CHAPTER 2-THE SECOND ENCOUNTER
My Home“Hai Changmin, kemarilah dan duduk bersama kakek!” Kangin melambaikan tangannya lemah begitu melihat cucu lelakinya masuk dengan ragu.
“Kakek! Kakek tak apa?” Changmin seakan melemparkan dirinya ke kursi plastik di samping ranjang.
“Kakek tak apa, Changmin! Bagaimana kabarmu? Maaf ini harus terjadi di hari ulang tahunmu.”
“Jangan khawatir Kakek, Changmin baik-baik saja.”
Meski itu yang dikatakannya, sebutir air mata meleleh dari mata Changmin. Kangin pasti melihat rasa ketakutan Changmin, ia takut kehilangan satu-satunya orang terdekat yang ia miliki setelah kedua orang tuanya tiada. Tanpa berkomentar, tangannya menggapai wajah Changmin untuk menghapus air mata itu.
“Kakek akan baik-baik saja. Dokter bilang aku kuat untuk orang seumuranku. Cukup isitrahat, dan Kakek akan sehat kembali. Jangan cemas, Jagoan, Kakek tak akan ke mana-mana untuk waktu dekat ini.”
Changmin hanya menganggukkan kepala. Tak mempercayai mulutnya untuk berkata-kata. Kangin hanya tersenyum lembut pada Changmin.
“Oh ya, Kek! Ada seorang laki-laki yang mau bertemu Kakek, jika Kakek tak keberatan. Namanya Jung Yunho, ia seorang pengacara. Sepertinya ia ingin menjadikan Kakek sebagai saksi di pengadilan untuk melawan GP Industries. Jika ia berhasil, Kakek tak perlu kerja keras lagi. Kurasa ia berkata jujur tapi aku bisa menemani Kakek ketika ia di sini. Dan bila Kakek lelah, Kakek tak perlu-“ cerocosan Changmin dipotong dengan elitnya oleh sang kakek.
“Tak apa Changmin, biarkan ia masuk, Kakek akan bicara padanya.”
“Kakek yakin?” Changmin sebenarnya tak ingin kakeknya terlalu lelah setelah operasi.
“Biarkan ia masuk, Changmin. Kasihan ia, kurasa ia juga tak mau berada di sini jam 2 pagi sama sepertiku.”
Setengah hati Changmin akhirnya membukakan pintu untuk Yunho yang berdiri tepat di seberang pintu, bersandar pada tembok dengan kedua tangan masuk ke kantong celana, bak seorang model. Changmin masih berpikiran apakah orang ini tidak tersesat.
“Kakek mau bicara denganmu.”
“Baik, terima kasih Changmin. Aku hanya butuh 10 menit saja,” Yunho masuk ke ruang rawat Kangin.
Dan adrenalin dalam tubuh Changmin seakan habis. Ia sudah tak sanggup berpikir tentang apa yang harus dilakukannya untuk beberapa bulan ke depan. Biaya perawatan kakeknya, dan bagaimana ia bisa bertahan hidup nanti. Mungkin itu akan dipikirkannya esok. Sekarang ia hanya ingin merebahkan diri dan memejamkan mata sebentar. Sebentar saja. Dan ia mendengar suara itu lagi.
“Changmin, bangun! Lehermu akan berterima kasih padaku besok pagi.”
Suara itu dikenalnya, tapi bukan milik kakek.. kakek?
“Kakek!!! Ada apa, di mana kakek?”
“Hey, aku Jung Yunho, dan kau di rumah sakit, bukan.. di lantai rumah sakit. Lehermu akan kram bila tidur di sini.”
“Oh, terima kasih. Apakah kakek bangun?”
“Ya, tapi mungkin sebentar lagi efek morfin akan menidurkan beliau. Kau butuh tumpangan pulang?”
“Tidak, terima kasih, aku akan temani kakek malam ini. Apa kata kakek?”
“Tak ada, kakekmu bilang akan memikirkannya terlebih dahulu. Baiklah, sudah waktunya aku pulang, kurasa. Selamat malam Changmin.”
“Selamat malam, Pak Jung.”
-:-
“Jae!!” teriak Yunho sambil mundur dua langkah. Dilihatnya dasi malang yang ternoda kopi hitam pekat itu. Lelaki yang menabraknya mengangkat wajah cerah, tidak tampak kaget.
“Oops, maaf Yunho,” jelas sekali kalau wajah Jaejoong tak nampak menyesal. Ia tersenyum dengan manisnya!
“Apa kau baru saja menumpahkan kopi dengan sengaja padaku?” Yunho sudah hafal dengan mimik wajah sahabatnya.
“Kenapa aku harus melakukannya? Maaf bila aku membuat dasimu kotor, tapi untungnya aku punya cadangan untukmu di laci mejaku, untuk keadaan darurat.”
Jaejoong tertawa dan membuk
Comments