We're Dating
I Like You
Chapter 6
We're Dating (?)
Dibawah naungan pohon rindang yang berdiri kokoh di halaman sekolah, Hyoka duduk sembari membaca novel fiksi dari novelis favoritnya Agatha Christie. Novel bergenre misteri yang baru dipinjamnya dari perpustakaan itu sangat cocok menjadi teman istirahatnya siang ini. Mungkin ini tempat yang paling baik untuk menghabiskan waktu dengan hobi membacanya tanpa perlu ia merasa risih dengan orang-orang di sekitarnya yang mulai bertingkah aneh terhadapnya. Bagaimana tidak, semua orang di lingkungan sekolah mendadak bertingkah canggung jika bertemu dengannya, berkata seperlunya, bahkan melihatnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Semua itu terjadi setelah jumpa pers yang dihadiri Mark seminggu yang lalu. Hidupnya bagai dihantui bayang-bayang kelam yang akan segera menimpa diri Hyoka. Ada rasa gelisah di setiap helaan nafasnya. Hyoka tidak membayangkan akan seburuk ini. Tiga bulan akan menjadi waktu yang sangat lama jika tidak ada yang berubah. Hyoka memandangi halaman buku yang ia buka—bukan membaca deretan huruf yang ada pada buku tersebut melainkan hanya menatap kosong. Sejurus kemudian, ia menghela nafas panjang.
"Akhir-akhir ini aku sering melihatmu menghela nafas. Apa sebanyak itu masalahmu?"
Gadis itu mendongak. Hyoka merentangkan telapak tangan di depan wajahnya, berusaha menghalau sinar matahari yang tepat berada di belakang pria yang menghampirinya tersebut. Pria itu bergeser ke kiri dan tersenyum, memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
"Bambam?" Hyoka menerka.
"Aku membawa mereka," kata pria pemilik-gigi-rapi itu, Bambam.
Hyoka menatap beberapa orang yang sebelumnya bersembunyi di balik punggung Bambam dan sekarang mereka tersenyum ke arah Hyoka. Ada satu..dua..tiga..empat.. lima orang yang berdiri di depannya. Hyoka berdiri, kemudian membersihkan bagian belakang rok cokelatnya yang kotor karena duduk diatas rumput.
"Hai," sapa seseorang berambut pirang yang berdiri paling depan.
Hyoka tersenyum ramah.
"Mereka anggota Klub Tensai," kata Bambam,"Yang baru saja menyapamu namanya JB."
"JB? Jadi kau yang bernama JB," kata Hyoka.
Kelima orang itu memperkenalkan diri mereka masing-masing. JB memulai terlebih dahulu, dilanjutkan Jinyoung, Jakcson, Youngjae, dan diakhiri maknae Klub mereka, Yugyeom.
"Sejak kemarin mereka selalu mendesakku untuk dikenalkan denganmu," bambam mencibir.
"Kami hanya ingin tahu seperti apa gadis yang disukai ketua kami dan ternyata kau cantik juga," kata Jackson.
"Jackson Wang-ssi! Jaga ucapanmu ya! Kau tidak tahu dengan siapa kau merayu? Akan kulaporkan Mark jika kau mengulanginya," JB mengancam dengan kepalan tangan yang siap untuk melayang ke arah Jackson.
Semuanya tertawa. Hyoka hanya tersenyum canggung.
"Kapan-kapan kau bisa berkunjung ke ruang klub kami jika ada waktu. Mark biasanya mengerjakan tugasnya di ruang klub, jadi kau bisa menemaninya disana," kata Jinyoung.
"Han Hyoka akan sering berkunjung kesana karena dia sebentar lagi akan menjadi anggota Klub Tensai. Iya bukan?" Bambam menyenggol lengan Hyoka pelan. Hyoka tersentak.
"Benar begitu, Hyoka Han?" tanya JB.
"Uhm... Iya. Ak-Aku akan melakukan tesnya... minggu ini."
Kelima anggota Tensai tersebut tampak antusias.
"Kau tidak perlu melakukan tes," sela Jackson, "Cukup mendaftar dan kami akan menerimamu dengan tangan terbuka."
"Tidak. Aku harus mengikuti prosedur yang semestinya dan tidak ada pengecualian. Bukannya aku menolak kemurahan hati kalian yang menerimaku dengan cuma-cuma, hanya saja aku ingin tahu seberapa pantas aku masuk ke Klub Tensai dan berdampingan dengan kalian," kata Hyoka.
Semua ikut terpukau dengan perkataan Hyoka. Mereka kira Hyoka tidak jauh berbeda dari gadis lain yang hanya memanfaatkan cara instan tanpa ada usaha. Tetapi, Hyoka berbeda. Ia masih Hyoka yang dulu, Hyoka yang selalu berusaha.
"Baiklah, kami tunggu formulirmu," kata Jacskson yang disambut anggukan dari anggota lainnya.
"Kami harus kembali ke kelas masing-masing. Sampai jumpa lagi, Hyoka Han!"
Gadis itu menghela nafas lega setelah kelima orang itu meninggalkan dirinya dan Bambam. Hyoka melempar tatapan kesal ke arah Bambam dengan nafas yang berderu cepat.
"Ah aku tahu maksud tatapan itu," seru Bambam kemudian duduk di atas rumput dan menyandarkan punggungnya di pohon.
"Siapa bilang aku akan masuk ke Klub Tensai? Bahkan hariku akan menjadi sangat buruk jika itu terjadi," keluh Hyoka lalu duduk di samping Bambam.
"Buruk? Bukankan kau akan semakin terkenal. Lagi pula kau termasuk siswa cerdas, bukan? Tidak ada salahnya mencoba," jawab Bambam.
"Aku tidak ingin terkenal. Aku hanya ingin hidup tentram dan lulus dari Hyunggi. Dan impianku seketika sirna."
Bambam merasa bersalah. Ia tidak bermaksud mencampuri masalah maupun memperumitnya. Ia pikir itu yang terbaik bagi Hyoka, tapi gadis itu sepertinya salah paham akan maksudnya.
"Maafkan aku. Kau bisa membatalkan—"
"Tidak!" seru Hyoka, "Aku tidak akan membatalkan apapun. Semua yang terjadi harus dihadapi, bukan? Jadi kau tidak perlu meminta maaf karena kau tidak salah sama sekali."
Bambam tersenyum, "Kau memang gadis yang baik, Hyoka Han."
---------------
Mark berjalan menuju ruang Klub Tensai setelah berlatih basket seharian. Ia hendak mengambil tas ranselnya yang sengaja ia taruh di ruangan klub itu. Diputarnya kenop pintu kemudian mendorongnya. Kosong.
Ia tak melihat anggota klub lain yang biasanya sibuk bercanda gurau di ruangan klub. Tidak biasanya jam segini mereka tidak hadir di ruang klub, padahal sebentar lagi mereka harus menghadiri rapat klub terkait olimpiade dalam waktu dek
Comments