Help Me!
I Like You
Chapter 3
Help Me!
Hyoka menarik nafasnya dan menghembuskannya perlahan. Hari ini, ia masih bisa menginjakkan kaki di Hyunggi. Kini ia bisa bernafas lega setelah sebuah insiden yang kemarin menimpanya dan membuat Hyoka hampir di tendang dari dari Hyunggi. Tuhan masih menyayangiku, begitulah ungkapnya dalam hari. Hyoka tidak pernah sesemangat ini untuk berangkat ke sekolah, terlebih ia harus menghadapi Ms. Jung, guru matematika yang cukup killer dan terkenal galak. Yang paling penting adalah... Ia masih bisa bersekolah di Hyunggi dan melanjutkan prestasinya.
"Han Hyoka!" teriak seseorang di seberang lapangan basket. Orang itu menghampiri Hyoka. Tak hanya itu, gadis itu langsung memeluk Hyoka dengan erat. Erat sekali hingga Hyoka sulit bernafas.
"To..long..le..le..paskan aku!" kata Hyoka. Ia berhasil melepaskan diri dari dekapan Jay—gadis yang memeluknya dengan erat.
"Kukira aku tidak akan bertemu lagi denganmu," kata Jay.
"Aku masih disini," jawab Hyoka.
"Apa kau menemukan keajaiban kemarin? Bagaimana kau menemukan dompet itu? Kau harus menceritakan semuanya padaku!" Jay memborbardir Hyoka dengan ribuan pertanyaan. Hyoka hanya menyanggupi lalu bergegas menuju kelas.
Hiruk pikuk kelas masih seperti biasa, tidak begitu ramai maupun sepi. Sudah ada beberapa siswa yang lebih dulu tiba dari dirinya. Semuanya kembali seperti biasa. Segerombol siswa perempuan yang kemarin mem-bullynya juga tampak bersahabat seperti sedia kala. Baguslah, gumam Hyoka. Kehidupannya bisa kembali normal. Namun, ada satu hal yang kelihatannya sepele tapi harus tetap ia lakukan. Ia benar-benar melupakannya kemarin. Hal itu adalah berterimakasih pada Mark.
Damn, bagaimana ia bisa lupa? Seharusnya setelah Mark mengajaknya keluar, ia langsung berterimakasih. Tapi, tidak bisa disalahkan juga karena setelah keluar dari kelas, Mark langsung pergi tanpa menghiraukan Hyoka. At least, dia bertanya 'kau tidak apa-apa?'
Dan pertanyaannya sekarang adalah... Dimana Mark? Bel masuk sudah berdering sejak tadi tapi, batang hidungnya pun tak nampak. Apa ia absen hari ini?
"Hyoka Han," sapa seorang dan menepuk pundak Hyoka, membuyarkan lamunannya.
"Bambam? Hyoka nampak terkejut.
"Syukurlah kau masih bersekolah di Hyunggi," kata Bambam, "jika kau pergi, aku akan kehilangan satu penggemarku."
Bambam terkikih.
"Terimakasih atas bantuannya kemarin," kata Hyoka.
"Bantuan? Oh itu... bukan aku. Itu pemikiran dari Mark hyung sendiri. Aku hanya menemaninya karena dia memintaku," jawab Bambam.
Jadi itu semua berkat Mark Tuan? Mark Tuan? Menyelamatkanku?
"Benarkah? Kupikir dia tidak akan melakukan hal sampai sejauh itu karena waktu kita pertama bertemu, Mark berbicara sedikit kasar padaku," ungkap Hyoka.
"Aku 'kan sudah bilang, suatu saat kau pasti akan mengetahui sisi baik dari Mark hyung."
Baiklah. Anggap saja aku lupa tentang hal itu.
"Lalu, dimana dia sekarang?" tanya Hyoka.
Bambam terdiam. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, seakan ingin menghindari pertanyaan itu.
Hyoka kembali mengulang pertanyaannya, kini dengan menyenggol tangan Bambam.
"Bambam, dimana Mark Tuan?"
"Uhm... apa aku bisa mempercayaimu?" tanya Bambam tiba-tiba.
"You can trust me, I'm your fan," jawab Hyoka.
Bambam tampak menimang-nimang.
"Hari ini dia absen," kata Bambam.
"Absen?"
"Ya. Aku rasa besok pun begitu," lanjut Bambam.
"Kemarin ia terlihat baik-baik saja, apa ada alasan lain?" Hyoka semakin penasaran.
"Tentu saja ia absen bukan tanpa alasan," jawab Bambam, "Ini berkaitan tentang isu yang memanas di Hyunggi."
Isu? Isu yang mana? Tunggu... apa ini tentang... isu gay? Kupikir berita itu sudah tenggelam.
"Isu ini bahkan sudah menyebar ke luar Hyunggi. Hari ini Mark hyung dipanggil oleh Kepala Sekolah untuk mengklarifikasi ke beberapa media sekolah tentang isu ini. Kalau tidak salah, besok lusa Mark hyung akan mengadakan jumpa pers," kata Bambam.
"Apa isu itu benar?" tanya Hyoka.
Bambam menatap Hyoka, cukup serius.
"Opss... maaf. Aku tidak bermaksud sejauh itu—"
"Tentu saja tidak. Delapan tahun kita bersama, baru kali ini ada isu seperti ini. Aku bahkan ingin tertawa terbahak-bahak setelah mendengar berita bodoh itu. Lagipula, JB hyung adalah tipe pria playboy. Jika dia benar-benar 'menyukai' Mark hyung, berarti seluruh wanita sudah musnah dari permukaan bumi," jawab Bambam.
Hyoka menggangguk, diiringi Ms. Jung yang memasuki kelas.
"Kita lanjutkan nanti ya."
Bambam kembali ke tempat duduknya.
---------------
Mark menarik nafasnya dalam-dalam sebelum memasuki sebuah ruangan di hadapannya—Ruang Kepala Sekolah. Mark meraih kenop pintu berwarna kuning keemasan itu lalu memutarnya. Terdengar derit pintu seiring terbukanya pintu tersebut, menampakkan seseorang yang sedari tadi menunggu kedatangannya.
"Kau datang tepat waktu, Mark Tuan. Silahkan duduk," sapa orang tersebut yang tak lain adalah sang Kepala Sekolah.
"Jadi, mengapa anda memanggilku kemari, Mr.?" tanya Mark.
"Kau masih bertanya?" kata sang Kepala Sekolah.
Mark menyeringai.
"Biar kutebak, apa ini men
Comments