Chapter 16

Started With a Kiss
Please Subscribe to read the full chapter

 

Kyuhyun sudah menutup matanya ketika ada seseorang yang menarik tubuhnya ke permukaan dan membawanya ke pinggir kolam.

 

"Yak! Hamtaro! Bangun!"

 

Minho menepuk pipi Kyuhyun beberapa kali secara bergantian tapi tidak membuat  Kyuhyun bangun. Haruskah ia melakukan hal itu? Minho menjilat bibirnya dengan gugup, membungkukkan badannya lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Kyuhyun. Menatap sejenak bibir sintal yang sedikit pucat itu. Minho lalu menggelengkan kepalanya. Tidak. Dia tidak bisa.

 

"Bangun gendut!!!" Minho berteriak kencang lalu menampar pipi Kyuhyun dengan keras hingga menimbulkan suara yang cukup mengerikan. Kejam memang, tapi dia sungguh tidak mau memberikan nafas buatan yang mengharuskan bibir mereka menempel dalam waktu lebih dari satu menit. Minho menghela nafas lega ketika usahanya berhasil ditandai dengan rintihan kesakitan Kyuhyun.

 

Kyuhyun bangkit duduk lalu memuntahkan air yang sempat ditelannya, beberapa kali terbatuk kecil. Dia menyentuh dadanya lalu mengambil nafas dalam dan banyak. "Aku hampir saja mati."

 

Dia menyentuh pipi kirinya yang terasa sakit dan menggerakan rahangnya beberapa kali sambil meringis sakit. Kepalanya juga sedikit pusing tapi masih menyadari jika ada Minho disampingnya yang tubuhnya basah kuyup seperti dirinya.

 

"Untuk apa kau bermain dikolam renang jika pada akhirnya hanya tenggelam? Dasar bodoh."

 

Kyuhyun menelan kembali ucapan terima kasihnya begitu mendengar perkataan Minho yang bernada sinis seperti biasa. "Aku tidak seidiot itu untuk melakukan bunuh diri."

 

Kyuhyun sudah baik-baik saja, nada bicara menyebalkannya sudah kembali walaupun masih terlihat lemas.

 

"Lalu?"

 

"Ada seseorang yang mendorongku ketika aku mengambil bola voli yang terjatuh." Tangan Kyuhyun memeras baju olah raganya walaupun tidak membuatnya lebih baik. Dia masih merasa kedinginan.

 

"Kau yakin? Kau tahu siapa orangnya?"

 

"Tidak. Aku hanya melihat bayangannya saja dipermukaan air. Apa kau melihatnya?"

 

Minho menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku tidak melihat siapapun."

 

Minho tadinya diberi tugas oleh gurunya untuk mengambil bola basket. Perjalanannya berhenti ketika melihat ada yang tidak beres dikolam renang, permukaan airnya bergerak. Dia langsung saja melompat masuk untuk menolong orang yang tenggelam itu. Dia baru menyadari kalau itu Kyuhyun ketika dia mengangkatnya dari air.

 

"Apa kau merasa ada yang mengikutimu sebelumnya?"

 

"Aku tidak terlalu memperhatikan." Kyuhyun tidak mempunyai clue apapun. Otaknya juga merasa buntu karena rasa pusing masih menderanya.

 

Hal yang dikhawatirkan ayahnya terjadi. Mereka mulai bergerak. Minho tidak menyangka jika mereka melalukan tindakan sampai sejauh ini. Melakukan percobaan pembunuhan dilingkungan sekolah. Siapa pelakunya? Guru atau siswa? Persentase guru lebih besar karena mereka bisa bebas berkeliaran saat jam pelajaran berlangsung.

 

Minho berdiri dan berjalan keluar area itu setelah Kyuhyun terlihat sudah benar-benar pulih dan tidak terlihat akan pingsan.

 

"Yak! Pergi dariku! Pergi dariku!"

 

Minho berhenti berjalan mendengar jeritan Kyuhyun. Dia berbalik dan melihat Kyuhyun mengibaskan kedua tangannya sambil berteriak, sepertinya untuk mengusir serangga yang mendekatinya. Kyuhyun berdiri dengan menutup matanya dan terus berjalan menjauh berusaha melindungi dirinya hingga tanpa sadar kakinya semakin mendekati kolam renang.

 

"Yak! Perhatikan kakimu! Menjauh da-"

 

Terlambat. Teriakan Minho tidak berguna. Kyuhyun kembali tercebur kedalam kolam renang. Minho menurunkan tangan kanannya yang terangkat keudara. Sembari menghela nafas lelah ia berjalan mendekati lokasi Kyuhyun tercebur. Beruntung hanya dipinggir saja dan tidak sedalam sebelumnya, jadi dia hanya perlu mengulurkan tangannya dan menyuruh Kyuhyun meraihnya.

 

Dengan kepala timbul tenggelam Kyuhyun meneriakkan nama Minho agar menolongnya. Kedua tangannya meraih kedua tangan Minho yang terulur dan memegangnya erat.

 

"Yak! Yak! Yak! Jangan menarikku! Aku yang akan menarikmu!"

 

Kembali terlambat. Minho ikut tercebur karena tarikan kuat Kyuhyun, dia belum siap akan menarik Kyuhyun keluar.

 

"Aish." Minho memukul permukaan air. Dia mendelikkan matanya dengan kesal kearah Kyuhyun yang merangkul lehernya. Begitu Minho ikut tercebur, Kyuhyun tidak melepaskan pegangannya dari tangan Minho. Jadi ia ikut naik kepermukaan saat Minho berenang naik dan mengalihkan pegangannya.

 

"Fyuuhh. Aku selamat."

 

.

.

.

 

"Jangan pergi kemana-mana. Tetaplah disitu selama aku berganti baju. Awas kalau kau pergi." Ucap Kyuhyun sebelum masuk kebilik toilet. Telunjuknya mengacung didepan hidung Minho.

 

Minho menepis tangan Kyuhyun sedikit kasar. "Aku juga butuh berganti baju. Aku sudah kedinginan." Dia melipat tangannya didepan dada mencari kehangatan yang hanya berakhir sia-sia saja.

 

"Bagaimana kalau ada yang mencelakaiku lagi? Mengunci pintu toilet ini dari luar misalnya?" Sungguh itu mengerikan. Membayangkan dirinya mengalami salah satu adegan drama sebagai korban bully.

 

Minho memutar bola matanya malas. "Aku berada tepat disamping bilikmu. Kau cukup berteriak dan aku akan menolongmu dengan segera."

 

"Bagaimana kalau orang itu lebih dari satu? Bagaimana kalau kau juga dikunci? Bagaimana kalau-"

 

"Diamlah cerewet. Dan cepat masuklah kedalam. Aku akan disini. Puas?" Ucap Minho dengan kesal sembari mendorong Kyuhyun masuk ke toilet dengan paksa.

 

Belum satu menit Kyuhyun masuk, pintu itu sudah kembali terbuka dengan kepala Kyuhyun yang menyembul keluar. "Apalagi?" Ucap Minho menahan geramannya.

 

Kyuhyun menggigit bibir bawahnya, merasa ragu ingin mengatakannya ketika melihat wajah Minho yang menahan kesal. "Eeeuumm... apa kau membawa celana dalam cadangan?" Tanya Kyuhyun dengan suara lirih.

 

"Tidak."

 

"Maukah kau membelikannya?"

 

"Tidak."

 

"Ayolah Choi Minho." Kyuhyun mengedipkan matanya beberapa kali sebagai usaha membujuk Minho.

 

Minho menatap ngeri Kyuhyun yang bertingkah manis seperti itu, ini pertama kali ia melihatnya secara langsung. Sebelumnya hanya mendengar dari ayahnya. Mau tidak mau ia menyetujuinya daripada ia harus menahan dingin lebih lama lagi. Lagipula jika ia menjawab tidak, dia yakin si cerewet Kyuhyun akan kembali. "Tunggu disini."

 

Kyuhyun menarik lengan Minho yang bersiap pergi.

 

"Apalagi? Bukankah kau menyuruhku untuk membelinya?"

 

"Jangan." Kyuhyun menggelengkan kepalanya. "Lebih baik hubungi saja Hyukjae atau si pendek itu. Suruh salah satu dari mereka saja yang membelinya."

 

Kyuhyun tidak mau sendirian berada disini. Dia sangat takut jika mereka kembali seperti yang ia katakan sebelumnya. Jadi pilihan terbaik adalah menahan Minho untuk tetap bersamanya dan menyuruh salah satu teman abnormalnya.

 

"Kau sungguh merepotkan." Minho mendengus kasar lalu beralih membongkar isi tasnya untuk mencari ponselnya. Bagaimana bisa ayahnya tahan dengan manusia menyebalkan macam Kyuhyun?

 

.

.

.

 

"Yaissshhh!!" Kyuhyun berteriak dan mencebikkan bibirnya pertanda kesal.

 

Dilayar laptopnya terpampang kalimat GAME OVER. Dia terlalu kaget dengan dering ponselnya hingga jarinya salah memencet tombol keyboard.

 

Wajah Kyuhyun bertambah kesal begitu melihat nama pemanggilnya.

 

"Yak! Eomma! Kau menggangguku!"

 

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Kyuhyun langsung menjauhkan ponselnya karena ia tahu apa yang akan didengarnya. Suara melengking ibunya yang sangat mengganggu.

 

"Dasar anak kurang ajar! Itukah salammu pada ibumu yang telah mengandungmu selama 9 bulan dan melahirkanmu dengan bertaruh nyawa?!"

 

"Eomma, dimana appa?"

 

"Yak!"

 

"Kenapa eomma menghubungiku? Masih ingat pada putra tampanmu ini?"

 

Kyuhyun mendengar ibunya menghela nafas panjang. Menenangkan dirinya agar tidak terkena serangan darah tinggi saat menghadapi putranya yang mempunyai sifat sama dengannya.

 

"Kenapa hanya menanyakan ayahmu? Kau tidak rindu pada ibumu ini?"

 

"Tidak. Karena eomma aku harus menumpang dirumah orang." Tentu saja bohong. Kyuhyun merindukan keduanya juga kakak perempuannya yang sudah lama tak ia temui. Ia rindu masakan ibunya yang tak terlalu enak dan cenderung aneh tapi sangat ia sukai. Ia merindukan bermanja-manja dengan ayahnya. Ia juga merindukan kegiatan diskusi dengan kakaknya tentang hal-hal pribadi sebelum Ahra menikah, yang terkadang meributkan soal Yunho.

 

"Aku tahu kau menyukainya sayang."

 

Kyuhyun mendengus membayangkan ibunya sedang tersenyum menyeringai saat ini. "Kapan kalian pulang?"

 

"Tidak dalam waktu dekat tentu saja. Nenekmu sedang sakit, kau tahu itu kan?"

 

"Aku rindu halmoni." Lirih Kyuhyun. Dia berharap neneknya cepat sembuh. Neneknya adalah orang kedua setelah ayahnya yang selalu membelanya jika ia kalah berdebat dengan Heechul. "Bawa saja ke Korea. Tinggal bersama kita."

 

"Seperti kau tidak tahu nenekmu saja."

 

Heechul pernah mengatakan hal yang sama, tapi mertuanya itu menolak. Dia bilang dia tidak mau meninggalkan suaminya sendirian menempati rumah yang sangat mereka cintai. Pemikiran konyol menurut Heechul karena ayah mertuanya sudah meninggal bahkan sebelum dia menikah dengan Hangeng.

 

"Jadi, kenapa eomma menelponku?"

 

Kyuhyun berjalan kearah dapur dan membuka salah satu laci, mengeluarkan sebungkus makanan anjing karena Mojo dan Bugsy sudah menggonggong minta jatahnya.

 

"Aku hanya ingin mengatakan tidak bisa pulang. Hanya itu."

 

"Kupikir kalian ingin menjemputku untuk tinggal di Beijing." Kyuhyun menuangkan makanan anjing itu dimasing-masing wadah milik Bugsy dan Mojo didepan kandang mereka yang ada dihalaman belakang.

 

"Aku yakin kau tidak mau." Ucap Heechul dengan diakhiri kekehan bernada mengejek.

 

"Eomma..."

 

Heechul tertawa mendengar nada rengekan putra manisnya yang sangat jarang terjadi.

 

Kyuhyun membenci ketika ibunya sudah seperti ini, menebak dengan tepat dan dia tidak bisa mengelak. Tidak ada gunanya karena Heechul akan mengejarnya dengan pertanyaan lain yang pada akhirnya ia akan menyerah juga.

 

Kyuhyun menghela nafas melihat keadaan rumah yang sangat sepi. Minho menyusul Suho kerumah neneknya dan dia tidak tahu kapan akan pulang. Tadinya ia ditawari untuk ikut tapi ia menolaknya. Ia tidak mau bertingkah memalukan lagi dihadapan Leeteuk. Walaupun sebenarnya ia juga ingin menanyakan beberapa hal pada Leeteuk.

 

"Apa? Aku benar kan?"

 

"Eomma tidak akan berhenti sebelum aku mengatakan ya." Kyuhyun memutar bola matanya bosan.

 

Kyuhyun juga merasa begitu, merasa tidak ingin pergi dari rumah ini. Padahal dia benci jika suasana sepi seperti ini. Tidak jauh beda ketika ia tinggal bersama orang tuanya memang, hanya berkumpul saat malam hari. Hanya beberapa kesempatan ia bersama ibunya, itupun karena ibunya membutuhkannya untuk mengangkut semua belanjaannya. Tapi dia merasa lebih nyaman berada disini. Mungkin karena ada Siwon.

 

"Kakakmu sedang hamil, sebentar lagi melahirkan."

 

"Jinjjayo? Laki-laki atau perempuan?" Mata Kyuhyun berbinar bahagia, melupakan kejadian menyebalkan sebelumnya.

 

Kyuhyun menoleh kearah pintu dapur mendengar langkah kaki mendekat. Siwon sudah pulang. Kyuhyun mendelikan matanya ketika Siwon tiba-tiba mengecup pelipis dan pipinya.

 

"Kurasa gadis kecil. Kau jangan ikut-ikutan memberikan aku cucu." Ucap Heechul dengan nada berbahaya.

 

"Bukankah eomma sangat menyukai mahluk mungil itu? Aku akan memberikan satu yang lucu untukmu. Tunggu saja sebentar lagi." Kyuhyun menahan tawanya mendengar Heechul berteriak-teriak tidak jelas mengumpat dirinya.

 

"Cho Kyuhyun. Jangan melakukan hal-hal yang aneh. Kau dengar itu?" Desis Heechul.

 

"Sudah ya eomma. Aku ingin melakukan hal yang menyenangkan dengan Siwon hyung. Tunggu kabar baik dariku beberapa bulan lagi eomma. Bye."

 

Kyuhyun memutus sambungan telepon begitu saja dengan terkekeh tanpa mendengar ucapan Heechul selanjutnya yang ia yakini hanya berisi umpatan yang lebih panjang. Sudah lama ia tak mengerjai ibunya yang galak itu.

 

"Ibumu?"

 

Kyuhyun menganggukkan kepalanya dan bergumam mengiyakan. "Kapan kau pulang?"

 

Kyuhyun tidak mendengar ucapan salam Siwon ketika pulang. Sepertinya sudah cukup lama karena pria itu sudah berganti dengan pakaian rumah dan bersiap memasak makan malam.

 

"30 menit yang lalu?" Ucap Siwon tidak yakin. Dia tidak pernah mengukur waktu. "Aku mendengar beberapa kalimat yang kau ucapkan pada ibumu tadi."

 

Siwon membalikkan badannya membelakangi Kyuhyun. Anak itu dengan tanggap menalikan tali apron dipinggangnya, yang sejujurnya Siwon bisa melakukannya tapi entah sejak kapan tugas itu diambil alih oleh kekasih kecilnya.

 

"Yang mana?"

 

"Tentang mahluk mungil. Kau sudah bersedia memberikan Suho seorang adik?"

 

Wajah Kyuhyun dengan cepat memerah, beruntung Siwon tidak melihatnya karena sedang sibuk dengan bahan makanan dan membelakanginya.

 

"Tidak. Aku hanya mengerjai ibuku saja. Jika kau sangat menginginkannya, kau saja yang mengandung. Aku akan bahagia dengan hal itu."

 

"Dan kau yang bekerja. Aku juga bahagia dengan hal itu."

 

"Aku mulai membenci topik ini."

 

Kyuhyun tidak membenci anak kecil, dia lebih banyak mengganggu dan membuat menangis dan berakhir dengan dia yang berteriak kesal karena tangisan yang memekakan telinga itu. Tapi entah sifat jahilnya tidak berlaku untuk Suho. Menurutnya anak semanis Suho harus diperlakukan lebih lembut, tidak seperti keponakannya yang sangat suka menjambak atau mencakar wajahnya. Kyuhyun bisa dibilang tipe pendendam, termasuk pada anak kecil.

 

"Untuk apa itu semua?" Kyuhyun mengedikkan dagunya kearah tepung dan adonan yang diambil Siwon dari kulkas.

 

"Suho tadi malam bilang ingin makan tteokbboki, jadi ya aku akan membuatkannya."

 

"Kenapa tidak beli saja? Itu kan lebih praktis." Kyuhyun tidak mengerti kenapa orang sibuk seperti Siwon mau melakukan hal-hal yang cukup merepotkan dan melelahkan semacam ini.

 

"Suho lebih suka masakan rumahan." Siwon membagi adoanannya beberapa bagian kecil lalu membentuknya menjadi bulat lonjong.

 

Kyuhyun menganggukkan kepalanya beberapa kali. Jika begitu berarti dia harus bisa memasak juga. Dia juga merasa tidak rela keluarganya memakan masakan orang lain.

 

"Sepertinya itu sangat menyenangkan. Bolehkah aku mencobanya?"

 

"Cuci tanganmu dan pakai sarung tangan. Kau bisa mengambilnya dilaci atas sebelah kanan."

 

Siwon tersenyum melihat Kyuhyun yang sedikit berubah akhir-akhir ini. Dia mulai berhasrat untuk menyentuh bagian dapur, untuk saat ini masih sekedar ikut memotong daging dan sayuran atau hanya menungguinya memasak sambil mengajaknya mengobrol. Hanya disore hari karena tentu saja dia tidak bisa bangun kurang dari jam 7 pagi. Persis seperti Minho yang sangat susah jika dibangunkan, jika tidak ada jadwal lari pagi.

 

Siwon

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Agasshi_
Maaf untuk ketidaknyamanan ini. Ff started with a kiss akan dibuka 2-3 hari lagi dikarenakan ada sesuatu yang salah saat chapter 26 dipost. Thanks:)

Comments

You must be logged in to comment
CHK1302 #1
Chapter 1: Ayo dong dicium samà bàbykyui
Nurh4fiz4h
#2
Chapter 29: Cerita yg sangat menarik...
Dari awal sampai ending ceritanya mengundang rasa penasaran...
Dan ending yg sangat indahhh....
terus menulis karya yg bagus tentang wonkyu eonni....???
Lokikitten #3
Chapter 18: Ok i just read it again ..stil good ..i liked it
Icha_starylla96 #4
Readers barh
arjioabrian
#5
Chapter 1: Hollaaa.... saya pendatang baru. Sebenarnya saya pernah baca ini fanfiction.net .Ini salah satu yg menkjadi fav. Saya...
bellatri32 #6
Chapter 29: Kereeeeen bgt ffx..... Q ketawa2 sndiri setiap bagian kyu mulai berdeulusi dgn pikiran2x....kocak,lucu,romantis,sedih,jengkel...lengkap deh....moga ad crita2 lain y g kalah seru....:)
nilatiwi98 #7
Chapter 2: walau sedekit tetep bagus kok ^^
nilatiwi98 #8
Chapter 1: seru aku suka wonkyu. swk. i love this story.
fifikiyu #9
Chapter 26: woah makin penasaran hmpir ending..
semoga keluarga cho n choi bhagia semuanya..
fifikiyu #10
Chapter 4: ceritanya makin menarik n mudah dipahami.. gunadi agassi