The Childhood Friend
I Like You
Chapter 7
The Childhood Friend
"Ka-Kalian... Berkencan?" Krystal masih tak percaya.
"Aku tidak percaya. Mark, aku tahu kau sangat baik hati tapi, kau tidak perlu berbohong. Atau kalian pura-pura berkencan?" tanya Minah.
Mark berdecak kesal, " Selama kita berteman sejak sekolah dasar, kapan aku pernah berbohong padamu, Bang Minah?"
Kedua gadis itu lagi-lagi terdiam. Mereka tidak mampu menyembunyikan raut wajah kesal mereka yang sangat kentara.
"Jika aku melakukan ini kau tidak percaya?"
Mark meletakkan tangannya di pinggul Hyoka dan menarik gadis itu untuk mendekat. Hyoka terkesiap.
"Semua orang melakukan itu bahkan kau sering melakukan itu padaku waktu di sekolah dasar," Minah tertawa meledek.
Mark menarik tengkuk Hyoka dan dan berhasil mendaratkan ciuman di pipi gadis itu—cukup lama.
"Kau percaya sekarang?" seru Mark, "Atau aku harus melakukan yang lebih dari itu di depan kalian?"
Kedua Gadis itu terbelalak.
"Baik, Mark. Cukup! Kami percaya," kata Krystal.
Mark tersenyum dengan penuh kemenangan. Sementara Hyoka hanya bisa pasrah—untuk hari ini saja.
"Kita tunda rapat hari ini. Aku dan anggota klub lainnya sudah jengah menunggu kalian yang tidak kunjung datang. Aku harap kalian mau meminta maaf pada anggota yang lain," kata Mark.
Mark menarik Hyoka keluar dan meninggalkan kedua gadis itu dengan wajah penuh penyesalan.
---------------
Baik Mark maupun Hyoka, keduanya hanya diam tak bersuara setelah masuk ke dalam mobil. Hyoka hanya menatap pemandangan di sepanjang jalan ketimbang berbicara dengan seseorang di sampingnya. Hanya helaan nafas Hyoka yang terdengar setiap 30 detik. Entah ia harus marah, benci, atau bahagia saat ini.
Bahagia? Atas dasar apa ia harus bahagia?
Entah perasaan apa yang membuat Hyoka begitu bimbang harus memutuskan perasaannya sendiri. Ia terlampau lelah jika terus-terusan seperti ini. Belakangan ini Hyoka banyak kehilangan konsentrasi belajar, sampai-sampai ia takut tidak bisa belajar lagi hanya karena masalah ini. Jika Mark menawarkan untuk mengakhiri sandiwara mereka, Hyoka bersumpah akan menerimanya dengan senang hati.
"Maaf jika aku berlebihan."
Akhirnya Mark membuka pembicaraan. Bahkan suasana semakin terasa canggung.
Hyoka menggeleng sambil masih menatap keluar jendela, "Tidak masalah. Aku pikir kau sudah memikirkan segala keputusanmu dan itu pasti yang terbaik untuk..... untukmu?"
Mark menghela nafas, "Kau marah padaku, benar?"
Perlu diingat, Mark tidak pernah salah dalam menebak.
"Bagaimana ya? Aku juga bingung harus menyebutnya 'aku marah' atau 'aku sedih' atau 'aku senang'. Aku tidak bisa menjelaskannya. Sebut saja ini.... muak? Tsk," Hyoka tersenyum kecut.
"Jika kau marah padaku, katakan saja. Seperti kau mau memukulku? Mencubitku? Menggelitikiku? Silahkan, aku tidak akan membalasnya," kata Mark.
Hyoka melongos kesal, "Bagaimana jika aku ingin membunuhmu?"
Mark bergeming.
"Cium aku terlebih dahulu," seru Mark.
"Ya! Bisakah kau berhenti membahas soal ciuman? Aku benar-benar geli," kata Hyoka.
Mark mengenggol lengan Hyoka, "Bilang saja kau ingin lagi, 'kan?"
Tidak disangka sisi menyebalkan dari seorang Mark bisa separah ini.
KRIIING...
Ponsel Hyoka berdering. Hyoka menatap display name sesaat sebelum menjawabnya.
"Halo?"
"Hello, Hyoka Han! Kau masih mengingatku?"
Hyoka terdiam sejenak.
"Uhm... Woobin oppa?"
Seseorang disebrang tertawa keras, "Kau sekarang cukup pintar, gadis manis!"
"Hai, oppa! Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?"
"Sangat baik setelah bisa meneleponmu, haha. Dan sebentar lagi kita akan bertemu."
Jantung Hyoka seakan mencelos.
"Apa? Benarkah? Kau ada di Seoul?"
"Aku sekarang ada di Seoul. Maaf sebelumnya, Hyoka. Apa kau bisa menjemputku di bandara? Aku sudah menyewa sebuah flat tidak jauh dari rumahmu."
Hyoka benar-benar melupakan seseorang yang sedang bersamanya, sedangkan ia menikmati perbincangannya sendiri via telepon.
"Uhm... bagaimana ya, oppa? Tunggu sebentar."
Hyoka menatap Mark. Bukan tatapan muak seperti sebelumnya. Tatapannya kali ini bisa disebut... tatapan memohon? puppy eyes?
"Mark Tuan..." panggil Hyoka dengan lembut.
Mark hanya bergeming.
"Aku ingin meminta tolong padamu untuk mengantarku ke bandara. Tidak jauh 'kan dari sini?" kata Hyoka.
"Bandara? Kau mau kemana?" tanya Mark, masih terfokus pada jalanan.
"Teman lamaku datang ke Seoul. Dia baru datang dari Amerika," jawab Hyoka, "aku bisa pulang dengan taksi. Kebetulan flatnya tidak jauh dari rumahku."
"Hm... Baiklah. Akan kuantar pulang sekalian. Anggap saja sebagai permintaan maafku," kata Mark.
Comments