CHAPTER 20 – THE TWENTIETH GOODBYE
My HomeAuthor : thenewbie (@IrumaAckleschia)
A/N : as promised, I update this today! :D
big thanks to : randomcassie, Pinkykitty, cassiopcassie, ChangMiRuu, pimprime, aisyah0618, and kyutket. Special thx to dina_holmes who had a real bad dream about me updating this fic :D. HERE FOR YOU GUYS!
Genre : Family
Cast :
Jung Yunho as Jung Yunho
Shim Changmin as Shim Changmin
Kim Jaejoong as Kim Jaejoong (Yunho’s secretary and best friend)
Choi Siwon as Choi Siwon (Yunho’s boss)
Cho Kyuhyun as Choi Kyuhyun (Siwon’s son and Changmin’s friend)
Kim Youngwoon as Shim Kangin (Changmin’s grandpa)
CHAPTER 20 – THE TWENTIETH GOODBYE
“Aku pulang dengan Kakek malam ini?” tanya Changmin pada Kangin. Berusaha bertanya sebiasa mungkin, tak memperlihatkan emosi yang berkecamuk di hatinya. Bagaimanapun ini malam pertama Kangin kembali dari panti rehab dan Changmin merasa tak seharusnya kakeknya itu sendirian.
“Terserah padamu, Changmin,” jawab Kangin tersenyum.
Changmin ingin membuat keputusan sebelum dipotong oleh Yunho. “Kenapa kau tak kembali ke apartemenku, Changmin?” tanyanya meletakkan tangannya di pundak Changmin. “Kau kan juga harus berberes, mengepak pakaianmu. Jadi, bukannya lebih baik kau kembali besok? Apa kau sudah tidak tahan tinggal denganku satu malam lagi?”
Changmin melihat ke arah Kangin meminta persetujuan dan Kangin mengangguk tersenyum. Changmin membalas senyum itu dan menoleh ke arah Yunho mengangguk. Bersyukur masih memiliki satu malam lagi bersama Yunho sebelum menerima kenyataan bahwa mereka takkan tinggal bersama lagi.
Dan Changmin pun tampak murung selama melipat pakaian-pakaiannya yang masih teronggok di keranjang cucian. Saat ia selesai, ia duduk di depan tv diikuti oleh Yunho yang duduk di sebelahnya.
“Ide yang sangat cemerlang dari Kyuhyun, dan terima kasih juga untuk memori fotografismu, Changmin,” kata Yunho. “Tanpa itu semua, sidang akan berlangsung lebih lama, lebih alot, dan aku tak tahu apa bisa berakhir memuaskan seperti ini. Jadi, terima kasih. Kau akan jadi pengacara hebat suatu saat nanti, Bocah.”
Normalnya Changmin akan tersipu mendengar pujian langsung dari Yunho seperti itu. Tapi ia tak bisa memungkiri bahwa ia ingin sidang itu berlangsung lebih lama, meskipun ia juga senang pihaknya mendapat kompensasi yang begitu besar. Jadi, ia hanya bisa menawarkan senyum kecil pada Yunho. Tapi Yunho ingin melihat senyum yang sebenarnya dari anak itu.
“Kau tahu, pintu kantorku masih terbuka untukmu kalau kau masih mau berkunjung tiap pulang sekolah,” kata Yunho.
Changmin mengangkat bahunya. Ia tahu ia takkan sering mengunjungi kantor CLF. Akan terasa berat kembali ke tempat itu setelah ia tak lagi tinggal bersama Yunho.
“Besok adalah hari yang besar, ya? Kau senang bisa kembali bersama kakekmu?” Yunho masih berusaha membuat Changmin kembali seperti ia yang biasanya.
“Yeah,” kata Changmin, tersenyum kecil lagi sebelum kembali menekuk mukanya murung.
“Kalau begitu berhenti cemberut!” perintah Yunho agak sebal. “Ayolah…. Ini malam terakhirmu di sini, kau mau nonton film apa?” tawarnya.
“Tidak, ayo ke atap saja,” ajak Changmin. Ia ingin melakukan sesuatu yang lebih interaktif bersama Yunho.
Yunho tersenyum mendengar permintaan Changmin. “Ambil jaketmu, aku akan buatkan kopi panas,” kata Yunho semangat.
Changmin sangat bersyukur atas malam terakhir ini, karena ia mendapat satu kesempatan lagi untuk menjadi anak yang tak harus memikul beban berat di pundaknya. Dan selama ia menghabiskan malam terakhir bersama Yunho membuat cerita-cerita aneh orang-orang yang lalu lalang di bawah sana, ia bertanya-tanya, apakah Yunho akan merindukan suasana seperti ini nanti?
-:-
“Oke, kurasa sudah semua,” kata Changmin pelan sebelum mengangkat tas ranselnya ke pundak.
Yunho hanya mengangguk dan mengangkat tas Changmin yang lain. Changmin mengedarkan pandang ke sekeliling ruang kerja Yunho untuk terakhir kalinya, lalu menghela nafas pelan. Tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya.
Yunho pun sama. Yunho tak menegur Changmin yang memasukkan kaos SNU-nya ke dalam ransel, meski ia melihat sendiri anak itu melakukannya. Dan ia juga tak menegur Changmin yang tidak merapikan selimutnya seperti biasa, seperti ia akan kembali ke sana nanti. Ia juga tak berniat mengambil trofi Changmin yang terpajang di ruang tv saat mereka melewatinya.
Ya, tak satupun dari mereka ingin berbicara saat ini. Changmin merasa marah pada dirinya sendiri karena membiarkan ikatannya dengan Yunho begitu erat hingga terasa sakit saat dilepaskan. Ia juga marah pada Yunho yang jelas begitu peduli padanya, tapi tak tampak menginginkan Changmin tetap tinggal bersamanya. Dan itu menyakitkan. Yang Changmin inginkan adalah Yunho berkata ia akan merindukan Changmin, atau lebih baik lagi, ia ingin Changmin tetap tinggal bersamanya. Tapi Yunho tak mengatakan apapun saat mereka meninggalkan apartemen menuju mobil. Jadi Changmin-pun juga hanya diam.
-:-
Yunho berharap Changmin akan mengatakan sesuatu. Apapun.
Tapi anak itu membisu selama perjalanan menuju apartemen lamanya.
Ketika mereka mencapai depan apartemen, Yunho harus menahan keinginannya untuk memutar balik ke apartemennya lagi. Turun dari mobil, ia tak bisa mengalihkan tatapan tajamnya dari segerombolan anak bertindik yang ada di luar pagar apartemen. Ia senang Kangin dan Changmin mendapatkan kompensasi yang cukup besar dari GP sehingga bisa segera pindah dari tempat ini ke aparteme
Comments