Chp 24 - Epilogue ~ Omnes Felices

The Pretension
Please Subscribe to read the full chapter

Anita's note: FINALLY! THE LAST CHAPTER!!

Author's note : Warning! Long chapter ahead XD

 

Ledakan yang diikuti dengan penutupan Echoes of Time nyaris membuat mata para pemirsa yang menyaksikannya buta. Cahaya yang dipancarkan oleh ruang anomali itu luar biasa terang dan energi yang dipancarkannya begitu luar biasa, profesor Ico yakin mampu memasok kebutuhan listrik seluruh bumi selama 300 tahun. Untung saja aliran energi itu tidak mengalir ke bumi melainkan ke angkasa, atau kerusakan yang akan ditimbulkannya akan sehebat kemampuannya untuk memberi manfaat bagi bumi.

Di balik kejadian yang membutakan itu, sesuatu terjadi kepada para penghuni rumah misterius.

Mereka menduga, telah terjadi sesuatu di luar akal sehat mereka sehingga setelah mengalami kebutaan sementara itu, mereka seakan-akan kembali ke dalam rumah misterius tersebut.

“Apa yang terjadi? Kenapa aku kembali ke mari?” seru Peniel panik.

“Tenang.” kata Siwon, setelah memperhatikan ada yang berbeda. “Ini bukan rumah itu lagi. Lihat.”

Mereka melihat sesosok yang sangat menyeramkan berada di samping Yoonhee, tampaknya sedang meneror anak itu. Mereka tidak dapat melihatnya dengan jelas namun kengerian yang dipancarkannya mampu membuat siapa pun merinding, tidak terkecuali terhadap Yoonhee.

“Kau akan menjadi alatku yang sempurna.” kata sosok itu dengan suara yang bagaikan angin dingin. Sekali lambaikan jarinya seluruh tubuh anak itu terikat dengan benang-benang yang terbuat dari energi. “Mulai sekarang, kau akan dikenal sebagai seorang penyihir.”

“Tidak…” Yoonhee mencoba melawan, tapi ketakutan membuatnya tidak berdaya.

“Tenang saja. Akan kukabulkan permintaanmu. Oppa yang kau idolakan akan tinggal di rumah ini bersamamu untuk selamanya. Dan mereka akan melakukan apa yang kau inginkan.”

Dengan itu, sosok tersebut pun memudar dan mulai menghilang bagaikan asap.

Semua orang yang ada di sana tidak sadar berapa lama mereka menahan napas karena keberadaan makhluk itu. Mereka baru menyadarinya beberapa detik setelah sosok wanita yang bagaikan ranting pohon itu pergi.

Serempak, mereka menarik napas keras-keras.

 

“Aku penyihir…aku penyihir…” Perhatian mereka teralih ketika mendengar Yoonhee berulang-ulang mengucapkan kata itu. Dan kemudian dia mulai menangis. “Oppa-deul, mianhae. Semua ini salahku. Appa…Eomma…jeongmal mianhae…”

Kyuhyun mencoba mendekati Yoonhee untuk menolongnya namun ketika dia mencoba menyentuhnya, tubuh anak itu tembus.

“Apa ini?” kata Myungsoo kaget.

“Tampaknya kita menyaksikan langsung ingatan Yoonhee.” kata Siwon. Dia sudah terlalu dalam terlibat dengan para Penjaga untuk terkejut akan hal semacam ini.

“Ledakan tadi pasti telah berbuat sesuatu.” tambah Kyuhyun.

Cukup lama mereka menyaksikan tangisan pilu Yoonhee tanpa dapat berbuat apa-apa.

Ketika pada akhirnya anak itu berhenti, mereka mendengarnya berbicara. “Aku harus melakukan sesuatu. Aku tidak boleh membiarkan oppa-deul jadi korban di tempat seperti ini.” katanya. Dia berhenti sejenak, “Semoga oppa menemukan jurnalku.” gumamnya kemudian dengan suara pelan.

Dengan itu, semuanya berubah putih. Detik berikutnya, kesepuluh orang penghuni rumah misterius kembali ke posisi mereka yang semula di ruang kendali markas Penjaga.

 

“Apa itu tadi?” Kali ini giliran Seungho yang angkat bicara. Dia menatap yang lain. “Apa kalian baru saja menyaksikan hal yang sama denganku?”

“Yoonhee?” tanya Henry. “Kurasa iya.”

“Ada apa?” tanya profesor Ico, tertarik dengan pembicaraan mereka. Dia sedang merayakan kemenangan anak-anak didiknya ketika mendapati orang-orang itu tampak saling bertukar pandang dengan serius.

“Sepertinya kami baru saja menyaksikan pecahan ingatan Baek Yoonhee.” jawab Hoya.

Sang profesor mengangkat alis. “Ingatan? Seperti apa?”

“Ingatan yang menyeramkan.” kata Changwook. “Namun sekaligus membuktikan pada kami kalau Yoonhee sebenarnya tidak bersalah.”

* * *

Han Wanjin berdiri di ruang hampa, mengambang di udara kosong. Di hadapannya kini terlihat tiga sosok wanita yang menjadi korban terakhir pada pertempuran kali ini. Tubuh mereka berpendar, tembus pandang, sebagaimana layaknya hantu.

Dia mengulurkan tangannya kepada Yoonhee. “Ayo, ikutlah denganku.” katanya.

Dengan ragu-ragu Yoonhee menyambut uluran tangan itu. Dia berhenti ketika tangannya hampir menyentuh tangan Wanjin.

“Kita akan ke mana?” tanya anak itu.

“Kau telah menemukan cahaya sebelum nyawamu meninggalkan tubuhmu.” jawab Wanjin. “Itu sudah cukup.”

“Tapi…” Yoonhee melihat ke arah Scelestica dan Hua Yin yang masih berada di belakangnya.

Wanjin beralih kepada kedua wanita itu. “Waktu kalian masih belum selesai.” katanya, membuat ketiga orang itu terkejut. “Kembalilah. Manfaatkan waktu yang sedikit ini. Temukan cahaya itu dan kalian akan bebas dari kutukan Doom selamanya.”

Belum lagi satu detik berlalu setelah Wanjin mengatakan itu, kedua wanita itu berubah menjadi bentuk bola cahaya dan melayang pergi, kembali menuju dunia masing-masing.

Yoonhee memandang Wanjin dengan takjub. “Siapa kau sebenarnya?”

Ujung bibir Wanjin tertarik sedikit, menandakan kalau dia tersenyum. “Mereka pergi karena memang sudah waktunya mereka kembali, Baek Yoonhee.” katanya. “Dan untuk menjawab pertanyaanmu: aku hanyalah satu dari sekian banyak malaikat-nya Penjaga.”

Lelaki itu menggenggam tangan Yoonhee dan keduanya pun lenyap dari dunia hampa itu.

Mereka akan melakukan sebuah perjalanan jauh yang mungkin akan memakan waktu yang sangat lama bagi manusia. Bahkan dia sendiri pun tidak tahu kapan akan bertemu kembali dengan para Penjaga; dengan semua penghuni rumah misterius itu.

* * *

Jauh di dua dimensi yang berbeda, tak lama setelah Han Wanjin meninggalkan ruang hampa bersama Yoonhee, dua wanita kembali siuman dari mati suri mereka.

Scelestica, dan juga Hua Yin di dimensi yang berbeda, pada akhirnya kembali bertemu dengan kekasih hati mereka.

Kejadian ini sungguh menggembirakan sekaligus mengharukan bagi Justin maupun Gilland. Dalam hati, keduanya berterima kasih kepada Han Wanjin karena mereka diijinkan untuk bertemu dengan kekasih mereka sekali lagi.

Mereka tidak menyangka kalau pertarungan mereka di ruang antar dimensi melawan Han Wanjin akan berakhir dengan cara seperti ini.

Tidak buruk.

Sama sekali tidak buruk.

* * *

Usaha dan kerja keras Penjaga pada akhirnya membuahkan hasil. Peristiwa tertutupnya Echoes of Time merupakan sebuah proses yang sangat langka terjadi. Semua orang, baik Penjaga maupun bukan, menyaksikan peristiwa indah itu dengan penuh kekaguman. Hiruk-pikuk kengerian kini telah digantikan dengan kelegaan luar biasa. Kejadian yang telah meresahkan manusia selama hampir setahun kini mencapai titik penyelesaiannya. Semua tawanan telah berhasil diselamatkan, termasuk sepuluh persen yang sempat tertinggal.

Walaupun demikian, ternyata ada yang tidak dapat Penjaga selamatkan, yaitu seluruh keluarga Baek beserta semua pegawai dan pembantunya. Bahkan Baek Yoonhee, seorang remaja yang diduga sebagai penyebab semua masalah ini pun tidak. Selain itu, banyak penduduk bumi yang juga ikut tewas karena bencana alam akibat sihir Eclipse.

 

Lama bergaul dengan Penjaga telah membuat pola pikir para idola Korean Wave secara perlahan-lahan berubah. Meski pun mereka masih konyol, namun secara dasar mereka kini menjadi lebih dewasa dibandingkan sebelumnya. Selain masalah panggung, lagu, teknik menyanyi, dan semua yang berkaitan dengan dunia hiburan, mereka juga sadar bahwa dunia mereka ternyata tidak sekecil itu.

Keterlibatan ini membuat Kyuhyun bertanya-tanya dalam hatinya, apa yang dimaksudkan oleh Mary sebelum wanita itu pergi untuk membantu Penjaga yang lain. Dia bahkan tidak tahu bagaimana caranya dia bisa membuat Yoonhee menemukan cahaya.

Dia berencana menanyakannya kepada Josh, atau Mary, seandainya dia menemukan mereka, namun dia tampak kesulitan untuk melakukannya sekarang. Namun setelah peristiwa menutupnya Echoes of Time berlalu, dia tidak bisa menemukan satu pun Penjaga kelas atas di mana pun.

Dia menduga, mereka sedang beristirahat di kamar masing-masing setelah pertarungan panjang yang sangat melelahkan di Echoes of Time selama berhari-hari. Lagipula, dia mendengar, profesor memberi cuti selama beberapa minggu untuk memulihkan kondisi.

 

Kira-kira tiga hari kemudian, dia, Siwon, Hoya, dan Siwan memutuskan untuk mengunjungi Josh di kamarnya karena hingga saat itu dia sama sekali tidak pernah keluar menemui mereka. Terakhir kali mereka bertemu dengannya adalah ketika mereka masih berada di Echoes of Time. Itu artinya sudah lewat seminggu semenjak pertarungan besar-besaran di dimensi anomali tersebut.

Situasi di markas terasa agak sepi setelah satu-persatu idola yang diungsikan ke markas memutuskan untuk meninggalkan tempat berkumpulnya para Penjaga dan kembali ke bumi. Hanya beberapa yang masih tinggal di sana hanya sekedar untuk menikmati ruang angkasa selama beberapa waktu, tempat yang mungkin tidak akan mereka lihat lagi untuk selamanya. Profesor Ico memberi ijin bagi mereka untuk pulang kapan pun mereka mau namun dengan satu syarat: mereka tidak akan bisa kembali lagi.

“Semoga dia ada di sana.” kata Im Siwan. Dia beralih kepada Peniel yang tampak celingukan, tingkah laku yang dianggap imut oleh para fansnya.  “Apa yang kau cari?”

“Baru sekarang aku baru benar-benar bisa menikmati tempat yang luar biasa ini.” jawab anak itu lancar. “Rasanya agak berat untuk pulang karena kita tidak bisa menemukannya di mana pun di bawah sana.”

Itulah alasan kenapa beberapa penghuni rumah misterius masih ada di sana hingga sekarang.

Selain itu, semua yang ada di bumi masih dalam proses pembenahan karena bencana alam akibat kekuatan Eclipse. Belum lagi peristiwa robeknya dinding Echoes of Time telah meluluhlantakkan sistem yang telah berjalan di bumi, mulai dari infrastruktur, fasilitas, dan masih banyak lagi. Hal ini disebabkan karena Echoe of Time sendiri ternyata mengeluarkan energi yang begitu luar biasa, yang mampu mempengaruhi semua sistem komputer dan elektronik di seluruh dunia. Untung saja reaktor-reaktor nuklir tidak begitu terpengaruh dengan ini, atau mungkin bencananya akan lebih pelik lagi.

Tidak disangka, banyak penduduk bumi yang menjadi korban bencana ini. Semua pihak bahu-membahu untuk membantu, idola ataupun bukan; para pejabat ataupun masyarakat umum. Mereka pun juga berencana demikian, oleh karena itu hari ini mungkin adalah hari terakhir bagi mereka untuk dapat menemui Josh, sebelum mereka kembali ke bumi.

 

“Menurutmu Josh ada di kamarnya?” tanya Hoya.

“Mungkin saja.” tanggap Siwon. “Aku tidak tahu kita bisa bergerombol seperti ini hanya untuk menemui satu orang.”

Ya, tidak ada yang tahu bagaimana mereka bisa datang dari berbagai penjuru markas dan bertemu di dekat kamar Josh tanpa janji sebelumnya.

Kyuhyun menekan bel kamar Josh sampai beberapa kali karena tidak ada yang menanggapi.

Untungnya, sebelum anak itu memutuskan untuk bermain-main dengan bel malang tersebut, kunci kamar membuka dan daun pintu pun bergeser, mempersilahkan para tamunya untuk masuk.

Alangkah terkejutnya mereka ketika tahu kalau justru orang lain yang membuka pintu.

“Myungsoo? Apa yang kau lakukan di sini?” seru mereka, nyaris serempak.

“Hyungdeul, kalian di sini juga? Josh ada di kamar mandi. Ayo masuk.” Entah kenapa mereka merasa senyuman Myungsoo saat itu terlihat agak mencurigakan.

 

Mereka memposisikan diri di mana pun mereka bisa duduk dan menunggu Josh keluar dari kamar mandi. Pintu kamar mandi itu ternyata sedang terbuka dengan suara air mengalir masih terdengar. Mereka yakin Josh tidak sedang mandi.

Ketika suara itu berhenti, yang keluar kemudian justru Sungjae.

“Mwoya? Hyung-deul? Kalian ada di sini?” katanya kaget sambil mengeringkan tangannya.

“Sedang apa kau di sini?” tanya Siwon bingung.

“Kami membantu Jo-hyung.”

Semua alis, terkecuali Myungsoo yang sudah tahu, tampak menahan rasa gelinya. “Membantu apa?”

Sungjae baru saja hendak buka mulut ketika sebuah suara lain menyela.

“Yah, Sungjae, Myungsoo! Aku tahu kalian berdua sedang mengerjaiku. Sekarang aku tampak persis seperti...”

Josh keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi. Wajahnya penuh dengan krim. Sekilas krim itu tampak seperti krim perawatan, namun nyatanya merupakan hasil racikan Myungsoo dan Sungjae, entah apa yang mereka campurkan di dalam krim itu karena baunya seperti gula.

“OH! Helloooow, deaaarrrsss!!!!” Josh menyapa tamunya dengan suara melengking tinggi yang sengaja dibuat-buat.

Semua orang melonjak kaget namun detik berikutnya mereka tertawa terbahak-bahak.

“Yah, kalian apakan wajahnya?” Tawa Siwon sambil menoleh kepada Myungsoo dan Sungjae yang sudah terbahak-bahak. “Itu seperti krim untuk kue.”

Josh melipat kedua tangannya ketika Hoya dan Kyuhyun yang penasaran mendekati lelaki itu lalu mencolek sedikit krim itu dari wajahnya.

“Bau gula dan sepertinya ada pengawetnya juga. Dan rasanya seperti mayones.”

“Yah, kalian dapat dari mana?” tambah Kyuhyun tergelak.

Josh lalu menyadari sesuatu. “Yah, krim ini ada pengawetnya? Mayones?”

Dan buru-buru dia kembali masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya sementara yang lain tergelak.

Ya Tuhan, sudah jadi apa Sungjae dan Myungsoo sekarang setelah bergaul dengan Kyuhyun? Mereka malah ketularan nakalnya, batin Josh sambil meratapi kegagalannya dalam mendidik anak-anak itu.

 

Tidak butuh waktu lama bagi Josh untuk membasuh wajahnya. Dia kembali ke kamar dengan wajah bebas krim dan mendapati anak-anak itu sedang berceloteh ria membicarakan berbagai macam hal, termasuk kejadian barusan.

“Gosh, I just love Mrs Doubtfire!” kata Josh berkomentar sambil menghempaskan bokongnya di tepi tempat tidur; tepat di depan Myungsoo yang sedang tiduran menyamping dan di samping Siwan yang berusaha menahan berat tubuhnya dengan kedua tangannya di belakang.

Josh menoleh ke arah anak-anak itu.

“Sedang apa kalian di sini?” tanyanya kemudian. “Kukira kalian sudah pulang?”

“Kalau pulang, kami tidak diijinkan kembali lagi.” kata Peniel.

“Benarkah?” tanya Josh dengan alis terangkat. Tampaknya dia baru tahu hal ini.

“Ne. Profesor yang bilang begitu.” kata Myungsoo di belakangnya, membuat Josh menoleh sebentar.

“Dan menurut kalian itu pasti dia lakukan?” tanya Josh lagi. Sebelum ada yang menjawab, dia melanjutkan, “Maksudku, jika kalian terkena masalah seperti ini lagi, apa dia tidak akan mengijinkan kalian kembali? Apa pun yang terjadi?”

“Aaahhh…” seru mereka paham.

Tentu saja tidak ada yang ingin kejadian semacam ini terulang lagi, namun tidak ada seorang pun yang tahu masa depan.

“Jadi, kalian datang kemari untuk pamit?” Lagi-lagi Josh bertanya.

“Ne.” kata Siwon. “Aku berencana pulang siang ini dan kurasa tidak ada salahnya menemuimu dulu.”

Josh hanya mengangguk. “Begitukah?” katanya acuh tak acuh. “Kalau begitu, hati-hatilah di bawah sana. Kudengar kondisinya cukup parah. Mungkin kalian akan dipekerjakan sampai kurus.”

Reaksi Josh membuat Siwon dan Kyuhyun bingung. Biasanya lelaki itu akan memberi nasihat kepada mereka sebelum pulang, dan selalu mengucapkan selamat tinggal seakan mereka tidak akan bertemu lagi. Tapi kenapa kali ini rasanya sungguh berbeda? Namun keduanya tidak berbicara apapun dan hanya duduk diam menatap lantai.

Yang lain tidak pernah tahu sifat Josh yang satu ini jadi mereka menganggap reaksi Josh adalah normal untuk kebanyakan orang.

 

“Aku tidak akan mengucapkan selamat jalan atau apa pun.”

Sontak kepala Kyuhyun dan Siwon terangkat, menatap lelaki itu. Dia seperti baru saja membaca pikiran mereka.

Josh menghela napas. “Karena setiap kali mengucapkan selamat tinggal, kita selalu bertemu lagi.” katanya kemudian. “Jadi aku yakin, di waktu-waktu yang akan datang, kita pasti bertemu kembali.” Dia berhenti sejenak. “Lagipula, aku sudah bertemu dengan diri kalian yang masa depan. Itu sudah suatu jaminan kalau suatu waktu kita akan bersama lagi.”

Mereka lupa bahwa diri mereka yang masa depan ternyata telah berperan cukup penting dalam hal semacam ini.

“Jadi, pulanglah. Tunjukkan cahaya yang ada di dalam diri kalian dan setelah menyelesaikan tugas ini, kembalilah kemari. Aku akan menunggu.” kata lelaki itu lagi.

“Remember, darkness cannot drive out darkness, only light can do that. Hate cannot drive out hate, only love can do that.”

— Martin Luther King Jr.

* * *

* * *

Waktu pun berlalu. Setelah berhasil mengatasi rasa syok yang luar biasa karena kejadian yang sungguh di luar nalar, kegiatan penduduk bumi pun mulai kembali normal.

Beberapa bulan telah berlalu semenjak kejadian itu. Kini semua aktivitas mulai bergeliat kembali.

“Selamat sore, para pemirsa. Kita bertemu lagi dalam acara ini.” kata pembawa acara dengan penuh semangat. “Seperti janji kami minggu lalu, kami akan menampilkan tamu khusus kali ini.

“Semuanya bermula dari kejadian yang menimpa mereka dan merambat menjadi peristiwa berskala global.

“Memang kita masih berduka atas kehilangan orang-orang yang kita cintai atas kejadian besar itu, namun oleh karena itu jugalah sebabnya kami berharap sekiranya acara kita kali ini dapat memberikan sedikit penghiburan bagi Anda sekalian.

“Mungkin acara ini adalah acara yang dapat mengundang tawa Anda, yang mungkin dianggap kurang pantas untuk waktu-waktu seperti ini. Namun satu hal yang saya pelajari dari orang-orang ini adalah: satu-satunya hal yang membuat kita bisa terus maju menghadapi hidup adalah dengan tertawa.

“Marilah kita sambut tamu kita kali ini!”

Tepuk tangan dan sorak-sorai terdengar dari seluruh studio yang dipenuhi sesak oleh ratusan orang.

Siwon dan Kyuhyun masuk dan membungkuk kepada semua orang.

Di belakangnya, muncullah Myungsoo dan Seungho. Myungsoo tersenyum, melambai sebentar lalu ikut membungkuk mengikuti Seungho.

Berikutnya, Hoya dan Ji Changwook, lalu Sungjae, Peniel, Henry, dan Im Siwan. Mereka datang beramai-ramai sehingga tampak bagaikan rombongan.

Mereka bersepuluh pun  dipersilahkan duduk di tempat yang telah diperuntukkan untuk mereka.

 

“Bisa tolong ceritakan apa yang terjadi di dalam rumah misterius Cheongdamdong ketika kalian masuk dan bagaimana kondisi kalian di sana selama berbulan-bulan?”

Suasana panggung langsung sunyi.

“Itu pertanyaan yang mungkin butuh waktu berbulan-bulan juga untuk menjawabnya.” kata Seungho sambil tertawa, turut mengundang tawa semua yang berada di studio.

Merasa pertanyaannya terlalu terburu-buru, MC pun mengurai pertanyaannya kali ini. “Siwon-ssi, bagaimana kondisi dalam rumah itu?”

“Sama seperti rumah pada umumnya. Namun interiornya berbeda dengan rumah keluarga Baek yang saya rasa kini telah diketahui semua orang. Arsitekturnya lebih menyeramkan dibandingkan rumah aslinya.”

Dibantu oleh yang lain, Siwon pun bercerita secara detil kondisi rumah misterius tersebut, mulai dari desainnya, galeri kematian, kejadian-kejadian menyeramkan di sana, jam emas yang setiap kali berdentang akan terjadi sesuatu, penampakan monster dan hantu, dan seterusnya.

Sang MC beberapa kali melontarkan pertanyaan ketika mereka bercerita, namun itu sama sekali tidak menghentikan alur kisah yang mereka paparkan.

Butuh waktu sekitar empat puluh lima menit untuk menjelaskan rumah itu secara rinci.

Dan seluruh penjelasan itu mampu membuat semua para pendengarnya merinding.

Mereka sungguh tidak tahu kalau selama ini sepuluh idola itu berada di dalam sebuah tempat yang sangat berbahaya. Mereka tidak bersenang-senang di dalam sana seperti bayangan sebagian orang, melainkan selalu dalam kondisi genting.

 

“Sewaktu kalian berada di dalam sana, kami mendengar ada dua orang yang yang melindungi kalian. Apa itu benar?” tanya sang MC lagi.

“Ne.” jawab mereka kompak.

Layar televisi memperlihatkan foto dua orang yang berada di depan pintu gerbang rumah misterius dari belakang namun tidak begitu jelas. Mereka tahu dua sosok itu.

“Apakah ini mereka?” Sang MC beralih kepada mereka

“Ne.” kata mereka, hampir serempak.

MC beralih menatap audiens. “Sebenarnya kami ingin mendatangkan kedua orang ini namun kami tidak dapat menghubungi mereka. Tidak ada yang tahu di mana mereka. Mereka bagaikan hilang tanpa jejak.” Dia beralih kepada para idola itu. “Apakah ada di antara kalian yang tahu bagaimana cara kami menghubungi mereka?”

Mereka menggeleng.

“Mereka bahkan tinggal di tempat yang tidak bisa kita jangkau.” gumam Sungjae pelan. Ternyata Hoya yang berada di dekatnya mendengarnya.

“Stttt...” tegurnya, sebelum terjadi anak itu mengatakan sesuatu yang berbahaya karena mikrofon di studio itu sangat sensitif terhadap suara.

“Kami terakhir bertemu dengan Josh beberapa bulan lalu. Tapi setelah itu kami kehilangan kontak sama sekali.” kata Siwan cepat, menutup suara Sungjae dan Hoya.

Suasana berubah hening. Bahkan para penonton pun bisa tahu kesedihan di mata para idolanya itu, walaupun mereka berusaha menutupinya.

“Tampaknya mereka sangat berarti bagi kalian.” komentar sang MC.

Tidak ada yang menanggapi pernyataan itu karena semuanya sudah jelas terlihat di wajah masing-masing orang itu.

* * *

“Come out…come out…where ever you are…”

Josh berdiri tegap di atap sebuah gedung yang tinggi. Hari sudah malam tapi di hidungnya bertengger sebuah kacamata hitam. Sepertinya dia sedang menunggu sesuatu di sana dan dia tidak sabar.

“Makhluk buas ini sungguh cerdas. Kita sampai harus mengejarnya sampai ke Bangkok.” kata wanita yang berdiri di sampingnya frustasi. “Pinjam kacamata-nya!”

Josh melepas kacamata dan Sarah mengambilnya langsung dari tangannya.

Lelaki itu pasti telah melihat melalui benda itu selama berjam-jam. Lihat saja, sampai matanya jadi agak juling.

Ternyata kacamata tersebut merupakan kacamata yang dapat digunakan untuk mencari sebuah obyek yang diinginkan. Bahkan obyek yang tersembunyi secara kasat mata pun dapat dipantaunya dengan jelas. Tapi informasi yang ditampilkan di kacanya ada kalanya masih sulit dibaca dengan baik. Itu sebabnya mata Josh sempat menjadi juling untuk beberapa waktu.

“Kau tidak ingin jalan-jalan?” kata Josh. “Hei, aku tidak berniat mengajak wanita yang sudah menikah tapi kurasa tempat ini bagus untuk rileks sejenak.”

“Tidak tertarik.”

“Kita di atas atap Siam Paragon, Sarah! One of the biggest shopping centre in Asia! Kita seharusnya belanja di sini! Dan bukan mengejar monster!” kata Josh. “Lagipula, kenapa profesor pelit itu cuma memberikan satu kacamata?”

Sarah mengerling ke arah Josh. Apa hubungannya kacamata pemberian profesor Ico dengan belanja? “Um, bukannya biasanya cewek yang bicara seperti itu?” Pada akhirnya kalimat itulah yang keluar dari mulut Sarah.

“Karena kau tidak mengatakannya, aku yang mengatakannya.”<

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ningekaputri #1
Chapter 27: Yeiii,,,selesai jg. Hummm jujur sbnr na brhrp ending na smpe kpn pun kbradaan penjaga gak d ketahui hehe. N brhrp ada lnjutn na. Saat siwon n kyu brtualang sbg penjaga baru.but its good story n I like it so much. Thx jo-oppa udh bwt karya ini. Jg anita eonni yg udh post d aff^^
ningekaputri #2
Chapter 17: awww foto na *nosebleed hihihi
ningekaputri #3
Chapter 3: oke,,,,saya trtarik dgn pic na. Tuh lbh cocok d mkn d bandimg jd monster es krim hahaha. And then,,,siwon n kyu lupa ingatan lg????? OMG,,,aq bnr2 gtw apa yg ada d pkrn jo-oppa hahaha.
ningekaputri #4
Chapter 2: aq mo tanya, ini kejadian di dunia asli ato di terminate dimension???
ningekaputri #5
Chapter 1: well,,,akhir na sampe ksni jg. Hahaha. Ff ini bnr2 menarik slrh prhtian qu, krn shrz na sbtu n mggu kmrn, qu streaming timeline ss6 taiwan. N aq mengabaikn tu *kejadian langka hohoho. N jujur agak shock dgn poster d chapter ini. Bagi qu tuh mengerikn. Sm sx g brpkr apalagi brkeinginan spti tu. Tp aq sadar, ada segelintir org d slrh dunia yg brpkr spti pic tsb. N pas baca prolog 1 ini, aq brpkr, sungguh mengerikn khdpn idol korea. Gak sebebas artis d negara2 lain. Kasihan.
gyu1315 #6
..........................komen sy 2 hari lalu belum masuk ternyata ;;TT

padahal udh ketulis semua kmrn T T gmn kebingungan sy ttg gajelasnya wanjin berwujud atau gak setelah kejadian kmrn.. kyu yg ktanya penasaran cuman belum nanya/?/ apa apa.. trs lupa lg pertanyaan kmrn kkk

next series ad lagi kah~? dg penjaga yg sudah blak2an masalah esistensi mereka hihihi trs gimana yg punya wujud masa depan2 ini berubah jd beneran penjaga/?/ gitu kkkkk
lagipula jo oppa pake 'see you around' kan :3 *mintadilempar bakiak*
LocKeyG #7
Chapter 27: i'll miss it, i mean..your story :')