Chp 17 (I) - Three : Corpus
The PretensionAuthor's Note:
I'm really sorry, everyone! Aku menjanjikan update pada akhir minggu ini tapi ternyata hanya bisa separo chapter karena aku cukup sibuk belakangan ini.
There are things to do, so I dn't have too mcuh time to write.
Ahirnya, chapter ini kuputuskan untuk kubagi menjadi dua part, yang sisanya akan kupost setelah aku selesai menulisnya.
So, short chappie is short. Sorry~~~
=======================================================================
“So, now she’s using our own songs against us?” seru Peniel panik sambil memegang kepalanya. “Andwaeeee!!”
“Tidak.” kata Josh. “Menurutku dia menggunakan lirik lagu ini untuk mengatakan kalau kita adalah tawanannya dan tidak boleh pergi. Sama halnya dengan lagu sebelumnya. Buat kita, dia hanyalah hantu yang gentayangan di tempat ini. Kurasa dia menggunakan lagu-lagu kalian untuk berkomunikasi.”
Penjelasan Josh terdengar masuk akal di kepala mereka.
“Anyways, this also could be a bad thing.” kata Josh lagi. “And not to mention the—“
Dia berhenti ketika mendengar suara lonceng kembali berdentang, padahal belum satu jam berlalu semenjak dentangan yang sebelumnya.
Tentu saja ini membuat mereka semua menjadi kaget dan takut, sementara Josh menjadi bingung.
“Kenapa bisa secepat ini?” tanya Siwan.
Josh bergegas menuju Siwon yang masih tergeletak namun memaksakan diri untuk duduk.
“This won’t do.” kata Josh. “You strained yourself too much.” Dia beralih kepada yang lain. “Guys, I need your help to carry him.”
Dia membantu Siwon berdiri. Changwook ikut membantunya.
“Kita semua tahu ada sesuatu yang lain akan berulah. Cepatlah bawa Siwon ke salah satu kamar sementara aku mengalihkan perhatian apa pun yang akan muncul. Kunci pintu dan tunggu aku di sana.” kata Josh lagi, membiarkan Sungjae untuk menggantikan posisinya.
“Maaf membuat kalian repot.” kata Siwon.
“Bicara apa kau ini, Hyung.” tukas Seungho cepat. “Kalau kita tidak bekerja sama di saat seperti ini, bagaimana kita bisa bertahan hidup?”
Mereka semua bergerak meninggalkan ruangan itu dengan Josh yang berjalan paling depan. Dia menghunus Seven Spirit sambil mengawasi setiap sudut ruangan itu dengan teliti.
Dengan hati-hati mereka menyeberangi bergerak menuju tangga utama. Sejauh mata memandang tidak ada keanehan apa pun di ruangan itu sampai mereka mendengar suara mengaum dari atas mereka.
Seekor monster campuran singa, kambing, elang, naga, dan ular berada tepat di depan kamar Hoya dan Myungsoo. Ukurannya yang begitu besar membuatnya dapat terlihat jelas bahkan dari posisi mereka saat itu.
Mereka pun berlari menuju tangga utama sementara Josh berada di belakang mereka, mencegah agar monster itu tidak menerkam mereka.
“GO! GO! GO!”
“Ke mana?” seru Myungsoo panik.
“Kamar Peniel!” tanggap Henry cepat.
Josh tetap berada di bawah tangga sementara yang lain bergerak dengan secepat mungkin ke kamar Peniel yang berada tepat di atas ruang home theater.
Mereka membantu Sungjae dan Changwook memapah Siwon menuju kamar ketika monster aneh itu melompat turun ke lantai dasar. Bunyi yang ditimbulkannya mampu menggetarkan seluruh bangunan, merontokkan debu-debu yang menempel di langit-langit bangunan. Anak-anak itu segera berlari masuk dan Hoya menutup pintu rapat-rapat ketika Sungjae dan Changwook berhasil membawa Siwon masuk ke dalamnya.
* * *
“This.is.SO.not.good.” kata Josh setelah melihat monster macam apa yang dia hadapi kali ini. “A chimera. How do supposed to I deal with this kind of thing?”
Monster itu menerjang, mencoba menggigit Josh, namun lelaki itu berhasil menghindarinya.
Dia melihat ke arah kedua kepala monster yang tumbuh di kiri-kanan kepala singa-nya yang berada di tengah. Kepala sebelah kiri (kepala kambing) tiba-tiba saja mengeluarkan listrik, menghantam tempat Josh berdiri. Untung saja lelaki itu sempat menghindarinya karena aliran listrik itu ternyata begitu kuat sehingga dapat membuat lubang di lantai rumah.
Josh memang sudah bisa menduga kalau salah satu kepala itu dapat menciptakan listrik, yang cukup berbahaya untuknya. Dia harus mencari cara untuk melumpuhkan satu-persatu kepala ini sebelum dia melumpuhkan tubuh utama si monster.
Dia nyaris saja tersambar cakar monster itu ketika untuk sesaat lamanya dia memutar otak.
Kepala sebelah kanan (naga) lalu mengeluarkan semburan api yang sangat panas.
Alih-alih panik, lelaki itu justru nyengir. “Thanks for telling me that.” katanya sambil menguatkan pegangannya kepada Seven Spirits. “Let’s do it then.”
* * *
“Hajimarayo~” kata Seungho ketika Sungjae, Peniel, Myungsoo, dan juga Hoya sedang berusaha membuka pintu sesedikit yang mereka bisa untuk mengintip pertarungan di luar sana.
Kyuhyun kini sudah tiduran di kasur, di samping Siwon yang hanya bisa duduk dengan agak kaku. Sementara sisa yang lain tampak sedang tenggelam dalam alam pikiran masing-masing.
Jika suasana lebih santai dari ini, pasti mereka sudah tertawa melihat tingkah laku keempat anak itu. Tapi situasi dan kondisi saat itu sangat tidak memungkinkan bagi mereka untuk melakukannya.
Tak ayal, usaha mereka sia-sia. Mereka bisa melihat ujung ekor makhluk itu bergerak ke sana kemari di dalam rumah misterius, bagaimana monster itu sepertinya di dorong dengan kekuatan luar biasa hingga sempat melayang sedikit dan menabrak patung emas hingga hancur, tapi selebihnya mereka tidak bisa melihat apa pun. Pandangan mereka tertutup oleh lantai satu yang membentang di hadapan mereka.
“Kenapa ada listrik dan api di sana?” kata Hoya ketika melihat dua elemen itu menyambar pembatas lantai satu di sisi yang berlainan.
“Pasti dari monster itu.” kata Sungjae. “Dia bisa mengeluarkan api dan petir.”
“Sepertinya benar-benar pertarungan yang sangat memicu adrenalin.” tambah Peniel. “Tapi aku tidak bisa melihat apa-apa.”
“Sangat memicu adrenalin tapi juga sangat berbahaya untuk kita. Hentikan itu.” kata Siwon pada akhirnya, sebelum Henry sempat memutuskan untuk ikut bergabung dengan keempat anak itu. “Lagipula kita hal lain yang bisa kita lakukan.”
Semua mata beralih menatapnya sementara Siwon sendiri mengarahkan pandangannya ke sekeliling ruangan. “Kamar siapa ini?”
“Kamarku—oh!“ kata Peniel kaget.
Mereka baru sadar kalau kamar itu telah berubah menjadi kamar lain.
“Waktu kita tidak banyak.” kata Changwook segera. “Lebih baik kita geledah tempat ini.”
Satu sambaran petir yang mengenai daun pintu kamar membuat Hoya, Peniel, Myungsoo, dan Sungjae melonjak kaget.
Mereka pada akhirnya menutupnya setelah Seungho mengatakan, “Kubilang juga apa.”
Setelah memastikan pintu tertutup rapat, semua orang pun menyebar dan mulai menggeledah kamar, dengan berharap menemukan catatan harian atau apa pun yang dapat dijadikan sebagai petunjuk.
Dari arsitektur kamarnya, mereka yakin ini kamar seorang wanita. Tapi siapa pemiliknya, mereka masih belum tahu.
Comments