Chp 6 - Curiosity

The Pretension
Please Subscribe to read the full chapter

Catatan penulis: 

Sori update-nya lama sekali. Jogja kena hujan abu parah selama seminggu dan aku kehilangan semangat untuk menulis karena abu dimana-mana! Bahkan kamarku yang baru saja kubersihkan pun dalam waktu hitungan menit kembali berabu lagi x_x.

Saat ini masih tertahan di salah satu chapter, tapi sedang kuusahakan untuk terus dilanjutkan sebelum pekerjaanku menggila. Doakan supaya bisa terus lanjut, ya? :D Karena sepertinya fic ini chapternya akan banyak dan panjang-panjang.

BTW, mungkin kalian para ELF bertanya-tanya kenapa peran Siwon dan Kyuhyun sedikit sekali di sini. Yang bisa kukatakan adalah: peran mereka sangat penting, bahkan setiap karakter yang muncul di fic ini sama pentingnya. Oleh karena itu, aku berusaha sedeka mungkin menuliskan bukan Siwon, Kyuhyun, atau hanya Josh, tapi kita akan melihat sudut pandang dari semua karakter yang ada di sini. 

Semoga saja sifat-sifat mereka cocok dengan dunia nyata. -_-

Anyway, here we go.

 

Catatan Anita:

Ada sedikit penjelasan mengenai denah rumah di chapter ini. Kalau bingung, kalian bisa melihat sketsa (jelek) yang ku-upload di beberapa chapter sebelumnya.

================================================================

 

Kim Myungsoo memiliki satu kebiasaan yang—menurut dia sendiri—sangat sulit dihilangkan. Jika dia menemukan apa yang menjadi objek ketertarikannya, dia akan memperhatikannya tanpa berhenti bahkan tanpa berkedip untuk jangka waktu yang lama. Bagi banyak orang, ini bisa berarti dua hal: mengerikan, atau dia bertindak tidak sopan. Dan yang terakhir ini terutama terjadi bagi orang yang lebih tua, termasuk Josh—walaupun hingga saat itu dia hanya mengira kalau Josh seusia mereka.

Semenjak mereka masuk ke rumah itu, perhatian Myungsoo selalu tertuju padanya; memperhatikan apa yang dia lakukan, bagaimana dia tertawa, bagaimana dia bergaul dengan mereka, dan bagaimana kalau dia sedang serius, bagaimana dia memarahi Wanjin yang selalu menggodanya, dan ekspresinya ketika dia menatap Siwon dan Kyuhyun. Namun potongan-potongan ekspresi itu terasa masih belum lengkap baginya.

Kebiasaannya itu pernah membuat dia tertangkap basah. Waktu itu mereka sedang berkumpul untuk membicarakan bagaimana Siwan dan Henry bisa muncul di rumah. Tanpa sadar dia menatap Josh yang sedang duduk di hadapannya. Dia benar-benar kaget ketika pandangan Josh tiba-tiba berpaut dengannya, dan celakanya, dia merasa tidak bisa lepas dari tatapan itu.

Mata berwarna coklat tua itu seakan menariknya, menolak untuk melepaskannya darinya. Hingga mereka sampai pada titik di mana Josh memukul meja pelan. Saat itulah dia seakan tersadar dari transnya dan langsung mengalihkan pandangannya ke pangkuannya, menjauh dari tatapan lelaki itu.

“Apa yang kau lakukan?” bisik Hoya.

“Mian…mian…kebiasaanku sulit diubah.” balas Myungsoo waktu itu. Dan dia tahu Hoya yang duduk di sebelahnya menghela napas dan mengerling padanya.

 

Tapi, seperti yang dia sendiri sadari, dia sangat sulit mengendalikan diri mengenai kebiasaannya yang satu ini. Karena semenjak saat itu, dia sering kali dia kedapatan sedang menatap Josh, bukan hanya oleh Hoya, tapi juga dari yang lain.

Yang tidak mengenalnya tentu bingung dengan apa yang dia lakukan. Namun karena tidak ingin ikut campur urusan orang, mereka pada akhirnya membiarkannya.

Josh sendiri tahu kalau dia sedang terus-terusan diperhatikan oleh seseorang, bahkan ketika dia sedang berdiri membelakangi mereka.

Saat itu dia sedang berbincang-bincang dengan Wanjin ketika tiba-tiba saja dia menghela napas, yang—kali itu—terdengar berbeda di telinga Wanjin. Kedengarannya seperti tarikan napas karena pasrah, bukan karena stress atau untuk mengurangi tekanan emosinya.

Alis Wanjin terangkat, bingung kenapa di tengah-tengah pembicaraan ringan dia justru menghela napas seperti itu. Jadi dia melirik sedikit ke balik bahu Josh dan menemukan bahwa Myungsoo sedang menatap lelaki itu dengan tajam dari belakangnya.

“Myungsoo tidak punya maksud apa-apa denganmu.” katanya setelah paham. Dia tahu betul Josh seperti punya mata di belakang kepalanya.

“Aku tahu. Aku cuma merasa tidak nyaman.” kata Josh. Dia menatap Wanjin dengan mata setengah tertutup. “Apa itu kebiasaannya?”

“Kelihatannya demikian.” Wanjin mengintip sekali lagi. “Dan tampaknya Hoya juga paham dengan sifatnya ini.” Dia melihat bahwa Hoya menyenggol lengan Myungsoo untuk menyadarkannya. “Perhatiannya sudah teralih sekarang.”

Josh kembali menghela napas. “Aku tahu. Rasanya seperti bor yang mencoba melubangi kepalaku sudah lepas.”

“Abaikan saja.”

“Kau tahu aku sudah terbiasa selalu waspada.”

“Sekali-sekali bersenang-senanglah dengan mereka.” kata Wanjin sambil menepuk bahu Josh dan berlalu meninggalkannya.

 

Josh baru saja hendak memanggilnya kembali ketika mereka kembali mendengar bunyi dentang lonceng menggema di seluruh sudut rumah.

Dia spontan berlari menuju ruang tengah dan melihat sekeliling, berharap bisa menemukan sesuatu. Terus terang, semenjak pertama kali dia mendengar suara lonceng itu, perasaannya tidak enak. Seperti sesuatu akan terjadi.

Tapi dia tidak menemukan sesuatu yang aneh di sana. Dia teringat kalau bunyi lonceng seperti itu biasanya identik dengan waktu jadi dia mengarahkan pandangannya ke atas punggung kuda-kuda emas di tengah ruangan.

“Ada yang terjadi?” tanya Wanjin yang keluar menyusulnya. Yang lain ikut berlari mengikutinya dari belakang.

“Itu.” Josh menunjuk ke arah jam yang ada di punggung kuda-kuda itu. Semua melihat ke arah yang dia tunjuk. Satu-satunya jarum jam yang ada di sana menunjukkan angka tiga.

“Beberapa hari yang lalu masih di angka dua.” kata Josh sambil berpikir.

Semua diam sejenak.

“Apa ada sesuatu yang akan terjadi kalau jarumnya kembali ke angka dua belas?” kata Kyuhyun.

Kata-katanya membuat mata Josh membulat. Dia menatap Wanjin yang menatapnya balik. Dia ingat beberapa hari sebelumnya dia membicarakan ini bersama lelaki itu di galeri kematian yang berada di belakang mereka.

Angka terakhir adalah kematian. Meskipun Wanjin sendiri tampaknya masih belum yakin, tapi perasaan Josh benar-benar tidak enak. Dan ini tergambar jelas di wajahnya.

 

“Kau memikirkan sesuatu?” tanya Siwon dengan satu alis terangkat.

Josh harus berpikir cepat untuk menanggapinya. Dia belum bisa mengatakan kepada mereka apa yang ada di pikirannya saat ini karena tidak ingin membuat mereka jadi panik.

“Apa kalian pernah mendengar lonceng berbunyi sewaktu makhluk es itu muncul?” tanyanya pada akhirnya.

Ke sepuluh orang itu saling bertukar pandang sejenak.

“Kurasa aku mendengarnya, tapi lupa-lupa ingat.” kata Hoya, entah kenapa Josh melihat anak ini lebih putih dari biasanya. Mungkin perasaannya saja. “Kemunculan makhluk es itu telah mengalihkan perhatianku.”

“Aku mendengarnya.” kata Siwon dan Sungjae mengakui.

Entah sudah berapa kali Josh menghela napas sehari-harian itu. “This could be bad.” katanya. “Setiap kali lonceng berbunyi, pasti ada sesuatu yang terjadi.

“Pertama, Cleros. Kedua, hantu; meskipun kalian tahu sendiri kalau yang satu ini masih sering muncul dan masih belum berhenti.”

Memang masih beberapa kali terjadi penampakan hantu di rumah itu. Awalnya mereka semua memang ketakutan, tapi mereka tidak bisa terus-terusan berada di dalam kondisi seperti itu. Jadi Josh mengajarkan tips yang menurutnya cukup efektif: segera lari jika melihatnya.

Itu diajarkannya dengan tujuan untuk menghindari asap hitam yang selalu menyertai si hantu karena hingga saat itu mereka masih belum tahu efek apa yang terjadi jika mereka terekspos oleh asap hitam itu. Josh bahkan memasang perisai tidak terlihat di setiap kamar—tanpa anak-anak itu ketahui, tentu saja—untuk melindungi mereka dari asap hitam seandainya saja asap itu tiba-tiba muncul ketika mereka sedang tidur.

Jadi, apabila ada di antara mereka yang tiba-tiba berlari tanpa sebab, mereka kini sudah tahu apa yang terjadi: alasan utamanya adalah karena ada penampakan yang mesti mereka hindari.

 

Josh tertegun cukup lama di tempatnya. Dan matanya kembali mengarah kepada jam besar yang berada di punggung patung kuda di hadapannya ini. Dia harus berbuat sesuatu terhadap benda ini.

“Kalian semua mundur.” Josh memberi isyarat agar seisi ruangan untuk menjauh dari patung kuda emas itu.

Begitu tahu kalau ada sesuatu yang akan dilakukan olehnya, mereka semua segera berdiri sejauh mungkin. “Mungkin ini sia-sia tapi tidak ada salahnya dicoba. Terpaksa aku meminjam kemampuan Matt lagi.”

Dia mengepalkan tangan kirinya kuat-kuat lalu kemudian mengebaskannya ke arah patung kuda itu.

Dalam sekejap patung kuda itu tertutup kristal-kristal es berukuran besar dan tinggi hingga hampir mencapai ujung kubah kaca di atasnya. Saking besar dan tebalnya es itu sehinga hawa dingin yang keluar cukup untuk membuat mereka semua menggigil.

“Magic?” kata Peniel. Anak-anak itu kelihatannya setengah kagum-setengah takut padanya sekarang.

“No. that was his ability as the guardian of water.” kata Wanjin yang berada di dekat mereka. “Memang yang dia gunakan adalah kemampuan milik saudaranya tapi—oh astaga, aku merancau lagi.”

“Apa maksudmu?”

“Aku dulu sudah kubilang kan kalau dia punya kemampuan untuk mengontrol air?” kata Wanjin. “Jangan kuatir, kemampuan ini tidak dia gunakan terhadap manusia.”

Walaupun Wanjin mengatakan itu, anak-anak itu tidak bisa tidak merasa takut terhadap laki-laki itu. Melihat itu, Wanjin hanya bisa menghela napas. “Kurasa masih butuh sedikit waktu lagi.” gumamnya.

 

Bunyi ceklek dari seberang ujung ruangan sontak mengundang perhatian mereka. Asalnya dari pintu masuk mereka ke rumah itu.

Penasaran dengan apa yang terjadi, mereka bergerak mendekati pintu masuk dan mendapati bahwa pintu itu terbuka sedikit.

“Wow, open sesame.” komentar Josh. “Freeze the timer and the door opens.”

Peniel dan Sungjae menyerukan “WOW” dengan cara yang sama sewaktu BTOB mempromosikan album mereka beberapa tahun yang lalu; mengangkat tiga jari kedua tangan ke samping mulut mereka yang membentuk huruf O. Menurut Josh, itu reaksi yang sangat konyol di situasi seperti ini namun mungkin berguna untuk menurunkan tingkat ketegangan mereka untuk sesaat lamanya.

Wanjin menarik daun pintu hingga terbuka lebar dan tampaklah pemandangan hijau yang sangat mengagumkan.

Halaman dan kebun rumah itu luar biasa besar dan indahnya, membuat anak-anak segera berlari keluar menikmati sinar matahari yang panasnya sama sekali tidak terasa di kulit. Hoya tampak mengikuti mereka dari belakang, kedua tangannya berada di dalam sakunya.

Tapi di tengah-tengah kegembiraan itu, alis Josh justru berkerut.

“Kenapa bisa ada halaman seluas ini di daerah Cheongdam-dong? Seingatku sewaktu kita mengantar mereka dulu bagian depan halaman rumah tidak selebar ini.”

Wanjin menanggapi dengan santai. “Seharusnya kau sudah bisa tahu kalau bahkan rumah ini pun tidak mungkin ada di tempat yang padat penduduknya seperti Cheongdam-dong.” katanya sambil meletakkan kedua tangannya di belakang kepalanya.

“Mana aku tahu? Aku belum pernah ke Cheongdam-dong sebelumnya.”

“Ah, betul juga. Terakhir kali kita bertemu di Gangnam.” kata Wanjin. “Tapi rata-rata semua kondisinya hampir sama. Rumah-rumah yang ada di sana berukuran cukup kecil. Tidak sebesar dan seluas ini.” Dia menjelaskan. “Tapi kau masih bisa mendapatkan lokasi seluas ini di daerah Paju.”

Pada akhirnya kedua orang itu lalu berjalan perlahan-lahan mengikuti anak-anak yang sedang bergembira jauh di depan mereka. Saat itu mereka bergerak ke arah kiri dari pintu masuk dan melintasi halaman luas yang ditumbuhi rumput setinggi satu sentimeter.

Ada banyak pepohonan di sisi lain, tak jauh dari tembok tinggi yang membatasi rumah itu dengan dunia luar.

 

“Menurutmu tempat macam apa ini?” tanya Josh. Meskipun dia terkenal sebagai orang berpengetahuan luas, tapi itu tidak berarti dia tahu segalanya.

“Tempat yang bisa menahan Penjaga kelas kakap sepertimu seperti ini? Aku punya dugaan tapi aku masih butuh sedikit bukti lagi baru bisa mengambil kesimpulan. Saat ini aku sedang menyelidiki dan mengerjakan beberapa hal, jadi terpaksa kutinggalkan anak-anak itu denganmu ketika tugasku selesai.”

Yang dia maksudkan dengan tugas adalah tugasnya ketika berada di dapur, tentu saja. Karena nyaris tidak ada di antara anak-anak itu yang bisa memasak, sehingga dialah yang bertugas untuk itu.

 

Josh berpikiran sama dengan Wanjin. Dia masih butuh bukti untuk mengetahui dengan persis tempat macam apa ini. “Aku tahu. Anak-anak itu tidak bisa ditinggal begitu saja.” katanya pada akhirnya. “Yang paling kukuatirkan adalah asap hitam itu. Mereka bisa muncul dimana saja dan kapan saja.”

Keduanya berhenti ketika menyadari bahwa semua yang di depan mereka telah berhenti dan menatap sesuatu sambil bercakap-cakap heboh.

Keduanya segera mendekat dan menyadari sesuatu yang aneh di sana.

Ternyata ada sebagian kecil dari pekarangan rumah itu siang dan terkena terang matahari; dan sebagian lagi malam tak berbintang yang di temani dengan cahaya bulan.

“Ini tidak mungkin.” gumam anak-anak itu heboh. “Bagaimana mungkin sebagian siang sebagian lagi malam?”

“Seperti waktu saling menindih satu dengan yang lain.” kata Josh dan anak-anak itu berbalik menatapnya. “Sebenarnya kita sekarang berada di mana?”

Dan Wanjin pun menahan napas. Matanya terbelalak ketika dia menyadari sesuatu. “Ini tidak mungkin.” katanya.

“Apanya yang tidak mungkin?” tanya Josh.

“Jadi kita ditawan di dalam Echoes of Time?”

“Epoch of Time?” ulang Henry dan Peniel bersamaan.

“No, not epoch but echoes.”

“Tempat apa ini?”

“Aku tahu cara keluar dari sini tapi itu tidak mudah. Kita butuh bantuan dari luar dan tetap butuh waktu.”

Sementara terjadi kehebohan di antara anak-anak itu, seperti Henry menyadari sesuatu.

“Is that a graveyard?” katanya, secara tidak sadar menggunakan bahasa Inggris.

Semua berhenti dan menoleh.

Benar saja. Di tengah-tengah kegelapan itu terdapat kumpulan kuburan tua yang kelihatan tidak terawat. Jika dilihat dari jauh, kelihatannya kuburan itu sudah berusia ratusan tahun karena banyak sekali tanaman, rumput liar dan lumut yang melekat di sana.

Dan tanggapan beberapa di antara anak-anak itu serempak, “Thriller~~” dengan nada setengah bercanda. Ini dikarenakan latar belakang video musik lagu “Thriller” dari BTOB yang dirilis beberapa tahun sebelumnya adalah kuburan.

 

“Peniel Hyung! Lihat!” panggil Sungjae.

Peniel menoleh. Alih-alih mendapatkan berita mengagetkan lain, apa yang dilihatnya justru membuatnya tertawa.

Sungjae berdiri di sisi gelap dan memperlihatkan wajah sedih yang sangat

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ningekaputri #1
Chapter 27: Yeiii,,,selesai jg. Hummm jujur sbnr na brhrp ending na smpe kpn pun kbradaan penjaga gak d ketahui hehe. N brhrp ada lnjutn na. Saat siwon n kyu brtualang sbg penjaga baru.but its good story n I like it so much. Thx jo-oppa udh bwt karya ini. Jg anita eonni yg udh post d aff^^
ningekaputri #2
Chapter 17: awww foto na *nosebleed hihihi
ningekaputri #3
Chapter 3: oke,,,,saya trtarik dgn pic na. Tuh lbh cocok d mkn d bandimg jd monster es krim hahaha. And then,,,siwon n kyu lupa ingatan lg????? OMG,,,aq bnr2 gtw apa yg ada d pkrn jo-oppa hahaha.
ningekaputri #4
Chapter 2: aq mo tanya, ini kejadian di dunia asli ato di terminate dimension???
ningekaputri #5
Chapter 1: well,,,akhir na sampe ksni jg. Hahaha. Ff ini bnr2 menarik slrh prhtian qu, krn shrz na sbtu n mggu kmrn, qu streaming timeline ss6 taiwan. N aq mengabaikn tu *kejadian langka hohoho. N jujur agak shock dgn poster d chapter ini. Bagi qu tuh mengerikn. Sm sx g brpkr apalagi brkeinginan spti tu. Tp aq sadar, ada segelintir org d slrh dunia yg brpkr spti pic tsb. N pas baca prolog 1 ini, aq brpkr, sungguh mengerikn khdpn idol korea. Gak sebebas artis d negara2 lain. Kasihan.
gyu1315 #6
..........................komen sy 2 hari lalu belum masuk ternyata ;;TT

padahal udh ketulis semua kmrn T T gmn kebingungan sy ttg gajelasnya wanjin berwujud atau gak setelah kejadian kmrn.. kyu yg ktanya penasaran cuman belum nanya/?/ apa apa.. trs lupa lg pertanyaan kmrn kkk

next series ad lagi kah~? dg penjaga yg sudah blak2an masalah esistensi mereka hihihi trs gimana yg punya wujud masa depan2 ini berubah jd beneran penjaga/?/ gitu kkkkk
lagipula jo oppa pake 'see you around' kan :3 *mintadilempar bakiak*
LocKeyG #7
Chapter 27: i'll miss it, i mean..your story :')