Chp 1 - Anathematismus

The Pretension
Please Subscribe to read the full chapter

Catatan Anita: Aku mengira Jo-oppa bakal mengirimkan updatenya beberapa hari lagi tapi ternyata malam ini sudah datang. -_-a

Anyway, ini update-nya.

 

Pic belong to the repectable owner. It was taken from here: http://imaginaughts.wikia.com/wiki/File:Ice_demon_by_xxjocaxx-d5j8zdm.jpg

====================================================================

 

Dua orang berpakaian serba necis masuk ke kantor polisi, melewati kerumunan warga dan fans yang kini sudah membanjiri kantor polisi pusat sambil membawa berbagai spanduk dan bentuk-bentuk dukungan lain bagi para idolanya. Dari pakaian yang kedua orang itu kenakan, mereka bagaikan akan pentas di panggung besar tapi tidak ada yang mengenal kedua orang itu. Keduanya diantar oleh petugas menuju ruang khusus untuk menemui para idola yang keluarganya baru saja diculik.

“Siapa orang-orang itu? Dari instansi mana mereka berasal?” tanya salah satu petugas polisi yang ada di kantor itu kepada temannya.

“Molla.” tanggap temannya.

“Aku berani bertaruh, sebentar lagi CIA dan PBB pun akan datang kemari. Kita bakal sibuk. Ini kasus terberat yang harus ditangani oleh kepolisian Korea Selatan. Tidak. Ini kasus terberat yang pernah terjadi di seluruh dunia.”

“Dengan penculikan sebanyak itu? Tentu saja.” Petugas itu menghela napas. “Kapan aku bisa cuti kalau begini caranya?”

* * *

Semua mata secara refleks beralih ke pintu ketika pintu ruangan itu terbuka.

Semua penghuninya mengira ada petugas polisi yang datang memberi kabar mengenai keberadaan keluarga mereka namun ternyata yang muncul adalah dua orang yang berpakaian necis. Salah satu diantaranya tampak lebih muda dari yang lainnya.

Kecewa, mereka kembali ke posisi mereka masing-masing.

Salah seorang diantara kedua orang itu lalu maju ke tengah ruangan, tampak memeriksa jam tangannya sebentar sebelum angkat bicara.

“Yeorobun, annyonghaseo. Jeoneun Han Wan Jin imnida.”

“Joshua imnida. Bangapseumnida.” kata yang tampak lebih muda.

“Kami sudah mengetahui apa yang terjadi, dan kami diberi kepercayaan untuk membantu kalian.” kata Wanjin. Dia melempar pandang kepada Josh yang balik menatapnya.

Saat itu pintu ruangan kembali terbuka dan masuklah seseorang yang mereka kenal sebagai kepala polisi. Semua segera memberi hormat kepada orang tua itu.

“Saudara-saudara sekalian, ada yang harus saya katakan.” katanya dengan penuh wibawa. “Kasus ini adalah kasus yang sangat berat, yang saya yakin belum pernah ditangani oleh kepolisian mana pun di dunia.

“Belum pernah terjadi kasus penculikan dalam skala yang besar seperti yang kalian hadapi sekarang. Dan ini mengundang perhatian banyak sekali pihak untuk terlibat di dalamnya. CIA, FBI NCIS, dan berbagai organisasi dari berbagai negara pun ingin ikut terlibat. Walaupun demikian, saya yakin sekali kasus ini tidak akan dapat mereka selesaikan. Ini terjadi di luar kemampuan mereka.

“Nah, kedua orang di depan kalian ini adalah wakil dari sebuah organisasi—apa betul begitu?”

Han Wanjin yang menjawab. “Bisa dikatakan demikian, Pak.”

“Ehem, singkat kata, mereka akan membantu kami dan juga kalian dalam menyelidiki ini. Dan karena mereka bukan dari pihak kepolisian, mereka akan bisa bergerak dengan lebih leluasa. Saya harap kalian bisa bekerja sama untuk mendapatkan solusi yang tepat untuk masalah ini.” kata sang kepala polisi mengakhiri pidato singkatnya.

 

“Maaf, tapi maksud Anda—“

“Kami akan ikut bersama kalian.” sela Josh tenang.

“Hingga saat ini kami masih belum tahu siapa yang menyebabkan semua ini terjadi. Dan kami juga masih belum mendapatkan kabar apa-apa mengenai keluarga kalian.” jelas Wanjin. “Jadi, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, ada baiknya untuk sementara waktu kita mengikuti keinginan si penculik.”

Josh melempar pandang tidak nyaman kepada Wanjin sementara yang ditatap masih terus berbicara.

“Sebenarnya, kita tidak punya pilihan lain selain mengikuti menghadiri undangan itu.”

“Kami akan ikut mengawasi dan akan mencoba menyusup bersama dengan kalian. Seandainya itu tidak dapat dilakukan, kami berdua masih punya banyak cara untuk menyusup tanpa ketahuan.”

Kesunyian berlangsung cukup lama di antara mereka.

“Tapi sebelum itu, ada satu hal yang kami minta dari kalian.” kata Josh, mengundang perhatian mereka semua. Ketika yakin semua mata telah mengarah padanya, Josh pun melanjutkan, “Percayalah pada kami.”

“Ya, kalian bisa mempercayai mereka. Kita tidak punya pilihan lain.” tambah kepala polisi. “Sementara kalian memenuhi undangan si penculik, kami akan berusaha keras untuk mencari anggota keluarga kalian.”

Dengan itu, sang kepala polisi pun meninggalkan ruangan itu.

 

Ada satu yang menjadi perhatian Seungho terhadap kedua orang yang berada di tengah ruangan itu.

“Maaf, kalau bukan polisi, dari instansi apakah kalian ini?” tanyanya.

Josh tertawa kecil. Ini sungguh mengagetkan bagi yang lain.

“Kami lebih dari itu.”

* * *

Setelah Josh dan Wanjin pergi, terjadi perbincangan yang mendalam di antara semua orang yang berada di ruangan itu.

“Aku akan pergi.” kata Myungsoo memulai.

“Aku juga. ” tambah Hoya.

“Ini bisa jadi perangkap untuk kalian. Jangan pergi...” kata Sunggyu. Tiba-tiba dia merasa capek, gejala-gejala jantung lemahnya akan kumat. Yang lain sadar betul akan ini, sehingga mereka membantunya duduk. “Aku tidak apa-apa.” Dia berbalik kepada Myungsoo dan Hoya. “Aku hanya meminta kalian jangan pergi, tapi aku tidak bisa memaksa kalian.”

“Mianhae, Hyung. Kami tidak bisa mempertaruhkan nyawa anggota keluarga kami.” kata Hoya.

Myungsoo dan Hoya memeluk pemimpin mereka itu lalu diam-diam menangis di pundaknya. “Arraseo…arrasseo.” kata Sunggyu, berusaha tegar untuk kedua anak itu.

Sungjong dan Sungyeol ikut menangis juga, turut merasakan kepedihan yang dirasakan Myungsoo dan Hoya. Sementara Dongwoo dan Woohyun hanya berdiri di samping mereka, berusaha menahan tangis mereka sendiri.

 

Saat itu Seungho melempar pandang kepada Changwook.

“Bagaimana denganmu?” tanyanya pelan. “Aku pun terpaksa harus pergi.”

Changwook menatap Seungho. Entah kenapa tiba-tiba nalurinya sebagai orang lebih tua muncul. “Ayo kita pergi bersama. Bagaimana jika kau kujemput?”

“Untuk menghadiri karpet merah, aku bisa sendirian. Tapi ini—sesuatu yang mengerikan bagiku dan aku tidak mau sendiri.”

Changwook merangkul pundak Seungho. Dia tidak ingin tersenyum di saat-saat seperti ini, tapi kata-kata Seungho benar-benar sama dengan yang ada di pikirannya saat itu. Dia bagaikan merasa sedang melihat cerminan dirinya sendiri.

“Hyung, aku merasa seperti ditinggal sendirian.” kata Seungho mulai terisak.

Dan air mata Changwook pun ikut menetes. “Aku juga merasakan hal yang sama, Seungho-yah.”

 

Melihat kejadian di depan matanya, Eunkwang tahu apa yang dipikirkan Peniel dan Sungjae. Dia menoleh ke arah Peniel yang sedari tadi terus-menerus menghapus air matanya.

“Aku tahu kau mau ikut juga.” bisiknya. “Ini masalah keluargamu. Jauh lebih penting dari yang lain.” Dia mengarahkan pandangnya kepada Sungjae yang matanya sudah bengkak. “Sungjae-yah, pergilah dengan Peniel. Kami akan mengantar kalian.”

Minhyuk memeluk Sungjae dan mengusap pundak anak itu ketika dia melepas tangisnya tapi dia tidak berusaha membujuk Sungjae untuk berhenti. “Kau tahu hyung selalu sayang padamu, kan?” bisiknya. “Pergilah, dan kembali dengan selamat.”

* * *

Beberapa hari kemudian, tepat pada hari pada undangan itu, para wartawan dan masyarakat banyak telah memenuhi luar pagar depan sebuah rumah berukuran sangat besar dan megah di daerah Cheongdam-dong. Rumah itulah yang akan menjadi lokasi dimana 6 orang idola Korea Selatan yang keluarganya diculik diundang untuk menghadiri pesta privat.

Kerumunan warga yang begitu padat tidak berani melewati batas garis polisi karena dijaga ketat. Mereka juga tidak mau memicu amarah para penculik yang bisa saja berakibat fatal bagi wartawan yang mencoba memotret rumah besar itu dari dekat.

Ada yang aneh dengan rumah besar itu. Selain karena halamannya cukup luas, ternyata sang pemilik rumah menggelar sebuah karpet merah hingga ke pintu gerbangnya, menimbulkan tanda tanya bagi banyak orang. Biasanya karpet merah akan digelar di depan pintu masuk namun ini hingga ke depan gerbang. Itu artinya mereka diundang masuk dari  pintu gerbang dan harus menuju ke pintu masuk dengan berjalan kaki.

Mobil mewah Choi Siwon yang tiba-tiba berhenti depan gerbang itu mengundang sejuta tanda tanya dari semua khalayak yang hadir di sana. Siwon sendiri tampaknya tidak begitu menyadari bahwa kehadirannya kali ini sama sekali tidak terduga.

Meski merasa agak aneh, Siwon memantapkan dirinya dan melangkah masuk ke gerbang yang terbuka dengan sendirinya.

Orang kedua yang datang adalah Cho Kyuhyun. Dan—sama seperti halnya dengan Siwon—reaksi fans dan pengunjung begitu luar biasa. Kekagetan mereka terhadap kedatangannya terasa tidak biasa di matanya. Tapi sama seperti Siwon, dia pun masuk melalui gerbang yang terbuka dengan sendirinya.

 

Sebuah limo panjang berwarna putih tiba di depan gerbang dan berhenti di sana agak lama.

“Maaf kami tidak bisa berbuat banyak untuk kalian.” kata Eunkwang. Ternyata di dalam limosin itu hadir dua kelompok boy group yang sedang naik daun saat itu, BTOB dan Infinite. Mereka duduk agak berdesakan tapi mereka tidak keberatan. Teman mereka lebih butuh perhatian dibandingkan yang lain.

“Kogjongmaseyo. Kami akan menyusup masuk untuk menjaga mereka.” kata Wanjin. Josh mengangguk setuju. Ternyata mereka berdua juga ada di dalam mobil itu.

Ketika semua mata memandang keduanya, mereka hanya tersenyum.

“Kalian lihat saja nanti.” kata Wanjin nyengir. “Kami punya cara tersendiri, meskipun tidak lewat pada pintu depan.”

“Kau tahu, ini seperti menyerahkan mereka masuk ke dalam mulut macan dan kita ikut bersama mereka.” bisik Josh dalam bahasa Indonesia.

“Jauh lebih baik daripada membiarkan mereka masuk sendirian.” balas Wanjin.

“Kau benar. Lagipula, yang satu ini punya potensi. Kita tidak boleh sampai kehilangan dia.”

Wanjin paham yang dimaksud Josh adalah Peniel.

“Bukan satu, tapi beberapa.” Wanjin mengacu kepada beberapa orang lain di dalam mobil itu.

 

“Nah, jaga ekspresi kalian. Jangan murung.” kata Sunggyu kepada Myungsoo dan Hoya. Anggap saja ini kalian menghadiri Inkigayo, arachi?”

“Tarik napas dalam-dalam, Myungsoo-yah. Kau tampak pucat, bahkan make-up pun tidak bisa menutupinya.” kata  Woohyun. Dia merangkul bahu Myungsoo erat-erat.

Hoya, di sisi lain, berusaha menguatkan hatinya dan menahan emosinya. “Kajja.” katanya dengan mata tertutup. Teman-teman sekelompoknya tahu anak itu sedang ketakutan, tapi dia berusaha kuat.

Ketika Sungyeol membuka pintu, mereka sudah tidak bisa mundur lagi.

Semua orang di dalam mobil keluar menemani keempat anak itu.

Melihat seisi mobil keluar, Seungho dan Changwook yang juga berada di mobil di belakangnya ikut keluar. Josh yang saat itu berada paling dekat dari mereka lalu menyongsong keduanya dan mengantar mereka bergabung bersama yang lain.

Meski memasang tampang tanpa ekspresi, Josh tahu betul kalau keduanya sedang gugup luar biasa. Kemampuan akting mereka ternyata dapat berguna di saat-saat seperti ini.

“Tindakan kalian tepat. Jangan tunjukkan kalau kalian sedang takut.” bisiknya.

“Nde.” tanggap keduanya serempak.

 

Setelah memberanikan diri, mereka berdelapan melangkah maju menuju pintu gerbang.

Pintu gerbang itu terbuka secara mekanik, mengijinkan para pengunjungnya untuk masuk.

Keenam anak itu berjalan terlebih dahulu, dengan Wanjin dan Josh berada di belakang untuk mencegah terjadinya sesuatu yang tidak mereka duga.

* * *

Namun sial, sesuatu diluar perhitungan keduanya terjadi. Ketika Josh dan Wanjin mencoba masuk, ada sesuatu—seperti sebuah penghalang tak terlihat—melempar keduanya jauh ke belakang. Untung saja refleks mereka sangat hebat sehingga tidak terpelanting dan berhasil mendarat dengan kedua kaki tanpa cedera di seberang jalan.

Keduanya mencoba menyusul anak-anak itu namun celakanya, gerbang rumah itu pun menutup. Dan palang api muncul menyilang di gerbang itu.

Kejadian ini membuat syok semua orang yang menyaksikannya, termasuk Josh dan Wanjin yang bermaksud mendobrak gerbang itu.

Seluruh jalan geger. Dan Sunggyu langsung jatuh lemas. Kejadian beberapa hari ini sungguh berefek kurang baik untuk jantungnya. Semua anggota BTOB dan Infinite bergegas membantunya masuk ke dalam mobil. Josh sendiri segera ikut masuk.

“Berikan dia ruang untuk bernafas. Jangan berkerumun.” kata Woohyun ketika anak-anak itu berusaha untuk menyadarkan Sunggyu. Dadanya naik turun dan pernapasannya terdengar tidak beraturan.

Josh menerobos kerumunan mereka dan langsung menghampiri Sunggyu.

“Sebenarnya aku tidak boleh melakukan ini, tapi saat ini kita punya pilihan lain.” Tanpa bicara banyak Josh segera bertindak. Dia memutar tangannya sekali hingga menengadah ke atas. Sebuah cahaya keluar dari sana, mengagetkan seisi mobil. Dia lalu meletakkan tangannya itu ke dada Sunggyu.

Kemampuannya untuk menyembuhkan ternyata sedikit dapat membantu pola pernapasan dan detak jantung Sunggyu yang agak kacau karena tekanan batin yang baru saja diterimanya. Tak lama, mereka mendengar Sunggyu mendengkur pulas.

Kelegaan pun meliputi seisi limosin itu karena menyadari yang terburuk telah lewat. Mereka benar-benar takjub dengan kemampuan Josh untuk menyembuhkan karena tidak ada manusia yang dapat melakukan itu dengan cara seperti itu.

Dan ternyata tindakan Josh itu ternyata dapat menarik kepercayaan dari anak-anak itu kalau mereka—dia dan Wanjin—bisa mengatasi masalah teman-teman mereka beserta keluarganya.

Eunkwang memegang tangan Josh sehingga lelaki itu melihat kepadanya. “Kuserahkan Peniel dan Sungjae kepadamu.” katanya sambil menatap mata Josh.

Josh mengangguk.

“Tolong Myungsoo dan Hoya juga.” lanjut Dongwoo.

“Pasti.” jawab Josh mantap. Dia lalu segera keluar dari mobil.

“Segera bawa dia ke rumah sakit.” kata Wanjin, mengalihkan perhatian mereka.  “Kemampuan ini hanya dapat mengobati luka fisik dan untuk menstabilkan, tidak untuk penyakit. Dia tetap butuh perawatan medis.” Dia buru-buru menambahkan. “Jangan kuatir mengenai teman-teman kalian. Kami masih punya cara lain untuk masuk.”

“Wanjin! Ayo!” panggil Josh. Wanjin lalu menarik Josh lalu keduanya bergegas berlari mencari tempat yang sepi, sementara limosin putih yang memuat anggota Infinite dan BTOB yang tersisa segera melaju menuju rumah sakit.

* * *

Tidak ada yang tahu dua anggota BTOB, dua anggota Infinite, Yoo Seungho, dan Ji Changwook yang terjebak di dalam sedang berusaha untuk membuka gerbang dari dalam namun tidak berhasil.

“Bagaimana ini? Wanjin dan Joshua tertinggal di luar.” kata Peniel.

“Mungkin lebih baik kita terus saja ke rumah itu.” Changwook menyarankan dengan pandangan terarah ke rumah megah yang terang benderang di hadapan mereka.

“Kita harus jalan kaki dari sini ke sana?” kata Myungsoo. Dia agak ngeri melihat jarak tempuh dari pintu gerbang ke pintu masuk. “Sunggyu hyung, kau bohong. Ini tidak seperti Inkigayo.” gumamnya pelan.

Seungho menghela napas. “Sepertinya kita memang harus jalan kaki.” Dan dia terlebih dahulu melangkah melewati taman yang sunyi itu menuju rumah megah yang pintu besarnya sedang terbuka lebar.

* * *

Kyuhyun bingung setengah mati. Belum pernah dia mendapat undangan yang aneh seperti ini. Dia harus berjalan kaki dari pintu gerbang ke pintu masuk dan tidak mendapatkan satu orang pun di sana. Bahkan dia belum bertemu dengan seorang pun semenjak menginjakkan kaki ke rumah itu.

Dia memandang sekelilingnya. Semua meja dan kursi tertata rapi bagaikan akan diadakan sebuah pesta besar. Bahkan makanannya pun sudah tersaji dengan rapi. Namun kenapa semuanya kosong? Bahkan para pelayan saja tidak ada.

Dengan hati agak dongkol karena tubuhnya kini sudah mulai berkeringat, dia menaiki satu persatu anak tangga di depan rumah itu sampai alhirnya dia bertemu

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ningekaputri #1
Chapter 27: Yeiii,,,selesai jg. Hummm jujur sbnr na brhrp ending na smpe kpn pun kbradaan penjaga gak d ketahui hehe. N brhrp ada lnjutn na. Saat siwon n kyu brtualang sbg penjaga baru.but its good story n I like it so much. Thx jo-oppa udh bwt karya ini. Jg anita eonni yg udh post d aff^^
ningekaputri #2
Chapter 17: awww foto na *nosebleed hihihi
ningekaputri #3
Chapter 3: oke,,,,saya trtarik dgn pic na. Tuh lbh cocok d mkn d bandimg jd monster es krim hahaha. And then,,,siwon n kyu lupa ingatan lg????? OMG,,,aq bnr2 gtw apa yg ada d pkrn jo-oppa hahaha.
ningekaputri #4
Chapter 2: aq mo tanya, ini kejadian di dunia asli ato di terminate dimension???
ningekaputri #5
Chapter 1: well,,,akhir na sampe ksni jg. Hahaha. Ff ini bnr2 menarik slrh prhtian qu, krn shrz na sbtu n mggu kmrn, qu streaming timeline ss6 taiwan. N aq mengabaikn tu *kejadian langka hohoho. N jujur agak shock dgn poster d chapter ini. Bagi qu tuh mengerikn. Sm sx g brpkr apalagi brkeinginan spti tu. Tp aq sadar, ada segelintir org d slrh dunia yg brpkr spti pic tsb. N pas baca prolog 1 ini, aq brpkr, sungguh mengerikn khdpn idol korea. Gak sebebas artis d negara2 lain. Kasihan.
gyu1315 #6
..........................komen sy 2 hari lalu belum masuk ternyata ;;TT

padahal udh ketulis semua kmrn T T gmn kebingungan sy ttg gajelasnya wanjin berwujud atau gak setelah kejadian kmrn.. kyu yg ktanya penasaran cuman belum nanya/?/ apa apa.. trs lupa lg pertanyaan kmrn kkk

next series ad lagi kah~? dg penjaga yg sudah blak2an masalah esistensi mereka hihihi trs gimana yg punya wujud masa depan2 ini berubah jd beneran penjaga/?/ gitu kkkkk
lagipula jo oppa pake 'see you around' kan :3 *mintadilempar bakiak*
LocKeyG #7
Chapter 27: i'll miss it, i mean..your story :')