Has Changed

Faded

*** 

 

Ding.

 

Jessica: Jujurlah dengan perasaanmu, Taeng. Honestly, i’ll always by your side whatever your choice is.

 

­-

 

Aku duduk sambil menonton drama kesukaanku saat Jessica mengirimkan pesan singkat padaku. Aku hanya melihatnya sebentar, dan mematikan kembali ponselku. Aku belum berniat untuk membalasnya. Dan, aku tidak tahu ingin menjawab apa.

 

Aku memakan salad buah yang dibuatkan Tifanny. Dan, menatap layar televisi dengan tatapan kosong. Aku memang di sini, tapi pikiranku berada di gedung YG. Aku memang ada di sini, tapi pikiranku terus mengarah pada Ji...

 

Ddrrrt. Ddrttt.

 

Ponselku berdering. Ku lihat nama di layar, dan...

 

Jiyong calling...

 

Aku nyaris lompat dari atas sofaku. Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. Mataku terbelalak. Dan, jantungku berpacu dengan sangat kencang tiba-tiba.

 

Sadarlah, Taeyeon. Ini hanya Jiyong.

 

Aku mengangkat telepon dari laki-laki itu, dan menjawabnya dengan ketus.

 

“Kenapa?” ketusku.

 

“Kau dimana, Taeng?”

 

Aku menhela napas, ku pikir dia akan membahas tentang pesan yang aku kirimkan tadi siang.

 

“Kenapa memangnya? Kau ingin mengirimkan aku food truck?”

 

Jiyong tertawa.

 

Heol.

 

“Kau cemburu, Taeng?”

 

Aku berdecih kesal,”Cemburu? Kau gila? Untuk apa juga aku cemburu.”

 

“Tapi, bicaramu seperti sedang kesal, Taeng.”

 

Dan, barulah aku tersadar bahwa sejak tadi nada bicaraku memang tinggi pada Jiyong. Tapi, cemburu? Aku tidak segila itu.

 

“Tenang saja, ini hanya gimmick untuk project kami berdua, Taeng.”

 

“Aku benar-benar tidak perduli denganmu, Jiyong. Mau kau akan berkencan dengan siapapun itu. Aku tidak perduli. Bukan urusanku. Buat apa juga aku cemburu? Padamu? Kau gila? Apa hubungan kita pantas untuk ada rasa cemburu? Tidak ada apa-apa di antara kita, Jiyong. Kau jangan bermimpi. Aku tidak pernah tertarik dengan hubunganmu dengan siapapun. Jadi, jangan berharap aku akan merasa cemburu,” jelasku panjang lebar.

 

Klik.

 

Jiyong mematikan panggilannya secara tiba-tiba.

 

“Wah, dasar laki-laki buaya tidak tahu diri. Dasar, G-Dragon breng...”

 

Ding.

 

Bel apartemenkiu berbunyi.

 

“Siapa juga yang datang malam-malam begini,” gerutuku sambil berjalan membuka pintu apartemen.

 

“Hai, Taeyeon.”

 

Aku mematung saat melihat laki-laki dengan rambut warna merahnya berdiri di hadapanku sambil membawa bunga. Ia tersenyum menyeringai. Dan, aku membisu.

 

“Taeng?”

 

Dua kali panggilan, baru aku tersadar.

 

“Apa yang kau lakukan di sini, Jiyong?” tanyaku sambil menarik tangannya untuk masuk. “Kau gila?”

 

Dengan tiba-tiba, ia menarikku ke dalam pelukannya.

 

“Aku merindukanmu, Taeng.”

 

Dengan cepat, aku melepaskan pelukannya dariku. “Kau sedang bermain-main, Jiyong?”

 

Dengan ketus, ku abaikan ia dan berjalan menuju sofaku. Aku berusaha untuk mengabaikannya, tapi jantungku tak hentinya berdegub dengan kencang, terutama saat ia memelukku.

 

Rasanya... nyaman.

 

“Kau marah padaku, Taeyeon?” tanyanya sambil mengikuti langkahku.

 

“Buat apa? Aku tidak perduli denganmu.”

 

“Ku bawakan kau bunga,” ia menyodorkan sebuah buket bunga padaku.

 

Aku menerimanya dengan ketus dan membuang bunga darinya di atas sofa.

 

Ia mendelik sambal tertawa meledekku,”Taeyeon, sikapmu benar-benar menjelaskan bahwa kau sedang cemburu.”

 

Mendengar Jiyong mengucap kalimat yang sama berulang-ulang, aku pun merasa emosi.

 

“SUDAH KU KATAKAN AKU TIDAK CEMBURU, KWON JIYONG!” pekikku padanya.

 

Emosiku membuncah.

 

Entah karena sikapnya yang terus menggodaku, atau karena hal lain?

 

Jiyong kembali menarikku ke dalam pelukannya, dan aku memberontak untuk melepaskan diri darinya.

 

“Diam sebentar saja, Taeng,” pinta Jiyong dengan lembut. Suaranya yang berat begitu dekat dengan telingaku. Suaranya terdengar begitu hangat, tidak seperti G-Dragon yang berada di atas panggung.

 

Ia benar-benar seorang Kwon Jiyong tiap kali sedang bersamaku.

 

“Bagaimana? Apa emosimu sudah reda?”

 

Aku diam.

 

Dan, dia perlahan melepaskan pelukannya sambil menatapku.

 

“Aku tidak bercanda saat ku bilang hanya kau satu-satunya di mataku.”

 

Aku masih terdiam.

 

“Terserah kau akan percaya atau tidak. Aku berkata yang sejujurnya padamu. Jika tidak, aku tidak akan ada di sini untuk menemuimu.”

 

“Aku tidak memiliki perasaan apa-apa padamu, Jiyong.”

 

“Aku tahu. Dan, biarkan waktu yang menjawab perasaanmu, Taeng. Aku tidak pernah memaksamu untuk punya perasaan yang sama denganku.”

 

Entah apa yang terjadi, tapi rasa degub jantungku tidak lagi ku rasakan begitu berdebar. Saat Jiyong menatapku dengan kehangatannya, segala rasa emosi dan marahku pun mereda. Tidak lagi tersisa. Yang ku rasakan kini hanyalah sebuah kenyamanan dari pelukan Jiyong yang tidak lagi ku tolak. Aku membiarkan tubuhku masuk ke dalam pelukannya. Dan, membiarkan ia mengusap pelan punggungku hingga tidak ada lagi rasa kesal yang ku rasa.

 

Apa ini yang dinamakan cemburu?

 

Atau, ini cinta?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nkrksw
I think, i will make a sequel for this story. What do you think? Comment below.

Comments

You must be logged in to comment
soshifiedpixie #1
Chapter 20: The story is so good! Thank you for the update. A sequel will be very nice!
utamitaaa #2
Chapter 20: yess please make the sequel
yeoboya #3
Chapter 13: Wah ceritanya makin mendebarkan. Aku tunggu kelanjutannya ya!
yeoboya #4
Chapter 6: Authornim~~~~
Ini bagus banget! Tapi sampai chapter ini aku masih bingung gimana sih sebenernya hubungan Taeyeon sama Jiyong disini. Di satu waktu kayaknya Taeyeon yang leading hubungan mereka, tapi di waktu lain Jiyong yang ngeleading...
soshifiedpixie #5
Chapter 12: This is really good. Thankfully Chrome has translate. Thank you for this story authornim!