Selfish

Faded

*** 

Aku menutup mataku sambil merebahkan tubuhku di atas tempat tidurku. Tiba-tiba terlintas wajah laki-laki yang pernah mengisi hatiku. Kala itu, semua indah. Meski hubungan kami tidak memiliki status apapun. Aku dengannya terpaut 5 tahun usia kami. Tapi, itu tidak menghancurkan segala yang telah kami bangun. Persahabatan? Lebih dari itu. Hubungan kami menjadi lebih hangat dari sebelumnya, tepat setelah laki-laki yang 5 tahun lebih muda dariku menciumku tepat di bibirku.

 

Dan, aku merasakan perasaanku berbeda.

 

Aku jatuh cinta.

 

Sampai suatu ketika, Disbatch menyingkap hubungan kami berdua dan mengungkapkannya ke publik. Ketika itu juga, hubungan kami usai tanpa kata perpisahan.

 

Saat kabar itu beredar, aku mendapat kecaman karena memiliki hubungan dengan laki-laki yang jauh lebih muda di bawahku. Bahkan, agensiku menyangkal habis-habisan berita antara aku dan Seungyoon.

 

“Hubungan mereka tidak lebih dari sahabat. Karena, SM Entertainment dan YG Entertainment memiliki hubungan yang begitu erat, jadi wajar jika anak-anak kami juga saling mempererat persahabatan antar dua agensi. Meski begitu, tidak ada hubungan seperti itu di antara keduanya,” jelas Lee Soo Man kala itu.

 

Berbeda dengan tanggapan YG Entertainment,”Hubungan para artis bukan urusan kami.”

 

Sejak saat itu, aku dan Seungyoon tidak lagi berhubungan. Kami benar-benar lost contact begitu saja. Bahkan, tanpa ucapan selamat tinggal.

 

Hubungan kami memang berakhir. Namun, perasaanku masih tertinggal bersamanya. Sayangnya, sampai hubungan kami berakhir, aku tidak pernah mengetahui bagaimana perasaannya yang sesungguhnya padaku. Apa ‘kah ia juga memiliki perasaan yang sama denganku? Atau, hanya diriku yang merasa hubungan kami berbeda?

 

Aku kembali menghela napas kasarku tiap mengingat tentangnya.

 

Menyakitkan.

 

Lamunanku buyar saat ponsel yang ada di tanganku bergetar, menandakan sebuah panggilan masuk.

 

G-Dragon calling...

 

Masalah kedua pun datang.

 

“Halo, Ji –“

 

“Taeng...”

 

Aku menggantungkan kalimatku saat mendengar suara laki-laki di sebrang sana sedikit berbeda dari biasanya.

 

“Ada apa, Jiyong?”

 

Tak terdengar jawaban apapun dari sebrang sana selama sepuluh detik. Sebelum akhirnya, laki-laki itu kembali bersuara.

 

“Apa kau akan berada dalam satu reality bersama –“

 

“Seungyoon?” potongku.

 

Jiyong terdiam sejenak,”Iya, Seungyoon.”

 

Aku tertawa getir.

 

“Ada apa? Kau tidak suka?”

 

“Kau bertanya padaku seperti itu? Seriously, Taeyeon?” tanya balik Jiyong dengan nada yang terdengar sedikit kesal.

 

Aku hanya diam, menunggunya berbicara.

 

“Taeyeon,” ia kembali memanggil namaku.

 

“Hm?”

 

“Apa kau masih mencintainya?”

 

Selain teman-temanku di SNSD, tidak ada yang tahu kebenaran ceritaku. Kecuali Jiyong. Aku memberitahunya, saat ia pertama kali menyatakan perasaannya kepadaku. Aku hanya merasa, dia perlu untuk tahu.

 

“Apa dialah alasan kau menolakku?”

 

Aku bangkit dari tidurku, membuka hordeng kamarku, dan memandangi indahnya kota Seoul saat malam dari balik jendela kamarku.

 

“Taeyeon?”

 

Aku terdiam cukup lama. Membuat Jiyong menunggu penjelasanku. Aku memikirkan dengan baik jawaban yang akan ku sampaikan padanya. Aku tahu ini pasti akan menyakitinya. Namun, ia harus tahu.

 

“Entahlah, Jiyong. Perasaan adalah hal rumit yang tak bisa dijelaskan,” jawabku pada Jiyong.

 

Terdengar suara helaan napas dan suara gelas yang bersentuhan dengan kaca.

 

“Kau sedang mabuk?”

 

Jiyong tidak menjawab.

 

“Jiyong?”

 

“Taeyeon...” suara lirih Jiyong terdengar mengerikan saat ini.

 

“Iya, Jiyong?”

 

“Kau tahu? Aku pernah memimpikan kita berdua, berdiri di atas altar, membina rumah tangga, dan memiliki anak yang lucu,” Jiyong tertawa getir. “Menyenangkan rasanya tiap aku membayangkan itu denganmu.”

 

Aku terdiam.

 

“Tapi, semua berubah saat ku tahu kau tak pernah memiliki perasaan yang sama denganku.”

 

“Maaf, Jiyong.”

 

“Harus ‘kah ku akhiri perasaanku padamu, Taeng?”

 

Aku diam.

 

“Harus ‘kah aku menyerah, Taeng?”

 

“Jangan...” ucapku lirih.

 

“Beri aku alasan, Taeyeon.”

 

“Aku membutuhkanmu, Jiyong.”

 

Entah apa yang sedang ku lakukan saat ini. Aku tidak bisa mencintai Jiyong. Tapi, aku juga tidak bisa untuk kehilangannya. Saat aku mengatakan bahwa aku membutuhkannya, aku benar-benar mengucapnya. Aku tidak ingin kehilangannya.

 

Setidaknya, tidak untuk saat ini.

 

Meski sikapku, jelas akan menyakiti perasaannya.

 

Kau boleh katakan bahwa aku egois. Aku tidak perduli.

 

Aku hanya ingin dia selalu memerhatikanku.

 

Hanya aku.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nkrksw
I think, i will make a sequel for this story. What do you think? Comment below.

Comments

You must be logged in to comment
soshifiedpixie #1
Chapter 20: The story is so good! Thank you for the update. A sequel will be very nice!
utamitaaa #2
Chapter 20: yess please make the sequel
yeoboya #3
Chapter 13: Wah ceritanya makin mendebarkan. Aku tunggu kelanjutannya ya!
yeoboya #4
Chapter 6: Authornim~~~~
Ini bagus banget! Tapi sampai chapter ini aku masih bingung gimana sih sebenernya hubungan Taeyeon sama Jiyong disini. Di satu waktu kayaknya Taeyeon yang leading hubungan mereka, tapi di waktu lain Jiyong yang ngeleading...
soshifiedpixie #5
Chapter 12: This is really good. Thankfully Chrome has translate. Thank you for this story authornim!