Sleepless Night

I Like You
Please Subscribe to read the full chapter

 

Chapter 21

Sleepless Night

 

Hari ini Ibu ada urusan di rumah Paman Han. Ibu mungkin akan pulang terlambat. Jiika bus menuju Seoul tidak kunjung datang, Ibu terpaksa harus menginap di rumah pamanmu. Maaf, Hyoka, Ibu sangat terburu-buru dan hanya bisa menulis catatan ini.

 

Love,

 

Ibu

 

 

Selang beberapa detik setelah berhasil menangkap isi dari note kecil yang ia temukan tertempel di daun pintu rumahnya, Hyoka masih tak berekspresi. Jika saja ia tidak membantu Mr. Kim untuk mengoreksi ulangan matematika kelasnya, ia pasti masih bisa menahan Ibunya untuk pergi. Seluruh jagat raya pasti tahu kalau Hyoka benci-sendirian-di rumah. Tapi, Ibunya selalu saja tidak mengindahkan fobia anak satu-satunya itu. Alasannya sih simpel; agar Hyoka terbiasa sendiri di rumah. Namun, sampai akhir zaman pun Hyoka tidak akan pernah bisa. Ia berani bersumpah!

Ia meremas kertas persegi warna kuning itu lalu melemparnya asal ke halaman rumahnya. Ditariknya kenop pintu hingga menimbulkan decitan yang nyaring karena rumahnya yang kosong, bahkan jangkrik pun tak sudi datang ke rumahnya sekedar pemecah keheningan. Sejenak, Hyoka merasa ada yang bergetar di saku blazernya. Ia mengambil benda itu dan melihat dengan jelas nama 'Ibu' di layar ponselnya. Buru-buru ia menjawab, niat hati ingin sekali mengomel pada Ibunya.

 

"Halo—"

 

"Hyokaaa! Ibu minta maaf."

Suara nyaring Ibu membuat Hyoka sedikit menjauhkan speaker dari telinganya.

"Ibu tidak tahu jika bus menuju Seoul sudah habis, jadi..."

Nah, benar, 'kan? Ibunya selalu saja begini. Kejadian yang tidak asing bagi Hyoka.

 

"Jadi, kapan Ibu pulang? Kau tahu? Aku sendirian, Ibu—"

"Tenang saja," sela Ibunya dengan nada santai. Apa seorang Ibu selalu santai saat meninggalkan anak gadis satu-satunya tidur sendiri di rumah?

"Ibu sudah meminta anak muda tetangga depan rumah untuk menemanimu."

"Hah?"

"Sudah, ya. Ibu harus kembali ke rumah pamanmu. Selamat sore, Hyoka."

"Tu-Tunggu! Jangan ditutup—"

 

Pada akhirnya, Ibunya telah memutus panggilan terlebih dahulu disaat ia masih butuh penjelas tentang anak muda–depan rumah–menemani. Ia butuh klarifikasi tentang hal ini. Sejurus, Hyoka teringat dengan perkataan Mark, ada keluarga yang telah membeli rumahnya dan dalam waktu dekat akan segera menempati rumah itu. Ah, mungkin saja seseorang yang akan menemaninya malam ini adalah gadis yang dibicarakan Mark tempo lalu.

Hyoka bergegas mengganti seragamnya dengan baju santai yang biasa ia kenakan di rumah. Sembari membereskan piring-piring dan beberapa gelas kaca ke dalam rak ia bersenandung. Tepat saat Hyoka berhasil meletakkan gelas terakhir ke dalam rak, suara bel rumahnya menggema di ruangan. Cepat-cepat Hyoka menghampiri pintu depan dan menghela napas sebelum membuka pintu.

"Semoga tidak akan menjadi canggung meski ini pertemuan pertama kami," gumam Hyoka.

 

Hyoka memutar kenop pintu dan mendorongnya perlahan. Sejenak, ia tercengang. Postur tegap nan tinggi tengah berdiri membelakanginya. Dilihat dari belakang saja semua pasti langsung bisa menebak; dia adalah seorang pria. Rambutnya kecokelatannya sempat bergoyang tertiup angin sebelum pemuda itu membalikkan tubuhnya.

"Hai," sapaannya begitu akrab.

"Hei, kenapa kau disini, Mark Tuan?!" pekik Hyoka.

Kedua alis Mark bertemu di tengah, "Ibumu yang memintaku untuk menemanimu malam ini."

"Kau—"

"Persilahkan dulu tamumu masuk, baru kau boleh tanya-tanya."

 

Hyoka menarik langkah ke belakang untuk mempersilahkan pemuda itu masuk dan memberi jalan untuknya. Matanya terus mengekor kemana Mark berjalan hingga akhirnya menempatkan diri di sofa. Hyoka masih berdiri mematung di depan pintu, menyaksikan objek yang tak disangka-sangka bisa hadir di depannya—lagi. Mungkin karena merasa risih dengan tatapan menusuk Hyoka, Mark memutuskan untuk bertanya.

"Kau tidak ingin aku disini? Sepertinya kau marah padaku. Apa karena malam itu aku meninggalkanmu?"

Hyoka bergeming, hanya mengendikkan bahu sembari berjalan menuju sofa di depan Mark.

"Kau seharusnya sudah berada di Amerika," kata Hyoka lirih.

"Oh, soal itu. Aku menunda penerbanganku hari ini."

"Apa karena Ibuku memintamu untuk menemaniku pagi tadi?" tanya Hyoka.

 

Keduanya terdiam meski saling beradu pandang tanpa menyiratkan ekspresi apapun. Suara dentang jarum jam seakan menjadi satu-satunya hal yang menginterupsi konversasi mereka saat ini.

"Apa kau bercanda? Masih ada berkas kepindahanku yang harus kubereskan. Mana mungkin aku—"

"Ternyata aku salah," ucap Hyoka lalu tersenyum, "Kau mau kubuatkan minum?"

"Secangkir teh, mungkin," jawabnya dengan cengiran.

 

---------------

 

"Drama lagi, drama lagi." Jaebum mendesah diikuti tubuhnya yang terhempas dengan sempurna di atas sofa panjang ruang Klub Tensai. Ia tidak sedang mengigau ataupun berkhayal sendiri, lebih tepatnya ia tengah mengomentari kebiasaan gadis di sampingnya. Tapi, tampaknya gadis itu tampak acuh dengan perkataan Jaebum.

 

"Apa semua gadis sangat menyukai drama?" seru Jaebum, "Kenapa mereka sangat mengharapkan hal romantis dalam drama yang tidak masuk akal terjadi pada kehidupan mereka?"

Gadis itu—Krystal, melirik sekilas dengan ekor matanya, lalu kembali terfokus pada televisi di depannya.

"Hei, Krys. Kau memotong ponimu? Kau sangat cocok dengan style itu, kau tahu. Gadis dengan poni terlihat sangat imut—"

"Pria dengan banyak mulut terlihat sangat menyebalkan," sahut Krystal dengan nada yang datar.

"Apa aku seperti itu? Aku hanya memuji—"

"Berhenti mengomentariku. Asal kau tahu, aku tidak mempan rayuanmu. Dasar kelinci," lagi-lagi Krystal memotong kalimat Jaebum. Pria itu hanya mengangguk pasrah. Tidak apa-apa jika Krystal menganggapnya begitu meski kenyataannya tidak demikian. Dirinya sendiri juga bingung kenapa eksistensinya di Hyunggi terkenal sebagai seorang playboy. Padahal ia hanya memiliki banyak teman wanita dan jarang-jarang menggoda mereka. Baiklah, ia anggap ini adalah konsekuensi yang harus ia terima. Memiliki wajah tampan me

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
irfanard #1
Chapter 21: Aku baru baca sekarang.. Dan mantaapp laahh.. Sukaa
ngger_palupi #2
Chapter 18: Cinta dan rasa ingin memiliki itu tidak sama..
hiiiaaattt,, jeddddiieeerrr,,!
beda tipis tp tetep tidak sama,,,
suka banget ma FF author ini,..
gegara mbaca di https://indofanfictkpop.wordpress.com/2014/04/09/i-like-you-prologue/ yang hanya sampai 17 part,,
buru" searching ke AFF untuk lanjut chapter,,,
matur nuwun sudh buat AFF yang jempol banget,,
buat lagi AFF author-nim,,, T_T
sarnikelodeon #3
Chapter 22: Ff mark pertama yg aku sukaaaa. Hahahaha
Thank you so much thor. Aku nyari2 ff mark yg rame ko susah yaa *sebelumnya bergelumut dengan /gs.
Aku suka karakter mark dan hyokanya.
Hyokanya ga lemah2 amat gitu. Jd seneng. Wkwkwk
Dan mark dengan segala pesonanya.
Tp aku baru baca ini di tahun 2016? Hahaha
Tp gpp kan, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali ^-^v
itaboomis #4
Chapter 5: Mark semakin lama makin so sweet dech unyuk ah
itaboomis #5
Chapter 5: Mark semakin lama makin so sweet dech unyuk ah
faatihaismi #6
Tapi endingnya gantung T^T,padahal ceritanya bagus -_____-
rekhahgase #7
sekian lama liat chapter awal ff ini kirain kurang menarik, pas mampir kesini baca dari awal lagi ternyata dugaan saya salah :') baca dari awal chapter sampe end. bener" gantung author T_T suka karakter mark disini, sedihnya bias saya yugyeom cuma kebagian dikit gapapalah. ffnya diksi, dan lainnyalah kereen. DAEBAK!!! minta sequel dong, semoga authornya liatt T.T
btw saya telat baca, sekarang udah 2016 :D
bybblue17 #8
suka banget sama ff ini, udah mah character nya biasku trus genrenya juga aku suka ^^
ernmln7 #9
Chapter 2: amazing. it's so amazing
ernmln7 #10
i like it!