Chp 13 - Confusion

The Pretension
Please Subscribe to read the full chapter

Catatan Anita:

Chapter ini berat. Dan ada bagian yang cukup menyeramkan. Jangan dibaca malam-malam! XD

 

Catatan Penulis:

Sama seperti chapter sebelumnya, ada banyak kejadian di chapter ini. 

Too many things happen in one time... 

 

================================================================

Kejadian ambruknya tiga orang pada saat yang bersamaan cukup membuat panik seisi rumah. Terlebih lagi salah satu di antaranya adalah orang yang menjadi pelindung semua orang di rumah itu.

Untung saja ada Han Wanjin. Seandainya dia juga tidak ada, mereka tidak tahu apa yang dapat mereka lakukan, termasuk dalam hal membela diri.

Mereka semua benar-benar dibuat bingung dengan gejala yang dialami ketiga orang pesakit ini.

Hingga saat itu tidak ada di antara penghuni rumah itu yang berani menyentuh minuman keras karena baik Wanjin maupun Josh sendiri telah melarang siapa pun untuk menyentuh minuman ataupun makanan yang ada di dalam rumah, terkecuali yang dimasak dan dihidangkan.

Akan tetapi, gejala yang ditunjukkan Siwan dan Changwook sungguh aneh. Ketika mereka sadar mereka tampak bagaikan orang mabuk. Namun ketika mereka kembali tertidur, wajah mereka menjadi pucat, suhu tubuh mereka meninggi, dan dahi mereka terus-menerus mengeluarkan keringat.

Akan tetapi berbeda halnya dengan Josh. Semenjak kejadian dengan Siwon dan Kyuhyun sebelumnya, lelaki itu bahkan tidak bangun sama sekali, dan seakan tertidur dengan pulas. Tapi mereka yakin itu bukanlah tidur yang pulas karena suhu badannya yang tinggi.

Karena belum tahu apa sebabnya dan apa obatnya, untuk saat itu, satu-satunya yang bisa dilakukan hanyalah memberi kompres kain basah di dahi ketiga orang itu. Dan supaya mereka lebih mudah dirawat, ketiganya diletakkan di dalam satu kamar; lebih tepatnya di dalam kamar Siwon yang memiliki ukuran tempat tidur paling besar.

 

“Kita harus bagaimana sekarang?” tanya Sungjae bingung, setelah kembali mengompres dahi Changwook dengan handuk basah. Kali itu dia mendapat giliran jaga bersama Peniel.

“Lebih baik kita lihat saja dulu kondisi mereka. Ini bahkan belum sehari.” kata Peniel.

“Joshua bahkan belum sadar sampai saat ini.” kata Sungjae lagi. Dia tidak bisa membendung rasa cemasnya, walaupun berusaha menahan diri.

Dalam situasi mendesak seperti ini, Peniel seakan-akan berubah menjadi dewasa; begitu pemikiran Sungjae.

Memang, jika dihubungkan dengan usia, mereka semua sudah termasuk dewasa, tapi sifat Peniel yang cenderung lebih suka bercanda dan bermain memberinya kesan imut bagaikan anak-anak. Ditambah dengan kegilaan Sungjae dan juga anggota BTOB yang lain sebelum semua kejadian ini, sifat ini seakan semakin menjadi-jadi. Bukan hanya dalam reality show ataupun variety show, tapi sebenarnya juga dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Tapi sekarang, dalam hitungan jam, Peniel yang biasanya suka bercanda dalam kondisi apa pun, berubah menjadi lebih pendiam. Dan, tanpa mereka sadari, ini juga turut mempengaruhi Sungjae. Anak itu ikut-ikutan menjadi pendiam, dan hanya bicara jika diperlukan saja.

Perasaan Peniel sebenarnya sama seperti Sungjae namun dia memilih untuk tidak mengatakan apa-apa; salah satu kelebihannya yang tidak diketahui banyak orang yakni tidak mudah mengungkapkan dirinya kepada orang lain.

Kepribadiannya ceria dan suka bergaul. Tapi dia juga punya sisi yang lebih mudah menyembunyikan kekhawatirannya untuk dirinya sendiri dan tidak memberitahukannya kepada yang lain. Dia tidak ingin orang lain merasa repot karena masalahnya dan merasa akan lebih baik memberikan sesuatu yang bernilai positif jika dibandingkan harus berkutat dalam hal yang terlihat kurang baik.

“Kita kerjakan apa yang kita bisa, sementara biarkan Wanjin mencari tahu sebabnya.” kata Peniel lagi.

Sungjae hanya menanggapi dengan, “Hmm..” sebagai tanda persetujuannya.

Suasana kamar kembali hening setelah keduanya kembali diam; masing-masing tenggelam dalam pemikirannya sendiri.

 

Sungjae melihat ke baskom air yang sudah mulai kotor. “Biar kuganti airnya.” Dia mengambilnya dan bergegas menuju kamar mandi.

Peniel meletakkan handuk basah di kepala Josh dengan ekspresi tersuram yang pernah muncul di wajahnya.

Namun tiba-tiba suara-suara asing membuatnya tersentak. Dia melihat ke sekeliling ruangan itu namun tidak menemukan apa pun di sana. Seccepat datangnya, suara itu pun mendadak sudah tidak terdengar lagi.

“Peniel?” Suara Sungjae membuatnya kaget untuk kedua kalinya. Ekspresi anak itu tampak terkejut dan kuatir, bagaikan melihat hantu. “Kau tidak apa-apa? Kau kelihatan pucat.”

Peniel lalu berpura-pura merapikan posisi handuk basah di kepala Josh. “Gwaenchanha.” katanya. Dia lalu menambahkan dengan suara yang sangat kecil. ”Just hearing things.”

 

Di sisi lain, Kim Myungsoo berupaya untuk membantu Henry di dapur. Alih-alih membantunya, dia justru membuat pekerjaan pria cina bermata sipit itu semakin repot. Hoya yang tahu bencana macam apa yang akan dilakukan oleh Myungsoo terhadap makanan mereka, berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan anak itu dari sana.

“Yah, Kim Myungsoo! Jangan ganggu Henry hyung.” kata Hoya untuk kesekian kalinya.

“Arrasseo…” kata Myungsoo, setelah beberapa kali mencoba tapi terus-menerus diganggu oleh kawan sekelompoknya, Hoya.

Dia menuju runag keluarga, menghempaskan dirinya ke sofa lalu memonyongkan bibirnya. Hoya ikut duduk di sampingnya.

“Lebih baik kita menggantikan Sungjae dan Peniel.” kata Hoya setelah beberapa waktu berlalu dalam keheningan. “Mereka bahkan melewatkan makan siang tadi.”

Myungsoo menopang dagunya. “Aku merasa mereka menjadi jauh lebih pendiam semenjak kejadian ini. Apa perasaanku saja?”

Hoya diam sejenak. “Mungkin karena mereka bukan di ruangan ini?” katanya.

“Aniya. Bukan itu maksudku.” sergah Myungsoo. “Mereka seperti…entahlah, kehilangan energinya. Lihat saja, Peniel jadi tidak nafsu makan. Padahal biasanya dia yang paling cepat lapar.”

Hoya menatap Myungsoo sejenak. “Ei, kau berpikir terlalu jauh. Mungkin dia sedang tidak lapar?” katanya kemudian. “Besok pasti mereka sudah kembali seperti semula…kurasa…”

Myungsoo mendengus sinis sambil mengerling ke arahnya. Bahkan Hoya sendiri tampak tidak yakin akan kata-katanya sendiri.

 

Han Wanjin berdiri di salah satu pojok ruang tengah sambil menatap struktur bangunan dengan mata terpicing. Setelah memeriksa kondisi Josh, Siwan, dan Changwook, dia sebenarnya sudah tahu apa yang sebenarnya telah terjadi pada mereka. Itu sebabnya dia segera mencari sumber petaka ini untuk menghentikannya sebelum terlambat.

Dia tahu Josh bukanlah Penjaga yang mudah dilumpuhkan. Tidak mungkin dia bisa tumbang hanya karena masalah sepele. Sehingga, apa pun yang berhasil membuatnya tumbang pastilah bukan sesuatu yang biasa. Atau hari biasa.

Setelah beberapa saat pikirannya melayang, fokus lelaki itu pun kembali ke pemandangan yang ada di hadapannya saat ini. Entah kenapa firasatnya mengatakan bahwa kejadian ini semua masih ada hubungannya dengan informasi yang dia temukan di ruang kerja beberapa waktu sebelumnya.

Jadi pikirannya yang melebihi kemampuan berpikir manusia pun mulai bekerja dengan cepat. Dia ingat betul bahwa ketiga orang ini yang menemukannya sewaktu dia masih terkurung di ruang kerja.

Dengan melihat kondisi penghuni lain yang tampak biasa-biasa saja, dia menduga bisa jadi ketiga orang ini terkena sesuatu ketika mereka sedang bersama. Berdasarkan informasi yang dia peroleh dari Peniel dan Henry, Josh waktu itu sedang bersama Siwan dan Changwook ketika dia menghancurkan satu lagi buku sihir yang kali itu mereka temukan di kamar Kyuhyun.

Dia mengaitkan informasi yang dia dapatkan di ruang kerja yang salah satunya juga menyinggung tentang buku sihir.

Seandainya saja dugaannya benar, ini pasti ada hubungannya dengan buku-buku itu.

 

Wanjin mengarahkan pandangannya ke setiap kamar dan mulai menghubungkan lokasi di mana mereka menemukan ketiga buku sihir itu: ruang peralatan lantai satu, kamar Kyuhyun, dan perpustakaan baru. Jika ditarik garisnya, posisinya menunjukkan…sesuatu yang tidak dia sangka.

Menyadari hal itu, ia pun bergegas meninggalkan ruang tengah dan langsung menuju bar. Berdasarkan informasi yang dia dapatkan, harusnya masih ada dua buku lagi yang belum ditemukan. Dan dia harus menemukannya dengan segera.

* * *

Semua orang yang berada di kamar duduk agak jauh dari ketiga orang sakit. Mereka tidak mau berbicara dekat-dekat dengan mereka karena takut akan mengganggu istirahat ketiganya.

“Aku tidak mengerti.” kata Seungho, memijit kepalanya sendiri dalam frustasinya. “Kenapa mereka bertiga tiba-tiba bisa seperti ini?”

Dia mengeluarkan apa yang ada di pikirannya tanpa peduli apakah Sungjae, Peniel, Myungsoo, Hoya, atau Kyuhyun akan mendengar dan menanggapinya.

Dan dia tidak menyangka kalau Kyuhyun-lah yang menanggapinya. “Betul.” katanya. “Joshua tidak pernah menyentuh minuman keras, bahkan di luar tempat ini. Jadi dia tidak mungkin bisa mabuk seperti tadi.” Dia melempar pandang ke laki-laki yang tampaknya sedang tertidur pulas itu dengan alis berkerut. “Tapi aku justru lebih cemas kalau dia sedang sakit seperti ini.”

Semua mata memandangnya bingung.

Dia mengangguk ke arah lelaki itu. “Kalian lihat saja, Changwook dan Siwan tampaknya seperti sedang bermimpi buruk. Keringat mereka bercucuran dan mereka tampak tidak tenang. Sedangkan Josh…dia terlalu diam seperti…”

“Seperti…”

Kyuhyun tiba-tiba merasa ngeri terhadap pemikirannya sendiri. Hampir semua dari mereka memilih untuk menghentikan pembicaraan karena begitu seriusnya situasi yang mereka hadapi saat itu.

Keadaan menjadi sunyi untuk waktu yang cukup lama.

 

Ketika Seungho melihat ke arah ketiga pesakit, dia mendadak merasa sesuatu yang aneh. “Tunggu dulu.” Dia bergegas mendekati ketiga orang itu untuk melihat dengan lebih jelas.

Ketika sadar apa yang sedang terjadi, bulu roma lelaki itu langsung berdiri. Wajahnya memucat, dan jantungnya serasa jatuh ke dalam kegelapan yang tidak berdasar. “A-aku harus segera men-mencari Wanjin.”

Kata-kata Seungho yang terbata-bata spontan membuat mereka tersentak. Jarang bagi seorang Yoo Seungho untuk terbata-bata kalau bukan dalam sebuah skrip drama.

“Ada apa?” tanya Hoya.

Tapi Seungho tidak menjawab. Dia segera berlari keluar kamar meninggalkan yang lain. Penasaran dengan apa yang dilihat lelaki itu, mereka segera mendekati Josh, Siwan, dan Changwook.

Dan apa yang mereka lihat membuat Sungjae, Peniel, dan Myungsoo ikut merasa ngeri dan pada akhirnya juga berlari keluar untuk mencari Wanjin.

Kyuhyun bahkan tidak bisa bergerak dari tempatnya untuk beberapa saat dan menatap wajah ketiganya dengan mata terbelalak. Hoya seperti telah mati rasa, mengira bahwa apa yang dilihatnya saat itu hanyalah ilusi semata.

 

Wajah dan bibir ketiga orang itu mulai membiru. Bahkan orang awam seperti mereka pun bisa tahu kalau penyebabnya bisa jadi karena ketiganya terkena racun. Dan itu artinya, nyawa ketiganya sedang terancam.

“A-apa sebenarnya yang terjadi?” Kyuhyun terlihat sangat syok melihat ini.

Dia pun berlari keluar meninggalkan kamar, membiarkan Hoya sendirian di sana. Hoya sebenarnya ingin ikut juga namun mengurungkan niatnya karena tidak ada yang menunggui ketiga pesakit itu.

 

Teriakan-teriakan panik Sungjae, Peniel, Myungsoo, dan Kyuhyun memanggil-manggil Wanjin membuat Siwon dan Henry bahkan sampai menghentikan apa pun kegiatan mereka dan ikut berlari keluar dari keluarga.

“Ada apa?” tanya Siwon kuatir.

“Josh, dia...” Kyuhyun merasa tidak pernah sepanik ini sebelumnya. Begitu paniknya dia hingga napasnya tersengal-sengal dan air matanya keluar. “...mu-mulut mereka membiru, Siwon-ah. Kita harus segera menemukan Wanjin.”

“Mworago? Membiru katamu?” Siwon menjadi pucat seputih kertas.

Tapi alih-alih ikut mencari Wanjin, dia justru bergegas ke kamarnya untuk memeriksa keadaan.

 

Seungho, Peniel, Sungjae, dan Myungsoo merasa nyaris gila sementara Kyuhyun belum pernah memperlihatkan ekspresi seserius ini sebelumnya; di luar dia tampak tenang, namun hatinya berkecamuk, sama seperti yang lain. Mereka mencari Wanjin namun tidak menemukannya di mana pun. Kepanikan membuat pikiran mereka semua menjadi buntu; tidak bisa berpikir apa pun.

Dan di dalam kekalutan mereka, tampaklah Wanjin keluar dari ruang keluarga dengan tubuh penuh serbuk putih, persis seperti ketika Josh menghancurkan tiga buku sihir. Dia kelihatan terburu-buru—masih dengan serbuk putih yang menempel di sekujur tubuhnya dan jatuh di lantai ketika dia lewat—berjalan cepat-cepat menuju ke dapur.

Dia sempat mengebaskan serbuk putih dari tubuhnya, dan serbuk itu terlepas begitu saja dari pakaian dan rambutnya dan melayang keluar jendela.

 

Semua orang yang melihatnya sempat mematung sesaat, tapi kemudian bergegas mendekatinya.

“Jangan ada yang mendekat!” perintahnya. Dan semua orang pun langsung mematung di tempat masing-masing. Belum pernah rasanya Wanjin memberi perintah setegas itu sebelumnya.

“Tapi—tapi Josh, Siwan, dan Changwook butuh bantuanmu.” kata Myungsoo.

Wanjin tidak menanggapi dan terus melangkah menuju ruangan dimaksud. Yang lain berniat mendekatinya namun lagi-lagi dia mencegahnya.

“Sudah kubilang, jangan mendekat!”

 

Syaraf kesabaran Kyuhyun seakan putus, meski dia tampak berusaha keras menahan lidahnya agar tidak berkata sesuatu yang dapat menyinggung Wanjin. Lelaki itu satu-satunya harapan mereka saat ini.

“Yah, kenapa kau bisa semenyebalkan ini?” katanya. “Tubuh mereka membiru, mereka butuh bantuanmu.”

Wanjin tampaknya tidak kaget dengan ini. “Sudah saatnya.”

Perkataannya ini sungguh membuat mereka terperanjat.

“M-mwo?”

“Dengar, mereka terkena racun sihir.” kata Wanjin.

“Racun katamu?” Mereka kembali terkejut mendengar ini.

“Lain dibandingkan Changwook dan Siwan, kalian tahu sendiri tahu tidak ada sihir yang mampu membuat Josh tumbang terkecuali sesuatu yang—aku curiga dia pasti menghirup serbuk dari buku itu. Jadi jangan dekati aku sekarang.” Wanjin berbicara cepat sekali sambil menunjuk ke sekujur tubuhnya yang masih penuh dengan serbuk putih.

Meskipun dia dapat menebak apa alasan lain kenapa Josh bisa tumbang.

“Sepertinya dia memang menghirupnya.” kata Peniel.

“Dan lagi, Josh menghancurkan tiga buku tanpa mengenal urutannya. Itu sebabnya yang buku ketiga membuat mereka terkena racun.” lanjutnya. “Untuk bisa mengatasinya, aku harus menghancurkan dua buku sisanya, yang salah satunya pasti berada di dalam ruang penyimpanan bahan makanan.”

Dengan itu, dia langsung masuk ke dapur dan menutupnya.

 

Keempatnya mematung di tempat mereka berdiri sekarang, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.

Hingga p

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ningekaputri #1
Chapter 27: Yeiii,,,selesai jg. Hummm jujur sbnr na brhrp ending na smpe kpn pun kbradaan penjaga gak d ketahui hehe. N brhrp ada lnjutn na. Saat siwon n kyu brtualang sbg penjaga baru.but its good story n I like it so much. Thx jo-oppa udh bwt karya ini. Jg anita eonni yg udh post d aff^^
ningekaputri #2
Chapter 17: awww foto na *nosebleed hihihi
ningekaputri #3
Chapter 3: oke,,,,saya trtarik dgn pic na. Tuh lbh cocok d mkn d bandimg jd monster es krim hahaha. And then,,,siwon n kyu lupa ingatan lg????? OMG,,,aq bnr2 gtw apa yg ada d pkrn jo-oppa hahaha.
ningekaputri #4
Chapter 2: aq mo tanya, ini kejadian di dunia asli ato di terminate dimension???
ningekaputri #5
Chapter 1: well,,,akhir na sampe ksni jg. Hahaha. Ff ini bnr2 menarik slrh prhtian qu, krn shrz na sbtu n mggu kmrn, qu streaming timeline ss6 taiwan. N aq mengabaikn tu *kejadian langka hohoho. N jujur agak shock dgn poster d chapter ini. Bagi qu tuh mengerikn. Sm sx g brpkr apalagi brkeinginan spti tu. Tp aq sadar, ada segelintir org d slrh dunia yg brpkr spti pic tsb. N pas baca prolog 1 ini, aq brpkr, sungguh mengerikn khdpn idol korea. Gak sebebas artis d negara2 lain. Kasihan.
gyu1315 #6
..........................komen sy 2 hari lalu belum masuk ternyata ;;TT

padahal udh ketulis semua kmrn T T gmn kebingungan sy ttg gajelasnya wanjin berwujud atau gak setelah kejadian kmrn.. kyu yg ktanya penasaran cuman belum nanya/?/ apa apa.. trs lupa lg pertanyaan kmrn kkk

next series ad lagi kah~? dg penjaga yg sudah blak2an masalah esistensi mereka hihihi trs gimana yg punya wujud masa depan2 ini berubah jd beneran penjaga/?/ gitu kkkkk
lagipula jo oppa pake 'see you around' kan :3 *mintadilempar bakiak*
LocKeyG #7
Chapter 27: i'll miss it, i mean..your story :')