Cause the girl brings the boys out… girls brings the boys out…girl brings the boys out… girls bring the boys out…

Chaesun segera menghentikan kegiatannya. Merongoh saku jaketnya dan segera mengangkat teleponnya tanpa melihat siapa yang memanggil. “Yeobseyo?”

“…..” tidak ada suara.

“Yeobseyo? Nuguya?” tanya Chaesun.

Onew POV

“nomor yang anda tuju sedang sibuk, harap hubungi beberapa saat lagi atau tinggalkan pesan setelah bunyi bip…”

Krystal POV

“nomor yang anda tuju sedang sibuk, hara…” Krystal segera mematikan ponselnya karena ternyata telepon Minho tengah sibuk.

Minho POV

Dari jauh dia melihat Chaesun menjawab telepon. “tuuut….tuuut…. terima kasih, aku sedang sibuk atau sedang menerima telepon dari orang lain. Tinggalkan pesan setelah bunyi bip, ya!” Minho tertegun.

Chaesun POV

“Ya! Nuguya? Kalau kau tidak kunjung bicara, aku akan mematikan ponselnya…”
“Chaesun…”
“ini siapa?” tanyamu.

“Ini aku, Key.”

“oho… kau rupanya. Aish~ kau menakutkanku, aku kira aku sedang diteror!” katamu dengan ada khawatir.

“ahahaha… maaf ya.” Kata Key.

“ada apa kau meneleponku?” tanyamu penasaran.

“besok, kau ada acara tidak?” tanya Key dari seberang sana. Kau memutarkan bolamatamu  dan menghadap kalender elektronik C & S yang ada di dekat cashier.  Besok hari sabtu. Biasanya kalau ada acara, kalender itu akan dilingkari warna-warna tertentu sesuai dengan event yang berlaku. “Tidak ada. Kenapa?”

“aku… ingin…”

“ingin apa?”

“ingin berkencan denganmu.”
“mwo? Kencan? Kau tidak salah?”

“Anio, aku serius dengan ucapanku.”

“…..” kau terdiam. Minho juga pernah melakukan hal yang sama denganmu beberapa waktu yang lalu. Namun saat kencan dengan Minho, kau malah merasa itu bukan disebut kencan. Lebih bisa disebut dengan hangout dengan Minho. “araso… baiklah. Aku mau. Kadi mau dimana?”

“Chaesun…” panggil seseorang. Kau menoleh ke arah pintu masuk dan mendapati Minho tengah menatapmu. “Hey, key. Nanti aku hubungi lagi ya. Dah~”

Kau segera menutup ponselmu dan menyapa Minho. “hai!” sapamu. “kau kesini naik apa?” tanya Minho dengna tatapan penasaran padamu.

“Naik… taxi.”

“kenapa kau tidak meneleponku kalau begitu? Aku bisa menjemputmu sekalian mengembalikan mobil padamu.” kata Minho sedikit kesal.

“Ah…  Tadinya aku mau meneleponmu, tapi sepertinya lebih baik kau istirahat di rumah. Aku khawatir kau kelelahan seperti Jonghyun.” Katamu yang kemudian melanjutkan pekerjaanmu menghitung stok baju.

Minho menatapmu dengan tatapan kosong. Kalian berdua terdiam beberapa saat. Minho duduk di tangga dan menatapmu yang sibuk mengurus baju-bajumu. Minho masih duduk disana menatapmu sampai sore. sampai  kau selesai dengan pekerjaanmu. Saat kau hendak pulang, kau menyadarkan Minho yang masih terus menatapmu. “Hey… Minho… yuhuuu…” kau melambaikan tanganmu di depan wajah Minho.

Tiba-tiba Minho mengenggam kedua bahumu. “Chaesun!” kata Minho, kau terkejut. Minho menatapmu dengan tatapan dalam-dalam. Baru kali ini, tatapanmu sedekat ini dengan Minho. Kau menjadi nervous dan jantungmu berdegup sangat kencang.

“ww…wa…waeyo?”

Minho mendekatkan wajahnya ke wajahmu.  Kau makin panik, ada apa dengan anak ini? batinmu cemas. “kk…kau mau apa? y…y..ya… Minho…Min…”

Cup.

Kau merasakan sesuatu dikeningmu. Sesuatu yang hangat melekat di sana untuk beberapa saat. Minho mengecup keningmu. “Minho…” kau terkejut untu

Lalu dia memelukmu. “ya… Minho, kau kenapa?” tanyamu bingung. Tidak biasanya Minho seperti ini. “aku tidak kenapa-kenapa.”

“…..”

“aku hanya ingin memelukmu seperti ini. untuk beberapa saat.”

“Minho…” saat kau memanggil namanya, Minho mendekapmu semakin erat. “saranghaeyo, Chaesun.”

***

Minho POV

Minho berjalan menuju rumahnya. Namun seseorang wanita menunggunya di depan gerbang. “Krystal…” gadis itu menyadari kehadirannya  dan  Minho menghampirinya.

“Apa yang kau lakukan disini?”

“menunggumu.” Jawab Krystal dengan tatapan lelah sehabis show. “kau bisa meneleponku kan? Kalau terjadi apa-apa denganmu bagaimana? Kau sudah lama menunggu?”

Krystal mengangguk. Untuk beberapa saat Minho tertegun. Tatapannya teringat dengan kejadian dimana Kau putus dengan Krystal. Didepan rumah Minho. “Lebih baik, kau pulang. Ini sudah larut malam,” Minho melewati Krystal, membuka gembok gerbang dan hendak masuk ke halaman rumahnya. Namun Krystal mencegahnya. “maafkan aku…”

“untuk apa?”

“untuk kejadian yang membuatmu bersifat seperti ini padaku.”

“tidak ada gunanya. Keputusanku sudah bulat.” Minho membelakangi Krystal. Mendengarkan setiap rengekan gadis itu untuk kesekian kalinya. “aku masih membutuhkanmu.”

Minho mengepalkan tangannya dan berbalik menatap Krystal. “YA!” dia melihat Krystal meneteskan airmata di hadapannya. Untuk beberapa saat Minho tertegun saat melihat Krystal menangis. Namun dia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

“Ga…” usir Minho perlahan.

“Oppa…”

“aku bilang pergi…” kata Minho yang sebisa mungkin meredam amarahnya. Dia menatap Krystal menstarter mobilnya dan berjalan ngebut meninggalkan Minho.