Hiding

Faded

*** 

 

“Sweet, G-Dragon mendatangi juniornya untuk memberi semangat.”

 

“Hubungan ‘romantis’ antara junior dan senior, G-Dragon & Kang Seungyoon.”

 

“Winbang relationship between two leaders of YG Entertainment.”

 

-

 

Aku meletakkan ponselku dengan kasar saat membaca rentetan headlines hari ini. Untuk apa juga Jiyong tiba-tiba muncul saat aku dan Seungyoon tengah...

 

Wait.

 

Tiba-tiba saja aku teringat ucapan Shosho saat masih di lokasi shooting. Berita tentangku hari ini?

 

Aku kembali meraih ponselku dan membuka layar yang terkunci di sana. Aku beralih ke menu pencarian dan mulai mengetikkan namaku di sana.

 

Seketika, mataku terbelalak saat melihat deretan headlines yang menyebutkan namaku dan Seungyoon.

 

“Taeyeon dan Seungyoon berada dalam hubungan ‘baik’?”

 

“Taeyeon dan Seungyoon tampil bersama, kode balikan?”

 

“Cinta lama belum usai antara Leader SNSD dan Winner?”

 

“SM & YG kembali menjalin ‘hubungan’?”

 

Aku terperangah tak percaya setelah membaca judul berita dari media-media nakal yang berusaha untuk kembali menyeret namaku dan Seungyoon.

 

Aku kembali meletakkan ponselku di atas meja. Dan, berjalan menuju arah pantry. Membuka sebotol alkohol dan menuangkannya ke dalam gelas. Menenggaknya hingga habis dan meletakkan gelas kaca tersebut dengan kasar.

 

“Aku mengerti sekarang, kenapa Jiyong tiba-tiba muncul,” aku menyandarkan tubuhku pada lemari makanan yang ada di belakangku sambil memegangi dahiku.

 

Aku merasa frustasi dan mulai mengacak rambutku.

 

“Harus ku jelaskan apa besok di depan para memberku?” gerutuku.

 

Tak lama, ponselku berdering. Dengan berjalan lunglai, aku menghampiri ponselku dan terkejut saat melihat nama yang tertera di sana.

 

G-Dragon Calling...

 

Aku berdecih sebelum akhirnya mengangkat panggilan telepon dari laki-laki itu.

 

“Kenapa?”

 

“Di mana kau, Taeng?”

 

“Menurutmu?”

 

“Apartemenmu?”

 

“Iya, ada apa?”

 

“Aku akan mampir.”

 

“APA?” kedua mataku melotot seketika,”JANGAN!”

 

Terdengar suara deruan mesin dipacu dari balik telepon. Aku tahu pasti bagaimana ekspresi muka Jiyong saat ini.

 

“Jiyong!” pekikku memanggil namanya.

 

Yang dipanggil tidak menyahut.

 

“YA!!! Jiyong!!!”

 

“Aku akan sampai dalam tiga menit,” tutupnya sambil mematikan panggilan.

 

WHAT THE –“

 

Aku panik saat itu juga. Aku berusaha untuk tetap tenang, namun, semakin aku mencoba untuk tenang, semakin aku terlihat frustasi dibuatnya.

 

Aku mengacak rambutku. Berjalan kesana-kemari dengan linglung dan tak tahu harus berbuat apa.

 

Ding.

 

Bel apartemenku berbunyi. Aku membalikkan badanku melihat ke arah sumber suara dengan penuh rasa terkejut. Aku berjalan sambil menenangkan diriku, dengan perlahan membuka pintu apartemenku, dan benar saja laki-laki dengan rambut warna hijau itu sudah berdiri di sana sambil tersenyum menyeringai.

 

Belum sempat ku persilakan masuk, ia sudah lebih dulu melangkahkan kakinya.

 

Aku menutup pintu dengan kesal. Dan, laki-laki itu sudah duduk di sofa di dalam ruangan apartemenku.

 

“Kau gila?” pekikku padanya.

 

Ia menoleh ke arahku sambil tersenyum.

 

“Iya, aku gila karenamu, Taeng.”

 

Aku menghela napas kasar. Ku raih jaket untuk menutupi tubuhku yang hanya memakai dress pendek tanpa lengan.

 

“Jiyong, katakan! Apa alasanmu melakukan semua kegilaan ini?”

 

Aku berbicara pada Jiyong dengan geram dan nada yang meninggi. Bukan mendapat respon yang ku harapkan, laki-laki itu justru asyik bermain dengan emosiku. Ia menatapku dengan senyuman di wajahnya.

 

“Aku merindukanmu, Taeyeon,” ucapnya enteng.

 

Aku berdecih dan duduk di sampingnya.

 

“Kau sudah benar-benar gila.”

 

Aku terdiam, menyandarkan tubuhku pada sofa. Dan, membiarkan Jiyong menatapku dengan kebisuannya. Aku tahu ia memperhatikanku, tapi, aku sudah tidak punya tenaga untuk menghadapi segala kegilaannya saat ini.

 

Tak lama, ponselku bergetar. Menandakan sebuah panggilan masuk.

 

Aku bangkit dan berjalan untuk meraih ponselku. Jantungku berhenti sepersekian detik saat melihat nama Tifanny berada dalam layar ponselku.

 

I’m in trouble,” keluhku.

 

Jiyong menatapku yang mendesah kesal. Dan, aku memberi isyarat kepadanya agar tidak bersuara. Ia pun mengangguk.

 

“Tiffany, ada apa?”

 

“Taeng, kau dimana?”

 

“Apartemenku. Kenapa?”

 

“Ah, syukurlah...”

 

Mendengar Tifanny menggantungkan kalimatnya, aku semakin khawatir.

 

“Ada apa, Tif?”

 

“Aku di parkiran. Dan, akan berada di apartemenmu sekitar lima menit lagi.”

 

WHAT? Kau akan ke sini?”

 

“Tunggu aku, Taeng.”

 

Klik.

 

Panggilan terputus.

 

Aku menatap Jiyong yang tersenyum menyeringai. Ia nampak acuh tak perduli. Dan, aku sudah ketakutan setengah mati.

 

“Jiyong! Pergi sekarang, pergi!” aku menarik tangan Jiyong untuk segera pergi dari apartemenku.

 

“Aku tidak mau.”

 

Aku semakin frustasi menghadapi Jiyong saat ini. Tapi, aku benar-benar tidak ingin terlibat apapun dengannya. Bagaimana jika Tifanny mengetahui bahwa G-Dragon ada di sini. Di apartemenku.

 

“Jiyong, please!” bentakku pada Jiyong. “Jangan membuatku berada di dalam masalah.”

 

Aku menatap mata Jiyong dengan tatapan penuh amarah.

 

Namun, laki-laki itu bangkit dari duduknya dan mendekatiku, memandangiku dengan tatapannya yang... sulit dijelaskan.

 

“Jangan mengujiku, Taeng,” ucapnya tiba-tiba.

 

“M-Maksudmu?”

 

“Kau tahu mengapa aku melakukan semua kegilaan ini, ‘kan?”

 

Aku menggeleng. Sambil terus was-wasan melihat ke arah jam yang terus berdetak.

 

“Aku tidak suka melihatmu bersama orang lain, Taeng.”

 

Aku menelan ludah keringku. Tatapan Jiyong saat ini sangat menakutkan meski diiringi dengan senyuman.

 

“Aku datang tadi pagi menemui Seungyoon, hanya untuk mengingatkanmu, aku mampu melakukan hal gila hanya untuk mengungkapkan perasaanku padamu. Dan, untuk mengalihkan berita tentangmu. Aku benci melihat namamu bersanding dengan nama orang lain.”

 

Aku menundukkan wajahku.

 

“Aku datang saat ini, kembali untuk mengingatkanmu, aku bisa membuat publik menjadi gila hanya dengan menyebut namamu.”

 

Tak lama, suara bel pun berbunyi. Aku menatap Jiyong dengan penuh khawatir.

 

“Jangan mengujiku dengan memilihku di hadapan publik. Kau seolah memberiku harapan. Nyatanya, yang kau berikan hanyalah perasaan penuh kebohongan. Jika kau menyebut namaku sekali lagi di hadapan publik, aku pun akan menyebut namamu dan mengungkapkan perasaanku, Taeng.”

 

Bel terus berbunyi. Aku semakin panik.

 

“Kau persilakan Tiffany masuk, dan aku akan bersembunyi.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nkrksw
I think, i will make a sequel for this story. What do you think? Comment below.

Comments

You must be logged in to comment
soshifiedpixie #1
Chapter 20: The story is so good! Thank you for the update. A sequel will be very nice!
utamitaaa #2
Chapter 20: yess please make the sequel
yeoboya #3
Chapter 13: Wah ceritanya makin mendebarkan. Aku tunggu kelanjutannya ya!
yeoboya #4
Chapter 6: Authornim~~~~
Ini bagus banget! Tapi sampai chapter ini aku masih bingung gimana sih sebenernya hubungan Taeyeon sama Jiyong disini. Di satu waktu kayaknya Taeyeon yang leading hubungan mereka, tapi di waktu lain Jiyong yang ngeleading...
soshifiedpixie #5
Chapter 12: This is really good. Thankfully Chrome has translate. Thank you for this story authornim!