Hello, Mr. Kang!
I Like You
Chapter 11
Hello, Mr. Kang!
Sudah lewat dari empat puluh menit Bambam duduk di ruangan itu. Aroma kopi di ruangan itu sangat khas hingga tercium dari tempat Bambam duduk saat ini. Dekorasinya sangat unik—bertemakan kafe-kafe Eropa dengan warna cokelat pastel mendominasi dari dalam hingga luar ruangan tersebut. Bambam duduk tidak jauh dari pintu masuk—di samping etalase. Matanya mengerjap berulang kali. Menantikan seseorang yang ia tunggu sejak tadi untuk segera hadir di hadapannya.
Bambam meraih segelas bubble ice coffee yang tersaji di depannya. Cairan kecokelatan itu mengalir melewati cereal straw hingga sampai ke kerongkongannya. Rasa manis-pahit yang berasal dari minuman itu seketika melebur di dalam mulut. Bambam mengecapkan lidah, menyesap sisa-sisa rasa bubble ice coffee yang masih ada di lidahnya. Menyisakan minuman itu hingga setengah isi.
Bambam menghela nafas berat. Meskipun ia sudah bermain-main dengan minumannya selama sepuluh menit, orang itu tidak datang juga. Ia bukanlah orang dengan banyak waktu luang, pekerjaan menunggu memang yang paling membosankan di dunia.
"Maaf, menunggu lama ya?"
Seseorang masih dengan balutan seragam sekolah Hyunggi, menghampiri Bambam. Pria itu menarik kursi di depannya lalu duduk.
"Aku baru saja mengantar Hyoka pulang," kata orang itu. Yang tak lain adalah Mark.
Bambam hanya membalas dengan anggukan lalu tersenyum.
"Ada urusan apa kau memintaku kesini?" tanya Mark dengan wajah serius, "Apa ini menyangkut tentang klub?"
"Bukan," jawab Bambam—mimiknya lebih terlihat serius.
Mark yakin ia tidak pernah melihat Bambam dengan wajah seserius ini kecuali saat ia berlatih dance. Ia yakin ini pasti perbincangan serius hingga Bambam memintanya untuk membicarakan ini di luar sekolah, terlebih hanya mereka berdua tanpa anggota klub lain. Jadi, ini bukan masalah klub?
"Lalu, kau ingin bicara apa?" kata Mark.
Bambam menghela nafas panjang sebelum ia memulai kalimat pertamanya.
"Ini tentang dirimu.... dan Hyoka," jawab Bambam.
Mark memiringkan kepalanya. Dahinya berkerut dan sudah pasti ia penasaran apa yang dimaksud Bambam.
"Hubunganmu... tersisa satu bulan lagi, 'kan?" kini Bambam yang bertanya.
Mark mengangguk.
"Itu berarti setelah satu bulan berakhir, baik kau maupun Hyoka akan segera 'terbebas' dari sandiwara ini," kata Bambam, "Kalian akan benar-benar berakhir?"
"Langsung pada inti pembicaraan saja," seru Mark. Ia memang tipikal pria yang tak suka berbelit-belit. Dan ini menjadi masalah yang cukup sensitif di telinga Mark.
Bambam tersenyum misterius. Meneguk sisa bubble ice coffee miliknya hingga habis tak tersisa setetes pun. Sebenarnya masih ada perasaan tidak yakin pada diri Bambam untuk melanjutkan kalimatnya.
"Kau belum menjawab pertanyaanku, Mark hyung," ujar Bambam.
Mark terdiam sejenak. Iris matanya seakan ragu menatap balik lawan bicaranya, apalagi menjawab pertanyaan itu.
"Tidak sepenuhnya berakhir," jawab Mark. Masih ada keraguan yang tersirat dalam kalimat tersebut.
"Kita masih berteman atau...."
Dan Mark Tuan pun menggantungkan kalimatnya begitu saja. Bambam masih menunggu kelanjutannya. Separuh dari dirinya yakin bahwa Mark tidak akan meneruskan kalimat tersebut.
"Kedengarannya kau mengharapkan sesuatu di balik kalimat rumpangmu," kata Bambam.
Mark mengendikkan bahu, "Begitulah. Aku memang berharap kita masih bisa berhubungan satu sama lain. Rasanya canggung jika hari itu datang lalu saat aku bertemu dengan Hyoka, kita justru saling membuang muka, bukan begitu?" terangnya.
Bambam mengayunkan kepalanya ke atas dan ke bawah—tanda menyetujui.
"Kau yakin tidak berharap lebih? Seperti berkencan sungguhan?" Bambam mengerling.
"Eh?" Mark berjengit kaget.
"Uhm... kurasa tidak," jawab Mark singkat.
"Aku ingin berpesan sesuatu padamu. Bukan sebagai seseorang yang lebih muda darimu, tapi sebagai sahabatmu," seru Bambam.
Bambam mencondongkan tubuhnya ke depan agar bisa lebih dekat dengan Mark.
"Aku harap kau tidak menyakiti Suzy nuna," ujar Bambam setengah berbisik.
"Menyakiti?" Alis Mar berjinjit tinggi hingga hampir menyatu.
"Kau tau 'kan kalau Suzy nuna masih menyimpan perasaan padamu. Di depan ia terlihat mendukung hubungan kalian, tapi aku tahu perasaan dia yang sebenarnya," jawab Bambam.
"Mungkin aku akan berkencan dengannya setelah hubunganku dengan Hyoka berakhir," jawab Mark.
Bambam mendelik, "Kau serius?"
"Jangan bercanda," seru Mark.
"Lalu, bagaimana dengan Hyoka?" tanya Bambam, "Bagaimana jika dia selama ini juga mempunyai perasaan padamu? Apa kau akan menolaknya begitu saja?"
Lagi-lagi Mark tidak bisa menjawab.
"Jangan mengatakan hal-hal konyol, Bambam. Mana mungkin—"
"Jika dia baru saja mengatakan itu padaku, bagaimana?" Bambam hampir berteriak.
Ia menyentuh bibirnya secepat kilat. Apa yang baru saja ia katakan benar-benar hanya bualan. Kapan Hyoka mengatakan itu padanya? Bambam benar-benar sudah hilang fokus.
"Apa?" seru Mark.
Bambam hanya berniat memancing Mark. Pada siapa hatinya saat ini tertuju, tapi kelihatannya cukup sulit. Apa Mark sudah tertular virus bad boy milik JB?
"Bagaimana jika Hyoka mengatakan padaku kalau ia mencintaimu?" tanya Bambam.
"Aku belum bisa menjawab," kata Mark.
"Hey, ayolah! Kau pria dan masalah begini saja harus berpikir lama. Dimana sifat kejantananmu selama ini?" seru Bambam, "Kau bimbang, 'kan?"
Mark bergeming.
"Jangan bilang kau—"
"Berhentilah memojokkanku, Bambam," kata Mark, "Jangan bersifat seperti kau mengetahui segalanya yang ada pada diriku."
Bambam mulai terpancing, "Aku hanya tidak mau jika kau menyakiti Hyoka, hyung."
Mark berdecak, "Tsk. Kau menyukainya?"
"Dia sahabatku," seru Bambam.
"Oh sahabat rupanya," seru Mark, "Bagaimana jika sahabat
Comments