suddenly you went—Poof! Just like that?” tanya Josh sambil memperagakannya. Dia menanyakan itu setelah anak-anak kembali tenang.

Semua orang refleks menirunya. “Poof!” Beberapa bahkan tertawa geli setelah melakukannya. Such a child.

“Just like that.” kata Henry depresi.

Josh terdiam, menatap Henry cukup lama sementara Myungsoo secara tidak sadar menatap Josh dalam-dalam. “Okay, I believe you since we got another similar case here.” Josh mengacu kepada Siwan. “The question is, how? And why?”

Sunyi lama.

“Beats me.”

Dengan itu Henry dan Josh sama-sama menghela napas frustasi.

“Sebenarnya itu yang sedang kami bicarakan sejak tadi.” kata Siwon.

“Kalian tidak menyentuh apa pun, kan?” kata Josh memulai investigasinya.

Semua menggeleng serempak.

“Berarti bukan itu sebabnya.” katanya. “Coba ingat-ingat. Sebenarnya, apa kalian melakukan sesuatu yang berhubungan dengan Siwan dan Henry?”

Semua kembali terdiam cukup lama.

“Tidak juga~” kata Kyuhyun ragu. “Oh, tapi—“ Mendadak dia tersadar akan sesuatu dan menutup mulutnya. “Kita tadi membicarakan mereka, kan?”

Semua serempak menarik napas, terkejut dengan penemuan ini. Alis Josh langsung berkerut. Apa itu mungkin? batinnya.

“Tapi kita cuma menyebut nama mereka…” kata Siwon lagi, mengkonfirmasi apa yang baru saja terlintas di pikiran Josh.

Ekspresi Josh terlihat syok untuk sesaat. Beberapa detik kemudian dia mengambil keputusan. “Ini kelihatannya konyol tapi mulai sekarang kita tidak boleh menyebut siapa-siapa lagi. Tahan diri kalian untuk menyebut nama seseorang. Kita tidak boleh ambil risiko ada orang lain ikut masuk kemari. Sudah cukup kita saja yang berada di sini.”

Semua langsung mengangguk setuju.

Mata Josh mengerling ke sudut ruangan untuk melihat sebuah benda kecil yang menempel di langit-langit ruangan. Ketika matanya kembali, matanya langsung bertemu dengan mata Myungsoo. Anak ini sepertinya tertarik sekali dengannya jadi dia beradu tatap dengannya.

Dia memberi kode kepada semua orang untuk mendekat, sementara tatapannya sama sekali tidak lepas dari Myungsoo—yang masih menatapnya balik.

Semua mendekat, dan Josh mulai berbisik. “Apa kalian sudah tahu di tempat ini ada banyak CCTV-nya? Di kamar kalian juga ada.”

“OMO!”

“Ssstttt!!!”

Siapa yang tidak kaget dan was-was begitu tahu mereka sedang diawasi?

“Bertindaklah seakan-akan kalian tidak tahu benda itu ada.” kata Josh lagi.

Tatapannya masih belum terlepas dari mata Myungsoo tapi ia harus segera mengakhiri pertandingan saling menatap ini. “Jadi, kalian ingin ke home theater?” katanya memukul meja pelan, spontan membuat Myungsoo tersadar dan memutuskan kontak matanya dengan Josh.

Myungsoo gelagapan. Hoya, yang baru sadar akan kebiasaan lama kawan satu grupnya itu, menyenggolnya. “Apa yang kau lakukan?” bisiknya.

“Mian…mian…kebiasaanku sulit diubah.” balas Myungsoo dengan senyuman gugup. Hoya menghela napas.

 

“Aku ikut!” Sungjae segera mengangkat tangan. Peniel yang berada di sampingnya juga ikut-ikutan.

“Ayo semua ke sana. Siwan, dimana kau melihatnya tadi?”

“Hyungnim di sini sudah lebih dari sebulan dan masih belum tahu di mana letaknya?” tukas Siwan keceplosan.

Semua orang kini beralih menatap anak itu.

“Apa maksudmu sebulan?” tanya Seungho. “Kami baru sehari di rumah ini.”

Alis Josh langsung naik sebelah. Uh-oh, aku mendapat firasat buruk, batinnya.

“Dia benar.” kata Henry. “Kalian sudah menghilang selama empat puluh satu hari.”

“MWORAGO??” Bahkan Siwon yang biasa kalem pun ikut berteriak, mengagetkan Hoya yang duduk di sampingnya. Henry dan Siwan pun ikut terkejut.

Josh menepuk dahinya. Pantas saja aku tidak bisa menemukan jalan keluar, batinnya lagi. Trapped in a labyrinth time. Perfect.

The question is, what kind of labyrinth is this?

* * *

“Pantas saja Josh tidak bisa keluar dari tempat ini.” kata Wanjin setelah mereka berkumpul. Semua mata kini beralih padanya.

“Apa maksudnya?” tanya Changwook.

“Sejak awal masuk ke rumah ini aku sudah bisa tahu rumah ini menggunakan sihir.” kata Wanjin. “Jangan bilang sihir itu tidak ada karena memang benar ada.” Dia menghela napas sebentar. “Dia,” Wanjin menunjuk ke arah Josh yang tampak sedang berpikir keras dengan salah satu tangannya di dagunya. “tidak ada sihir yang bisa mempan padanya karena dia statusnya sebagai Penjaga. Jadi sihir macam apa pun bisa dia ditembus.”

Semua orang jadi bingung. Kalau Josh tidak bisa ditahan oleh sihir, kenapa dia tidak bisa keluar?

“Penjaga tidak mempan terhadap sihir. Sihir jenis apa pun bisa kami hancurkan.” jelas Josh kemudian. “Kecuali satu.” Dia melempar pandang kepada mereka. Tatapan matanya menunjukkan kalau dia bersungguh-sungguh.

“Sihir yang berhubungan dengan waktu dan dimensi.” Wanjin yang melanjutkan.

“Itu mustahil, bagaimana mungkin?” kata Peniel.

“Rumah inilah buktinya.” kata Josh, sementara Wanjin terlihat sedang berpikir. “Satu hari di sini sama dengan empat puluh hari di luar. Tapi bisa juga berarti satu bulan di sini sama dengan lima hari di luar. Sepertinya waktu di tempa

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ningekaputri #1
Chapter 27: Yeiii,,,selesai jg. Hummm jujur sbnr na brhrp ending na smpe kpn pun kbradaan penjaga gak d ketahui hehe. N brhrp ada lnjutn na. Saat siwon n kyu brtualang sbg penjaga baru.but its good story n I like it so much. Thx jo-oppa udh bwt karya ini. Jg anita eonni yg udh post d aff^^
ningekaputri #2
Chapter 17: awww foto na *nosebleed hihihi
ningekaputri #3
Chapter 3: oke,,,,saya trtarik dgn pic na. Tuh lbh cocok d mkn d bandimg jd monster es krim hahaha. And then,,,siwon n kyu lupa ingatan lg????? OMG,,,aq bnr2 gtw apa yg ada d pkrn jo-oppa hahaha.
ningekaputri #4
Chapter 2: aq mo tanya, ini kejadian di dunia asli ato di terminate dimension???
ningekaputri #5
Chapter 1: well,,,akhir na sampe ksni jg. Hahaha. Ff ini bnr2 menarik slrh prhtian qu, krn shrz na sbtu n mggu kmrn, qu streaming timeline ss6 taiwan. N aq mengabaikn tu *kejadian langka hohoho. N jujur agak shock dgn poster d chapter ini. Bagi qu tuh mengerikn. Sm sx g brpkr apalagi brkeinginan spti tu. Tp aq sadar, ada segelintir org d slrh dunia yg brpkr spti pic tsb. N pas baca prolog 1 ini, aq brpkr, sungguh mengerikn khdpn idol korea. Gak sebebas artis d negara2 lain. Kasihan.
gyu1315 #6
..........................komen sy 2 hari lalu belum masuk ternyata ;;TT

padahal udh ketulis semua kmrn T T gmn kebingungan sy ttg gajelasnya wanjin berwujud atau gak setelah kejadian kmrn.. kyu yg ktanya penasaran cuman belum nanya/?/ apa apa.. trs lupa lg pertanyaan kmrn kkk

next series ad lagi kah~? dg penjaga yg sudah blak2an masalah esistensi mereka hihihi trs gimana yg punya wujud masa depan2 ini berubah jd beneran penjaga/?/ gitu kkkkk
lagipula jo oppa pake 'see you around' kan :3 *mintadilempar bakiak*
LocKeyG #7
Chapter 27: i'll miss it, i mean..your story :')