Chp 12 - Strix

The Pretension
Please Subscribe to read the full chapter

Catatan Pengarang:

I've haunted by a terrorist! And the chapter hasn't quite good yet! DX

 

Catatan Anita:

I'm the terrorist! XD

An early update for a reader's birthday! :)

 

Kita kembali ke rumah misterius, oke?

 

Credit of the picture belongs to the owner

 

===============================================================

Sesuatu terjadi ketika Changwook dengan sesukanya memeriksa kamar Im Siwan.

Awalnya dia hanya membuka kamar itu secara iseng. Tapi apa yang dilihatnya membuatnya sampai harus menggosok-gosokkan matanya sendiri beberapa kali.

Kamar Siwan yang tadinya tampak begitu indah dan penuh dengan barang-barang yang tertata rapi dan megah, erlihat sangat—sederhana dan sama sekali tidak ada sesuatu yang terlihat mahal di dalamnya.

Bingung, dia pun bergegas keluar dari sana.

 

Tak disangka, dia berpapasan dengan Siwan tepat di depannya.

“Hyung, sedang apa kau di kamarku?”

“Siwan-ah, apa kau mengganti dekorasi kamarmu?” Keduanya berbicara pada saat yang bersamaan.

Siwan mengerutkan alisnya.

“Bicara apa kau, Hyung?” katanya kemudian. Dia lalu membuka pintu kamarnya. “Di mana kita bisa pergi membeli perabotan di dunia semacam ini?”

Setelah melirik sejenak ke dalamnya, dia lalu mempersilahkan Changwook untuk melihatnya.

 

Dagu Ji Changwook seakan lepas dari rahangnya. Kamar yang dia lihat telah kembali seperti yang semula.

“I-ini…bagaimana mungkin?” Dia kehabisan kata-kata. “Baru saja kamar itu kelihatan sangat biasa. Bagaimana mungkin dalam hitungan detik bisa kembali menjadi seperti…” Sesuatu tiba-tiba melintas di benaknya. Dia ingat akan pernyataan Josh mengenai kamar-kamar tidur mereka. “…ini?”

Dia lalu bergegas keluar dari kamar. “Ayo kita cari Josh atau Wanjin.” katanya.

Dan Siwan pun mengikutinya dari belakang.

* * *

Untung saja tak lama kemudian mereka berpapasan dengan Wanjin yang tampaknya sedang berkeliling.

 

Im Siwan dan Changwook kebingungan. Wanjin tiba-tiba seperti menghilang begitu saja. Sebenarnya bukan masalah pengeledahan yang membuat mereka seperti itu, tapi karena ada hal penting yang akan mereka tanyakan kepadanya.

“Aish, di mana malaikat gila itu?” kata Changwook sambil mengacak rambutnya.

Im Siwan nyaris tidak mempercayai telinganya sendiri bahwa Changwook baru saja menyebut Wanjin dengan sebutan malaikat gila. “Bagaimana mungkin kau memanggilnya dengan sebutan seperti itu?”

“Dia tidak keberatan.” kata Changwook. “Aku pernah menanyakan langsung padanya.”

Mulut Siwan membuka tidak percaya. “Jeongmalyo?” katanya. Memangnya kapan Changwook bertanya pada Wanjin?

“Biar bagaimanapun juga, kita harus segera menemukannya.”

“Tadi aku melihatnya pergi ke arah ruang kerja. Apa mungkin dia masih ada di sana?”

“Tidak ada salahnya melihat-lihat. Toh Wanjin tidak mungkin menghilang dari rumah begitu saja, kan?”

Namun hawa dingin yang tiba-tiba berhembus membuat baik Siwan maupun Changwook menjadi waspada. Setelah mendapatkan pelatihan dan juga mengalami sendiri, keduanya sudah tahu betul apa yang akan segera mereka hadapi.

 

Hawa dingin yang berkumpul di dekat kaki mereka membangun sebuah kristal es yang keluar dari lantai, semakin lama semakin besar.

Dari kristal es itu, terbentuklah sesosok makhluk yang sudah sangat mereka hafal bentuknya.

Cleros.

Dengan sigap, sebelum makhluk itu sempat melakukan penyerangan, Changwook menabrakkan diri dan mendorongnya hingga menabrak pembatas lantai dua.

Siwan menggunakan kesempatan itu untuk mengangkat kaki si monster dan membaliknya melewati pagar.

Monster itu jatuh dari lantai tiga; tubuh es-nya hancur lebur ketika membentur lantai dasar.

 

“Aduh, dingin.” keluh keduanya bersamaan setelah memastikan makhluk itu sudah binasa.

“Sebenarnya berapa derajat suhu tubuh makhluk itu?” keduanya menggosok-gosokkan tangan mereka ke baju mereka. Karena tangan dan lengan mereka seperti mati rasa, keduanya pun mengambil inisiatif untuk berpelukan seerat mungkin.

Dalam posisi berpelukan bagaikan teletubies itu, keduanya berjalan menyamping bagai kepiting menuju kamar terdekat untuk mendapatkan air hangat untuk tubuh mereka.

Seandainya saja Cho Kyuhyun melihat ini, pasti mereka sudah dijadikan bahan tertawaan olehnya.

 

Baik Siwan maupun Changwook bersama-sama mencelupkan kedua tangan mereka ke dalam bathtub yang dipenuhi air hangat. Keduanya terlalu malas untuk mandi saat ini dan air hangat itu tampaknya sudah cukup untuk mereka.

Keduanya menghela napas lega bersamaan.

Mereka lalu saling menatap sesaat sebelum tertawa bersama; melakukan high-five, merayakan keberhasilan mereka dalam mengalahkan salah satu Cleros.

“Apa kita yang pertama?” tanya Changwook.

“Sepertinya begitu.” kata Siwan sambil tersenyum lebar.

Setelah merasa tubuh mereka cukup hangat, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan  mereka; mencari Wanjin yang tidak tahu ke mana rimbanya.

Tapi begitu mereka keluar dari kamar mandi, mereka jadi bingung sebenarnya kamar siapa yang sudah mereka singgahi.

“Eh, bukankah ini kamar Kyuhyun seonbaenim?” kata Siwan.

Kamar itu agak aneh dalam pandangan mereka, tapi sayangnya mereka masih belum bisa memastikan dengan tepat apa itu. Merasa janggal, mereka akhirnya memutuskan untuk melihat-lihat. Tujuan semula mereka untuk mencari Wanjin kembali terlupakan.

 

“Seingatku dulu barang-barang Kyuhyun tidak seperti ini.” kata Changwook.

“Meski aku tidak berada di sini dari awal, aku juga berpikiran sama.” kata Siwan dari seberang ruangan.

Dia menoleh ke arah Changwook yang sedang memperhatikan barang-barang yang diletakkan di rak buku dengan alis bertaut dan dengan jarak yang sangat dekat, seakan-akan dia mengalami rabun parah.

“Kenapa ini rasanya seperti kamar seorang wanita?” katanya lagi.

“Ini—“ Changwook menunjuk ke susunan buku yang ada di sana. Dia mengambil salah satunya dan membukanya secara acak. “—tulisan tangan ini terlalu bagus untuk seorang laki-laki.”

“Apa hal yang sama terjadi pada kamarku?” tanya Siwan.

“Ya. Aku rasa begitu.” tanggap Changwook. “Setidaknya yang ini masih jauh lebih mewah dari yang terjadi pada kamarmu.”

Seakan mendapatkan sesuatu pada saat yang sama, mereka berdua pun saling bertukar pandang. Setelah beberapa detik lamanya membatu dalam posisi itu, tiba-tiba saja kengerian meliputi keduanya. Mereka memutuskan untuk segera meninggalkan tempat itu dan melaporkannya kepada Josh atau Wanjin.

Tapi kaki Siwan terantuk sesuatu sehingga membuatnya terjatuh. Nyaris saja hidungnya membentur lantai seandainya kedua tangannya tidak berhasil menopangnya.

“Gwaenchanha?” kata Changwook ketika melihat Siwan meringis menahan sakit.

Dia segera berupaya menolong namun terpaku ketika melihat penyebab tersandungnya Siwan.

“Itu—“

Siwan melihat ke arah yang ditunjuk oleh Changwook dan matanya ikut melebar.

Di dekat kaki Siwan tampaklah sebuah buku yang sampulnya sangat mereka kenali. Dua buku semacam itu telah meledak di tangan Josh beberapa waktu sebelumnya. Dan semenjak kejadian itu Josh pun memperingatkan mereka bahwa mungkin saja masih ada buku sejenis yang tersembunyi di tempat lain, mengingat Sungjae dan Henry menemukan dua buah buku yang sama di tempat yang berbeda.

 

Changwook segera mencari-cari sesuatu yang dapat digunakan untuk membawa buku bersampul kulit itu, melupakan Siwan yang masih tergeletak di lantai. Setelah mengantonginya barulah Changwook membantu Siwan berdiri dan mengajaknya untuk segera meninggalkan kamar itu.

“Ayo, Josh perlu tahu ini.” katanya sambil menarik Siwan keluar.

“Kyuhyun seonbae juga.” tambah Siwan.

* * *

Josh sedang sedang bersama Peniel membantu Henry sambil menikmati aroma masakan yang dibuat oleh anak itu. Kali itu mereka memutuskan untuk mengolah ikan sebagai lauk pauk. Anak itu benar-benar suka masak dan rasanya pun tidak kalah dengan masakan buatan koki restoran yang terkenal, karena ternyata bukan hanya biola dan piano yang bisa ditaklukkan oleh kedua tangannya itu.

“Peniel, don’t eat anything yet, ‘k?” kata Josh.

“’Kay…” kata Peniel kecewa. Henry hanya terkikik geli mendengarnya.

“And…that pounting is so cute.” kata Josh lagi, berusaha menggodanya. “I bet Melodies will fall in love with you once they see it.”

“You think so?” tanggap Peniel dengan wajah yang masih mencibir.

Josh tertawa geli melihat kelucuan anak itu.

 

Ketiganya agak terkejut ketika Changwook dan Siwan tergopoh-gopoh masuk ke dapur sambil membanting pintu dapur dengan keras.

“Ada apa?”

“Kami baru saja mengalahkan salah satu Cleros.” Changwook mendeklarasikan prestasi mereka dengan bangga, walaupun dengan napas yang masih terengah-engah.

Josh bangga mendengarnya. “Benarkah?” katanya. “Kalian kelihatan senang sekali.”

Dia merujuk pada tindakan mereka barusan yang membuka pintu dapur dengan keras.

“Sebenarnya kami menemukan salah satu buku sihir lain di kamar Kyuhyun seonbae.” lanjut Siwan.

Kali ini Josh menatap mereka dengan kaget. Bahkan Peniel dan Henry pun sampai berhenti melakukan kegiatan mereka.

Peniel tersadar dari trans-nya. “Ah, awas ikannya gosong.” katanya. Tindakannya berhasil menyadarkan Henry dari lamunannya.

Josh segera cuci tangan dan kembali ke kedua anak itu.

“Mana bukunya?”

Ketiganya mereka menuju ruang keluarga.

 

Seharusnya Siwan dan Changwook sudah bisa menebak apa yang akan terjadi apabila Josh menyentuh buku itu.

Henry segera menyadari ini, jadi dia segera menyuruh Peniel untuk menutup pintu dapur.

Bunyi letupan keras dari ruang keluarga disertai suara jeritan yang disusul kata-kata menggerutu membuat Peniel dan Henry tahu apa yang terjadi. Keduanya saling bertukar pandang dan tertawa geli.

 

Ketiga orang yang ada di ruang keluarga penuh dengan debu dari atas kepala mereka hingga kaki.

“I’m starting to think that these spellbooks are truly just pranks.” kata Josh sambil mengebaskan debu dari rambutnya.

“Untung saja kita belum mandi setelah mengalahkan Cleros tadi.” kata Changwook sambil membersihkan mulutnya dari debu berwarna keputihan itu.

Dan itu membuat mata Josh kembali kepada mereka. Detik berikutnya, dia baru sadar.

“Kurasa Wanjin sama sekali belum tahu tentang buku-buku ini.” katanya. “Ke mana perginya dia sekarang?”

Changwook dan Siwan menggerutu. Mereka benar-benar melupakan lelaki itu lagi.

“Oh, whatever. He can take care of himself.” kata Josh sambil melangkah. “Untuk saat ini mandi lebih penting daripada seorang Han Wanjin.”

Setelah sunyi sesaat, dia pun menggerutu. “That guy is always seem to be disappear whenever we need him the most.”

* * *

Sementara itu di ruang kerja, Wanjin sudah mulai berpikir bahwa dia benar-benar sudah dilupakan.

“Halo? Ada orang di luar sana?” katanya sambil menguap bosan.

Berapa kali pun dia mencoba memanggil, yang dia dapatkan hanyalah kesunyian yang mencekam. Tak lama, sebuah perasaan yang tidak asing muncul dari sekitar pencernaannya dan itu membuatnya mulai panik.

“Oh, tidak.” katanya dengan suara gemetar. “Bladder problem.”

* * *

Setelah membersihkan diri, Josh, Changwook, dan Siwan mulai mencari Han Wanjin. Penjaga itu ikut bersama mereka karena ada beberapa hal yang harus dia diskusikan dengannya, terutama mengenai buku-buku sihir itu.

“Di mana kalian melihatnya tadi?” tanya Josh.

“Sepertinya ke ruang kerja tadi tapi kami tidak yakin.”

Maka mereka bertiga pun segera menuju ruang dimaksud.

 

“Sebenarnya kenapa kalian ingin mencarinya?”

Dan itu mengingatkan keduanya akan tujuan mereka yang semula.

“Kami menemukan keanehan di kamar Siwan dan Kyuhyun.” jelas Changwook.

Josh terlihat tertarik dengan ini. “Keanehan apa?” tanyanya.

“Kamar mereka berubah.” Changwook yang menjawab.

“Berubah, maksudmu…”

“Kamar kami menjadi seperti kamar orang lain.” jelas Siwan.

Dan itu membuat Josh berpikir. “Aku tidak tahu apa sebabnya, tapi mungkin saja…” katanya. “…mungkin saja ini karena kita telah menghancurkan buku sihir itu.”

Sunyi sesaat.

“Mungkin ada baiknya kita menanyakan ini kepada Wanjin. Mungkin dia tahu sesuatu.”

* * *

Ruangan itu terdengar sepi dari luar. Tapi keberadaan mereka di sana diketahui oleh Wanjin.

“Ada orang di sana?” kata Wanjin sambil meringis. Meskipun tidak ada ventilasi di bagian atas pintu, tapi suaranya ternyata masih bisa didengar dari luar.

Mendengar gelagatnya yang tidak biasa, alis Josh langsung berkerut. “Kenapa kau, Wanjin?” tanyanya.

“Ruangan ini tidak mengijinkanku untuk keluar.” tanggapnya.

Josh menatap pintu itu dengan tidak percaya. “Sejak kapan pintu seperti ini bisa menahanmu?”

“Aku sudah mencoba segalanya tapi sepertinya pengetahuan yag kumiliki membuatku terkunci di sini.”

“Kau menemukan sesuatu? Apa yang kau ketahui?” tanya Josh sementara Changwook dan Siwan mendengarkan dengan cermat, tidak ingin mengganggu.

Di sela-sela pembicaraan Josh dengan Wanjin, Changwook dan Siwan merasa ada keanehan di dalam tubuh mereka. Kepala mereka agak pusing dan tubuh mereka serasa panas. Tapi keduanya mengira itu hanyalah efek air hangat yang baru mereka gunakan untuk mandi, jadi keduanya tidak mempedulikannya.

“Pemilik rumah ini menemukan kalau anaknya terlibat sesuatu yang sangat berbahaya dan dia tidak bisa mencegahnya.” katanya, masih menahan rasa sakitnya.

“Sesuatu yang berhubungan dengan sihir?”

Wanjin kedengarannya terkejut. “Bagaimana kau tahu itu?”

“Anak-anak menemukan buku sihir di tiga tempat yang berbeda.” kata Josh.

“Seharusnya masih ada dua lagi.” kata Wanjin dari dalam, suaranya semakin mengecil. Namun sepertinya hanya nada suaranya yang menjadi perhatian Josh saat ini.

“Wanjin? Kenapa kau?”

“Josh, kalau aku mati, tolong titip anak-anak itu ya?”

Kata-katanya spontan membuat Siwan dan Changwook panik, sementara Josh memutar bola matanya. Kedua anak itu me

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ningekaputri #1
Chapter 27: Yeiii,,,selesai jg. Hummm jujur sbnr na brhrp ending na smpe kpn pun kbradaan penjaga gak d ketahui hehe. N brhrp ada lnjutn na. Saat siwon n kyu brtualang sbg penjaga baru.but its good story n I like it so much. Thx jo-oppa udh bwt karya ini. Jg anita eonni yg udh post d aff^^
ningekaputri #2
Chapter 17: awww foto na *nosebleed hihihi
ningekaputri #3
Chapter 3: oke,,,,saya trtarik dgn pic na. Tuh lbh cocok d mkn d bandimg jd monster es krim hahaha. And then,,,siwon n kyu lupa ingatan lg????? OMG,,,aq bnr2 gtw apa yg ada d pkrn jo-oppa hahaha.
ningekaputri #4
Chapter 2: aq mo tanya, ini kejadian di dunia asli ato di terminate dimension???
ningekaputri #5
Chapter 1: well,,,akhir na sampe ksni jg. Hahaha. Ff ini bnr2 menarik slrh prhtian qu, krn shrz na sbtu n mggu kmrn, qu streaming timeline ss6 taiwan. N aq mengabaikn tu *kejadian langka hohoho. N jujur agak shock dgn poster d chapter ini. Bagi qu tuh mengerikn. Sm sx g brpkr apalagi brkeinginan spti tu. Tp aq sadar, ada segelintir org d slrh dunia yg brpkr spti pic tsb. N pas baca prolog 1 ini, aq brpkr, sungguh mengerikn khdpn idol korea. Gak sebebas artis d negara2 lain. Kasihan.
gyu1315 #6
..........................komen sy 2 hari lalu belum masuk ternyata ;;TT

padahal udh ketulis semua kmrn T T gmn kebingungan sy ttg gajelasnya wanjin berwujud atau gak setelah kejadian kmrn.. kyu yg ktanya penasaran cuman belum nanya/?/ apa apa.. trs lupa lg pertanyaan kmrn kkk

next series ad lagi kah~? dg penjaga yg sudah blak2an masalah esistensi mereka hihihi trs gimana yg punya wujud masa depan2 ini berubah jd beneran penjaga/?/ gitu kkkkk
lagipula jo oppa pake 'see you around' kan :3 *mintadilempar bakiak*
LocKeyG #7
Chapter 27: i'll miss it, i mean..your story :')