8 cm
I Like You
Chapter 14
8 cm
Dengan penuh ketekunan, gadis berambut cokelat bergelombang—Hayana, memoles wajah putih Hyoka. Dengan berbagai alat make up yang sudah berjejer di meja rias, sehingga ia tinggal menyahut benda-benda tersebut dengan mudah. Malam ini gadis yang hendak menginjak usia remaja tersebut benar-benar mengerahkan segala usahanya untuk membuat Hyoka tampak cantik. Kemampuan meriasnya sungguh tidak sia-sia. Hanya bermodalkan video tutorial dari youtube, kemampuan yang Hayana miliki sudah di atas rata-rata.
Sementara itu, Hyoka hanya mengekor perintah dari Hayana. Meski sempat mengajukan beberapa kali protes terhadap Hayana karena menurutnya ada bagian yang terlalu tebal, mencolok, dan sebagainya. Hyoka bukanlah tipe gadis yang senang bersolek ria, terlebih untuk menarik perhatian lawan jenis. Tidak pernah terbesit hal itu di benaknya. Yang ia tahu hanyalah buku dan pendidikan. Dan kini ia tersadar akan suatu hal, ia jadi merasa bodoh hanya karena tidak bisa merias wajahnya sendiri. Rasanya kata 'perempuan' tidak ada artinya, karena yang ia tahu laki-laki dan perempuan semua sama saja.
"Kau harus menunjukkan sisi cantikmu, eonni," kata Hayana disela merapikan rambut Hyoka, "Aku tahu kau pasti tidak terbiasa dengan hal-hal semacam ini. Tapi, kau ini perempuan. Mana mungkin hanya berteman dengan buku."
"Nah, tinggal sentuhan terakhir," Hayana meraih lipstick warna pink yang tergeletak di atas meja, memadukannya dengan lipgloss dengan warna serupa. Memberi sentuhan terapik dengan detail yang menegaskan garis bibir Hyoka. Terlihat sederhana namun tetap berkelas.
Hayana melangkah mundur untuk melihat seluruhnya lebih jauh. Menyaksikan Hyoka dari ujung kaki hingga kepala. Sungguh objek yang mengagumkan, pikir Hayana.
"Eonni cantik sekali!" pekik Hayana kegirangan. Kerja kerasnya tidak pernah terlihat sesempurna ini, atau memang karena Hyoka yang terlalu cantik? Gaun merah marun yang sengaja Hayana pesan khusus untuk Hyoka, tampak mengkilat dari kejauhan. Serta renda-renda yang tersusun apik dan melingkar di bagian bawah. Rambut panjang Hyoka yang sengaja ditata ke samping, kalung mutiara milik Hayana yang melingkar di leher Hyoka—sangat mengkilau. Semuanya tampak indah saat Hyoka yang mengenakan.
"Saatnya kita turun ke bawah. Mark oppa pasti sudah menantimu, eonni," Hayana menarik tangan Hyoka.
Mereka menuruni belasan anak tangga untuk sampai ke lantai bawah. Dan itu membuat Hyoka harus bersusah payah mengatur keseimbangannya dalam berjalan. Hayana terlalu bersemangat untuk menunjukkan hasil karyanya kepada Mark. Langkahnya semakin cepat seiring dengan senyumnya yang kian melebar.
"Kita hampir terlambat, Hyo—"
Mark mendelik ke arah Hayana, seakan mempertanyakan eksistensi gadis di sampingnya. Bukan Hayana jika ia tak mengerti bahasa tubuh Mark. Gadis itu tersenyum sekilas, menatap ganti Mark.
"Kau tidak mau menanyakan keberadaan Hyoka eonni, oppa?" tanya Hayana, melipat kedua tangannya di depan dada.
"Dimana Hyoka?" tanya Mark seketika.
"Bagaimana jika kau pergi dengan gadis ini saja?" Hayana menunjuk Hyoka dengan ibu jarinya, masih mengulas senyum misterius itu.
Mark tidak serta merta menjawab tawaran adiknya. Ia memandangi gadis di samping Hayana sekali lagi, menatapnya lekat-lekat. Ya, ini di luar dari kesadaran Mark jika memandangi seorang gadis terus-menerus itu tidak sopan. Tapi, rasa penasarannya yang mendorong dirinya untuk melakukan hal tersebut.
"Aku tidak ada waktu untuk taruhan denganmu, Hayana. Dimana Hyoka?" tanya Mark.
"Kalau begitu kau harus pergi dengan gadis ini," seru Hayana.
Mark mendengus seraya berkacak pinggang, "Bagaimana jika aku hanya ingin pergi dengan Hyoka, huh?"
Hayana tergelak singkat, "Itu berarti kau hanya mau pergi dengan gadis ini, oppa."
Mark memiringkan kepalanya—bingung, "Maksudmu?"
"Dia adalah Hyoka Han. Hyoka eonni. Gadis yang kau cari, 'kan?"
Kedua mata Mark terbuka selebar-lebarnya, menatap Hyoka dan Hayana bergantian.
"Ayolah, Hayana. Jangan bercanda—"
"Barani taruhan—lagi?" sela Hayana.
Mengingat jika Hayana sudah berani taruhan seperti ini, mau tidak mau kepercayaan Mark meningkat 99%. Karena setiap taruhan, Hayana selalu menang. Dan itu sudah mengindikasikan bahwa Hayana tidak berbohong. Perlu dicatat.
Mark berjalan ke arah keduanya. Menatap Hyoka lamat-lamat—bahkan hampir lupa untuk mengerjapkan mata.
"Hyoka?"
Hyoka mengulas senyum, meski tak begitu lebar. Mark merasa dibodohi oleh adiknya. Bagaimana bisa ia mengubah Hyoka menjadi sedemikian rupa?
It's just beautiful.
B.E.A.U.T.I.F.U.L
"Cepat berangkat! Katanya terlambat?" seru Hayana yang memcahkan lamunan Mark.
"Ingat ya! Bawa Hyoka eonni pulang kemari!"
---------------
Malam ini Ballroom Hyunggi di dekor romantis dengan perpaduan warna abu-abu dan cokelat serta nuansa vintage yang sangat klasik. Jendela-jendela tinggi lengkap dengan gorden keemasan menambah kesan classy. Dan yang tidak kalah memukau, lantai dansa yang disorot dengan lampu panggung di tengah ballroom itu. Semua yang berada di sana tampak sangat menikmati musik khas Pavarotti yang di putar saat ini. Tidak ada kata lain untuk mendeskripsikan suasana ini selain 'awesome'.
Waktu seakan berhenti ketika sebuah mobil putih berhenti tepat di depan gedung tersebut. Seorang pria keluar dari pintu mobil sebelah kanan dengan tuksedo hitam serta dasi dengan warna senada. Ya, tidak perlu bertanya siapa gerangan pria dengan tuksedo hitam itu. Semua yang hadir di acara tersebut pasti sudah tahu, terlebih orang itu lah yang akan memimpin acara ini. Pria itu masih berdiri di samping mobil sembari merapikan jas yang ia kenakan. Tubuhnya gesit bergerak ke sisi kiri mobil untuk membukakan pintu mobil tak lama setelah itu. Ia mengulurkan tangan kanannya seraya menunduk dan disambut oleh tangan seorang gadis.
Gadis itu melangkahkan kakinya keluar dari mobil dibantu dengan pria yang menggandeng tangannya tadi. Tangan kirinya mencincing gaun merah marunnya untuk memudahkan gadis itu melangkah menaiki beberapa anak tangga. Layaknya lautan manusia, semua tamu yang hadir malam ini penuh dengan rasa keingintahuan akan siapa gadis itu. Mereka samasekali tidak mengenalinya.
Cantik, cantik, dan cantik. Hanya itu yang a
Comments