Started with a kiss 27

Started With a Kiss
Please Subscribe to read the full chapter

Mata Kyuhyun sesekali melirik pintu keluar toilet, berharap ada seseorang masuk atau setidaknya lewat. Sementara batinnya terus saja meneriakkan nama Siwon. Kyuhyun beralih menatap awas pergerakan tangan Key. Nafasnya tertahan ketika ia merasakan metal dingin itu menyentuh nadi dilehernya.

 

"Apa yang kau harapkan dariku? Kau ingin membunuhku?"

 

"Lebih menarik jika kau membunuh dirimu sendiri."

 

Tangan Kyuhyun diarahkan kelehernya sendiri kemudian dipaksa untuk meremat, membuatnya nyaris tidak bisa bernafas. Orang dihadapannya benar-benar gila. Tak jauh beda dengan Jinki. Bermain-main dengan nyawa seseorang layaknya itu hanya sebuah boneka.

 

Kyuhyun terbatuk selepas cengkraman itu dilonggarkan. Belum sempat menetralkan nafas, kuku-kuku menggores lehernya. Lumayan dalam karena rasanya sangat sakit, bahkan mungkin sampai mengeluarkan darah. Panggilan nama Siwon semakin cepat ia rapalkan, seolah mantra.

 

"Kau membunuhkupun Jinki tak kan pernah menjadi milikmu. Bahkan mungkin Jinki akan membunuhmu setelah ini." Jika ia ketakutan dan pasrah, Key semakin senang, merasa dirinya menang dan menguasai Kyuhyun sepenuhnya. Kyuhyun memutuskan untuk melakukan perjudian, memberikan perlawanan dan tatapan menantang.

 

Key menyodorkan belatinya ke rahang, mengharuskan Kyuhyun untuk mendongak. "Kau memancingku? Mencoba mengulur waktu?" Key berdecih.

 

Sial. Strateginya terbaca. Dia tak mengetahui banyak soal Key dari Minho. Si mata kodok itu sudah memperingatinya tentang kemungkinan ia akan mengalami kejadian seperti ini. Tapi ia tak pernah membayangkan akan secepat ini. Ia belum menyiapkan apa-apa. Dan kemana si sialan Siwon?! Apa pria itu ingin melihatnya terbunuh?!

 

Kyuhyun menarik nafas lamat-lamat. Sekedar berusaha untuk menenangkan diri walaupun itu sia-sia. Aura ingin membunuhnya hampir menyamai Voldemort, seolah mantra Ava Kevadra berada diujung lidahnya, siap untuk dimuntahkan membuat orang didepannya tewas dalam satu detik.

 

"Siwon hyung tak kan segan membunuhmu jika kau berani menyakitiku."

 

"Siwon? Choi Siwon?" Key tertawa, tampak dipaksakan lalu rautnya secepat kilat kembali datar. "Setidaknya kau harus mati lebih dulu."

 

Kyuhyun meronta. Menggerakkan setiap anggota tubuhnya untuk melepaskan diri. Memukul, mendorong, menendang. Tapi Key dengan mudah menumbangkannya ke lantai. Pahanya diduduki, kedua telapak tangannya ditindih dengan lutut. Untuk pertama kalinya ia menyesali telah menyia-nyiakan pelajaran olah raga. Dengan keadaan seperti ini harusnya ia masih bisa membenturkan kepala mereka, seperti sit up. Tapi bahkan punggungnya tidak bergerak.

 

"Kau sungguh ingin cepat mati ya?"

 

Badan Key cenderung mungil, tapi kenapa dia masih bisa tegak seperti itu? Seperti tidak mengeluarkan tenaga sama sekali.

 

Kyuhyun meludahi wajah Key, mendarat dimatanya. Dirinya sungguh berharap secara ajaib air liurnya berubah menjadi beracun seperti milik komodo.

 

"Kau sangat tidak sabaran."

 

Kyuhyun tetap mempertahankan matanya untuk terbuka, menatap nyalang mata Key saat benda tajam itu berada dilehernya, perlahan menggores, menciptakan jejak. Key belum berniat membunuhnya karena ia tidak membuat lukanya dalam.

 

"Kau menyakiti Jinki hyung, orang yang kucintai, sama saja kau menyakitiku. Dan jika ingin sakitnya hilang, bukankah penyebabnya harus dilenyapkan dulu?" Key berkata dengan nada polos.

 

"Kau gila!"

 

"Bukankah cinta memang bisa membuat seseorang hilang akal?"

 

Kyuhyun sudah mulai merapalkan do'a dalam hati. Memohon ampunan Tuhan atas dosa-dosanya selama ini. Meminta maaf kepada setiap orang yang dikenalnya. Memohon pada Tuhan agar selalu membahagiakan orang-orang yang dicintainya. Tak lupa juga meminta Tuhan untuk menghukum orang didepannya ini.

 

Kyuhyun tidak tahu persis bagaimana. Yang ia ingat Siwon meneobos masuk lalu memukul Key hingga terguling. Keduanya adu pukul, saling berebut belati yang malah terlempar kearahnya. Kyuhyun meraihnya, melihatnya bergantian dengan dua orang disana. Ia punya peluang besar untuk mengakhirinya. Haruskah ia menggunakannya sebagai pertahanan diri? Karena ia tidak tahu apa Key punya senjata lain atau tidak.

 

Dooorrr!!

 

Belati itu reflek terjatuh dari tangan Kyuhyun dan dirinya ikut jatuh terduduk. Terlalu kaget mendengar bunyi tembakan yang dilepaskan Key. Nafasnya tidak beraturan, badannya menggigil melihat lubang bekas peluru dipintu tak jauh darinya.

 

"Kyuhyun!" Teriak Siwon.

 

Posisi Siwon yang lengah karena berbalik menghadap Kyuhyun dimanfaatkan dengan baik oleh Key. Badan kekar Siwon didorongnya hingga tersungkur. Berkat ilmu beladirinya, dengan beberapa perlawanan, pistol yang membahayakan itu bisa disingkirkan.

 

Pandangan mata Kyuhyun kosong. Berbagai bayang-bayang mengerikan terpampang didepan matanya. Tidak. Itu tidak boleh terjadi. Kepalanya menggeleng kuat-kuat.

 

Perlahan Kyuhyun berdiri kembali lalu berjalan kearah mereka. Dirinya dan Siwon bisa saja mati karena Key mulai bisa menguasai Siwon. Tawa gila si psikopat itu menyebar keseluruh ruangan. Kyuhyun mengangkat tangannya tinggi-tinggi saat punggung Key berada tepat dihadapannya. Ia harus melakukannya. Tidak apa-apa Kyuhyun, kau hanya ingin melindungi diri. Kyuhyun mengayunkan belatinya dengan penuh keyakinan.

 

...

 

Bunyi batang metal bernoda darah beradu dengan lantai terdengar nyaring. Kyuhyun lagi-lagi jatuh terduduk. Nafasnya memburu. Kedua tangannya yang bergetar dibawa untuk memeluk tubuhnya sendiri.

 

Siwon yang melihat kondisi Kyuhyun jauh lebih buruk darinya bergegas menghampiri.

 

"Baby, kau tidak apa-apa? Maafkan aku, maafkan aku. Aku sangat tolol membiarkanmu pergi begitu saja. Aku-"

 

Kyuhyun menubruk dada Siwon. Jemarinya menggenggam erat bagian belakang kemeja Siwon, menolak melepas pelukan. Airmata mengalir dari sela-sela kelopak matanya yang menutup. "Nyaris saja." Bisiknya dengan suara serak.

 

"Ya." Siwon merutuki sikap teledornya. Lagi- lagi Kyuhyun dalam bahaya karena dia. Dirinya merasa apapun yang ia lakukan tidak ada yang benar. Melindungi orang yang berarti untuknya saja tidak bisa. Dia gagal. Bagaimana bisa ia menyebut kekasih Kyuhyun sedangkan yang ia berikan hanya luka?

 

"Aku takut."

 

Siwon mengeratkan pelukan mereka sembari mengusap punggung kekasihnya untuk meredakan tubuhnya yang masih bergetar ketakutan. "Dia sudah tidak ada." Ia bisa melihat bekas cakaran memanjang dileher Kyuhyun. "Ayo ke klinik. Kau terluka."

 

Kyuhyun menggeleng. Dirinya hampir saja membunuh seseorang jika saja orang-orang itu terlambat masuk beberapa detik. "Kenapa kau lama sekali? Aku hampir mati, bodoh!" Kyuhyun terisak.

 

"Maafkan aku."

 

Kyuhyun mendorong dada Siwon untuk melepaskan pelukan mereka. "Kau juga hampir mati." Tidak seharusnya ia melimpahkan semua kesalahan pada Siwon. Apa yang ia alami hari ini adalah buah dari sikap keras kepalanya. Menolak pria itu yang memaksa ingin menemani dan malah mengusirnya jauh-jauh. Membuat Siwon untuk kesekian kalinya memberikan pandangan bersalah dan minta maaf.

 

Matanya menelusuri setiap sudut wajah Siwon yang penuh luka akibat bogem mentah dari Key. Beberapa ada yang mengeluarkan darah. Sudut mata, pelipis, sudut bibir dan...

"Astaga kau mimisan hyung!" Kyuhyun segera mendongakkan kepala Siwon sembari tangan yang satunya menarik gulungan tisu dibelakangnya. "Teruslah seperti itu!" Kyuhyun menggulung tisunya menjadi dua lintingan lalu memasukkannya kelubang hidung pria itu yang meneteskan darah. "Kita ke klinik."

 

Kyuhyun menuntun Siwon untuk berjalan. Pria itu menurut saja karena anak itu akan berteriak jika ia menurunkan kepalanya sedikit saja.

 

.
.
.

 

Wanita yang berada diusia lanjut itu makin mempercepat gerakan kipas ditangannya. Nafas yang memburu itu coba dinetralkannya. Kedua cucu menantu dikanan kirinya dengan kompak mengelus punggungnya bergantian. Matanya masih nyalang menatap pria tampan didepannya yang duduk bersimpuh dengan punggung tegak meskipun ada luka dibawah matanya. Dia mendapatkannya karena lidahnya tergelincir hingga mengucapkan kata dengan salah pelafalan dalam bahasa China. Kata yang harusnya sopan menjadi ungkapan kurang ajar.

 

"Cucuku masih berumur belasan tahun. Dan kau dengan berani memintaku memberikan restu. Kau pikir berumah tangga itu mudah? Belum apa-apa saja kau sudah memberikan tanggung jawab berat untuk mengurus dua anakmu."

 

 

"Ya saya tahu. Itu sangat tidak adil. Saya mendapat pemuda yang belia sedangkan cucu anda mendapat duda. Tapi cepat atau lambat Kyuhyun akan mengalami itu."

 

"Kau!"

 

"Nek, ingat tekanan darahmu." Cucu lelakinya memperingatkan.

 

"Siapa namamu tadi?"

 

"Choi Siwon, nyonya."

 

Nenek Cho memandang Siwon lagi secara menyeluruh. Matanya yang sipit dipaksanya melebar, meneliti dimana kecacatan pria muda yang tanpa diduganya datang setengah jam lalu sambil membawa ramuan gingseng yang sangat disukainya.

 

"Choi Siwon. Cucuku kupersiapkan untuk mewarisi salah satu perusahaanku. Jadi sudah jelas, 10 tahun dari sekarang baru akan kulepaskan."

 

"Anda bisa memberikan perusahaan itu pada saya untuk dikelola."

 

"Kau ingin cucuku atau perusahaanku?!" Teriak nenek Cho mendarah daging. Bagian belakang kepalanya nyaris saja berdenyut hebat.

 

Mati kau Choi Siwon. Kali ini cincin besar dijari manisnya benar-benar akan menusuk matamu. Ia lalu buru-buru bersujud memohon ampun.

 

Nenek Cho merentangkan tangannya, menolak dibawa pergi cucunya. "Hal terbaik apa yang bisa kau lakukan untuk cucuku?"

 

Siwon menegakkan tubuhnya. Tidak boleh lagi melakukan kesalahan kali ini. "Dengan pekerjaan saya yang sekarang mungkin ada banyak luka yang saya torehkan untuk Kyuhyun. Namun, hanya saya jugalah yang bisa menjadi penyembuhnya. Saya juga rela melepas pekerjaan saya jika itu membuat Kyuhyun kesakitan setiap saat. Bukan keluarga jika salah satunya tidak bahagia." Siwon menutup mata, bibirnya terlipat. Berharap jawabannya tidak terdengar bodoh. Dia tidak berpengalaman sama sekali soal meminta restu.

 

"Kau tahu? Aku ingin Kyuhyun memiliki istri orang China agar ada orang yang meneruskan ras ku. Tapi keinginanku tidak terwujud." Dengus nenek Cho. Bocah manja itu pastinya akan memberontak jika ia menjawab tidak. Beberapa kali Kyuhyun menelponnya, merengek -memaksa- untuk memberikan restu. Padahal dia tidak tahu siapa kekasih cucunya itu.

 

Lagipula tidak ada gunanya ia menolak. Melihat Siwon secara langsung, ia tahu Kyuhyun berada ditangan yang tepat. Kebahagiaan cucunya adalah yang nomor satu. Ia masih mengingat bagaimana nada bangga terselip disuara Kyuhyun ketika menceritakan pria didepannya ini.

 

Siwon mendongak, menatap tetua Cho yang tersenyum tipis. Ia mendapat sinyalnya. "Saya akan melakukan yang terbaik. Saya juga sudah berjanji pada Kyuhyun, bahwa kami tidak akan berpisah."

 

Nenek Cho menghela nafas lalu menyuruh cucu perempuannya untuk mengambilkan minum. "Tapi kau tahu sendiri ada ikatan keluarga yang sudah terjalin sebelumnya."

 

Siwon melirik Henry yang ada disamping nenek Cho. "Henry dan Soojung tidak keberatan jika Minho akan menjadi tanggung jawab saya."

 

"Dia tetap jadi cucuku. Aku tidak mau tahu, Minho yang harus menggantikan tugas Kyuhyun. Alihkan tanggung jawab perusahaanmu pada putramu yang kedua atau yang lainnya." Nenek Cho menggerakkan tangannya, menyuruh Siwon untuk minum.

 

"Tapi nak, restu dariku tidak berarti apa-apa. Hangeng tetaplah yang akan memberikan ijin."

 

"Ya, saya mengerti."

 

"Semoga beruntung."

 

Hangeng sepertinya juga tidak mudah. Yang tersulit mungkin. Pria paruh baya itu bahkan masih terlihat setengah setengah melepaskan Kyuhyun untuk menjalin kasih dengannya. Heechul, entahlah. Pria cantik itu dengan terang-terangan mendukung, sampai melamarnya lebih dulu bahkan sebelum kata cinta itu terucap dari bibir Kyuhyun maupun dirinya. Semoga saja tidak berubah pikiran.

 

.
.
.

 

"Pergi kau! Aku tidak mau melihatmu! Pergi! Pergi sana bersama Lo Wen! Aku ini tidak penting untukmu! Iya kan?! Tentu saja! Kau lebih memilih bersama dia daripada aku!"

 

Siwon menghela nafas. Kalimat pengusiran Kyuhyun yang kelima malam ini. Ia memang bersalah. Kyuhyun berhak marah padanya karena ia mengingkari janji untuk menonton panggung debutnya. Tapi tetap saja tidak bisa datang, undangan hanya untuk orang tua atau wali tingkat tiga. Dirinya masih sayang nyawa jika harus memintanya langsung pada Heechul. Itu penampilan perdana anaknya, tidak mungkin 'kan orang tua melewatkannya? Ia juga tidak bisa membatalkan jadwalnya begitu saja. Ia artis profesional. Partnernya model victoria secret, model papan atas yang jadwalnya juga padat.

 

Siwon mendongak, menatap jendela kamar Kyuhyun yang tirainya tertutup. Jika mulut besar Teddy bisa tertutup semuanya tidak akan seperti ini. Pria tambun itu beralasan jika Kyuhyun itu kekasihnya yang berhak tahu semua tentang dirinya. Alasan bisa diterima, tapi dia harusnya bisa memfilter.

 

"Baby, setidaknya biarkan aku masuk. Disini dingin." Siwon bisa merasakan kakinya yang mulai gemetar. Satu jam sudah ia berdiri disini, bergelut dengan salju. Ia cepat-cepat pulang dari Beijing setelah Kyuhyun menelpon dan berteriak penuh kebencian padanya.

 

Harapannya tumbuh saat melihat bayangan Kyuhyun mendekati jendela dan membuka tirai. Siwon tahu, kekasihnya tidak sekejam itu. Tapi ia harus puas mendapat lemparan boneka. Tidak mengenainya memang.

 

"Kau kedinginan? Minta saja si Lo Wer menghangatkanmu! Minta dia untuk meraba dadamu! Atau kau raba dadanya! Dadanya lebih besar daripada milikku 'kan?!"

 

Mata Siwon seketika menutup mendengar jendela ditutup dengan kencang. Rupanya Teddy menginginkan pemecatan.

 

"Aku benci padamu! Aku benci padamu!" Siwon bisa mendengar teriakan Kyuhyun ditengah isakannya. Bencana besar.

 

Potongan-potongan kertas kecil berhamburan diatas lantai. Kyuhyun tidak tahu kenapa ia melakukan hal yang sangat tidak berguna. Mencetak foto Siwon bersama si model berwajah penyihir yang ia dapatkan dari Teddy lalu merobeknya dengan penuh emosi dan makian yang tak berujung.

 

"Bahkan si penyihir itu mempunyai dimple." Tangisan meraung itu kembali terdengar.

 

Terkadang Kyuhyun membenci pekerjaan Siwon yang mengharuskan untuk bekerja sama dengan para wanita cantik dan pria manis. Untuk kali ini Kyuhyun berpendapat jika wanita China ini mempunyai wajah lebih manly daripada dirinya. Harusnya Kyuhyun merasa biasa saja karena wanita itu bukan tipe Siwon. Prianya itu tidak suka wanita kurus kering.

 

Sekitar tiga puluh menit kemudian ia menghampiri jendela, membuka tirainya. Siwon tidak ada disana.

 

"Kau jahat hyung! Kau jahat!"

 

Tidak tahu lagi dengan cara apa melampiaskan kekesalannya, Kyuhyun mengambil satu botol dan menuangkan isinya kedalam gelas, berupa wine yang ia ambil dari ruang penyimpanan ibunya. Ia akan habis jika ketahuan. Mungkin mabuk bisa menghilangkan bebannya. Biasanya ia akan bercerita pada Yunho, tapi ia tidak mau menerima resiko diamuk gajah betina yang hamil. Sedangkan ayahnya malah memilih mengajak ibunya bermalam diluar. Para orang tua itu. Semoga saja ketika pulang tidak bertambah satu anggota keluarga.

 

...

 

Kyuhyun berjalan menuruni tangga dengan berpegangan. Tidak, ia tidak -belum- mabuk. Hanya merasa lelah saja. Ia berencana mengambil satu botol wine lagi. Toleransinya terhadap alkohol ternyata tinggi juga.

 

Matanya memicing kearah pintu rumah. Merasa mendengar ada yang mengetuk. Ia menunggu beberapa saat untuk memastikan jika pendengarannya tidak salah sebelum berjalan kesana. Ketika membuka pintu sesosok tubuh terguling menindih kakinya, membuatnya sadar sepenuhnya.

 

"Siwon hyung!" Kyuhyun buru-buru berjongkok, membantu Siwon untuk duduk. Mata pria itu sudah tertutup sempurna, bibirnya mulai membiru. Pipinya sedingin es. "Kau sangat bodoh Cho Kyuhyun."

 

Pipi Siwon ia tepuk sebagai usaha menyadarkannya. Tapi matanya tetap tertutup dan bergumam tidak jelas. Tidak ada pilihan lain. Ia menyeret tubuh Siwon menjauhi pintu lalu menutupnya. Dengan air mata yang sudah membanjir, Kyuhyun berusaha mengangkat tubuh Siwon yang berada dipunggungnya, walaupun sulit. Dengan kaki yang gemetar dan berpegangan pada apa saja ia mulai melangkah. Ia harus kuat, tidak boleh mengeluh. Seperti Siwon yang selama ini sabar menghadapinya.

 

Kyuhyun membalut tubuh Siwon dengan berlapis-lapis selimut lalu pergi keluar kamar dengan berlari dan kembali membawa sebaskom air yang mengepul, handuk kecil dibahu serta ponsel. Setelah meletakkan semuanya di

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Agasshi_
Maaf untuk ketidaknyamanan ini. Ff started with a kiss akan dibuka 2-3 hari lagi dikarenakan ada sesuatu yang salah saat chapter 26 dipost. Thanks:)

Comments

You must be logged in to comment
CHK1302 #1
Chapter 1: Ayo dong dicium samà bàbykyui
Nurh4fiz4h
#2
Chapter 29: Cerita yg sangat menarik...
Dari awal sampai ending ceritanya mengundang rasa penasaran...
Dan ending yg sangat indahhh....
terus menulis karya yg bagus tentang wonkyu eonni....???
Lokikitten #3
Chapter 18: Ok i just read it again ..stil good ..i liked it
Icha_starylla96 #4
Readers barh
arjioabrian
#5
Chapter 1: Hollaaa.... saya pendatang baru. Sebenarnya saya pernah baca ini fanfiction.net .Ini salah satu yg menkjadi fav. Saya...
bellatri32 #6
Chapter 29: Kereeeeen bgt ffx..... Q ketawa2 sndiri setiap bagian kyu mulai berdeulusi dgn pikiran2x....kocak,lucu,romantis,sedih,jengkel...lengkap deh....moga ad crita2 lain y g kalah seru....:)
nilatiwi98 #7
Chapter 2: walau sedekit tetep bagus kok ^^
nilatiwi98 #8
Chapter 1: seru aku suka wonkyu. swk. i love this story.
fifikiyu #9
Chapter 26: woah makin penasaran hmpir ending..
semoga keluarga cho n choi bhagia semuanya..
fifikiyu #10
Chapter 4: ceritanya makin menarik n mudah dipahami.. gunadi agassi