New Day

Faded

*** 

 

Aku membuka mataku saat pagi di kota Paris menyapaku. Sinar matahari masuk melalui sela-sela jendela kamar yang ku tempati. Dengan sigap, aku bangkit dari tidurku dan membuka hordeng kamarku.

 

Suasana kota paris pagi itu begitu indah. Banyak orang mulai beraktivitas. Dan, cahaya matahari yang tidak begitu panas seakan sedang menyorot padaku pagi itu.

 

Setelah bersiap, aku keluar sambil membawa tas kecil dan kamera pocketku. Berjalan menyusuri kota paris dengan earphone di kedua telingaku. Setibanya ku di sini, aku hanya mendengarkan pusing melalui iPod-ku. Mendengarkan musik di kota Paris, seperti sedang mendengarkan laguku untuk pertama kalinya.

 

Benar saja bahwa kota Paris dijuluki sebagai kota romantis di dunia. Keindahan yang ditawarkan tidak main-main. Aku berjalan di atas jembatan yang melintasi sungai yang begitu bersih. Terlihat beberapa pasangan sedang asyik mengambil foto. Dan, ada beberapa orang yang sedang foto pre-wedding di sana.

 

Paris begitu indah.

 

Semua terasa indah, sampai sebuah bucket bunga terlempar dan mengenai tubuhku. Bucket bunga persis seperti bunga yang kau berikan padaku saat itu, kembali mengingatkanku akan dirimu.

 

Hari keduaku di Paris terasa begitu indah, sampai hari ini sebuah kenangan kecil di suduh pikiranku kembali mengingatkanku tentang masa lalu.

 

Seorang anak kecil berlari menghampiriku dan berkata,”I’m sorry.

 

That’s okay,” sambil menyodorkan bucket bunga kecil itu padanya.

 

No, it’s for you. I’m sorry. But, you are beatiful.”

 

Aku tersipu malu dengan ucapan yang baru saja diucapkan seorang anak kecil yang langsung pergi berlari meninggalkanku. Aku membawa bucket bunga kecil itu masuk ke dalam tasku.

 

Lalu, kembali mengambil beberapa gambar yang memperlihatkan kota Paris.

 

-

 

Aku terduduk di bangku dekat dengan menara Eiffel sambil mengambil gambar beberapa pasangan yang sedang menikmati waktu mereka. Terlihat juga beberapa keluarga yang sedang bermain bersama anak-anaknya.

 

Aku tersenyum.

 

Bahagia itu menular, ya. Buktinya, aku yang sedang tidak baik-baik saja, bisa merasakan bahagia yang juga sedang dirasakan orang lain.

 

“Will you marry me?”

 

Aku tersentak kaget saat mendengar kata yang baru saja diucapkan seornag pemuda kepada pasangan wanitanya. Dengan cepat, wanita itu berkata,”Yes, i will.”

 

Diikuti sorak suara orang-orang yang sedang menyaksikan kebahagiaan keduanya.

 

Untuk beberapa saat, aku terdiam.

 

Saat aku kembali teringat kalimat yang pernah kau ucapkan padaku.

 

“Menikahlah denganku.”

 

Begitu katamu saat itu.

 

Aku tersenyum getir saat mengingat betapa masa-masa itu begitu indah.

 

Di antara rasa bahagiaku saat ini, izinkan aku bertanya melalui Semesta tentang kabarmu.

 

Semoga kau bahagia di sana, bersama keluarga barumu.

 

Aku tidak lagi ingin menangisimu. Saat ini, aku terlalu sibuk membuat diriku bahagia. Meski, terkadang ingatan kecil tentangmu datang secara tiba-tiba. Tapi, kini tidak lagi bersama airmata.

 

Aku sudah selangkah melupakanmu, bukan?

 

-

 

Hari sudah semakin malam, keindahan yang dibilang orang-orang tentang kota Paris memang tidak main-main. Bahkan, saat malam pun kota Paris tetap memukau dengan lampu cahaya yang membuatnya nampak begitu cantik.

 

Excuse me, are you Kim Taeyeon from SNSD?”

 

Seorang perempuan berambut pendek berhasil mengejutkanku dengan menyebutkan namaku. Dengan ramah, aku menoleh dan mengangguk padanya.

 

Yes, i am.”

 

Can i take a picture with you?

 

Of course.”

 

Aku mempersilakan ia mengambil foto bersamaku. Ku pikir, di sini tidak akan ada satu pun orang yang mengenalku.

 

Thank you, and you are very beautiful.”

 

Dengan wajah tersipu, aku membalas pujian yang ia lontarkan padaku,”You more beautiful than me.”

 

This is for you,” katanya sambil menyodorkan sebuah bucket bunga kecil persis seperti yang tadi pagi ku terima.

 

Thank you. It’s beautiful.”

 

So are you.”

 

Tak beberapa kemudian, perempuan berambut pendek itu pun berlalu. Aku merasa sesuatu yang ada dalam diriku hidup. Saat aku tengah memandangi bunga kecil yang diberikan padaku, seketika itu juga aku teringat akan para memberku.

 

Sejak kedatanganku di sini, aku belum sama sekali menghubungi mereka.

 

Aku bahkan tidak menyalakan ponselku.

 

Saat aku berniat ingin kembali ke penginapanku, secarik kertas jatuh dari dalam bucket bunga yang ku terima. Penasaran, aku pun membuka secarik kertas kecil tersebut.

 

Mataku langsung mendelik saat melihat tulisan yang ku baca saat itu.

 

Tu me manques.

 

Yang artinya ‘aku merindukanmu’.

 

Tanpa tahu siapa yang menulis, jantungku langsung berdegub begitu cepat. Begitu cepatnya sampai kaki lemas dan tak sanggup berdiri. Aku berpegangan pada sebuah kursi yang berada di dekatku. Mencoba mengumpulkan kembali kesadaranku.

 

“Sadarlah, Taeyeon,” ucapku pada diriku sendiri.

 

Aku menyimpan kertas tersebut ke dalam bucket bunga dan berjalan pulang menuju penginapan.

 

-

 

Sesampainya di penginapan, aku langsung mengambil ponselku dan men-charge-nya. Ponselku sudah lama tidak di-charge. Dan, sekarang kehabisan baterai. Sambil menunggu ponselku menyala, aku bergegas mandi.

 

Selama kurang lebih setengah jam kemudian, akhirnya aku selesai. Aku berjalan menuju pantry dan menuangkan sebotol jus yang sudah ku buka.

 

Suasana malam kota Paris begitu menyenangkan. Ini seperti kota yang tidak pernah mati. Bahkan, samar-samar aku mendengar musik khas Paris yang begitu menenangkan.

 

Aku berjalan menuju kamarku dan menyalakan ponselku. Baru saja ku nyalakan, sudah banyak pemberitahuan yang masuk ke dalam ponselku.

 

Entah apa yang ku lewatkan, tapi begitu banyak pemberitahuan panggilan tak terjawab.

 

Dengan perlahan dan sambil merebahkan tubuhku, aku membaca satu per satu pesan yang dikirimkan oleh para memberku.

 

Shosho: Taeng, telpon aku saat kau tiba.

 

Jessica: Kau sudah sampai, Taeng?

 

Tifanny: Have fun, Taeng.

 

Yoona: Selamat berlibur, Unnie.

 

Sunny: Jaga dirimu baik-baik, Taeng.

 

Shosho: Taeng, kau dimana? Mengapa kau tidak mengabariku saat kau sampai di Paris?

 

Tifanny: Yaaa!!! Taeyeon!!!! Telpon aku.

 

Sunny: Taeng, aku mencoba menghubungimu, tapi sepertinya ponselmu tidak aktif. Telpon aku, urgent.

 

Shosho: TAEYEON, IT’S URGENT. CALL ME BACK!!!

 

Jessica: Jiyong membatalkan pernikahannya, Taeyeon.

 

Deg.

 

Jantungku seakan berhenti. Dan, duniaku seolah berhenti berputar saat itu juga.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nkrksw
I think, i will make a sequel for this story. What do you think? Comment below.

Comments

You must be logged in to comment
soshifiedpixie #1
Chapter 20: The story is so good! Thank you for the update. A sequel will be very nice!
utamitaaa #2
Chapter 20: yess please make the sequel
yeoboya #3
Chapter 13: Wah ceritanya makin mendebarkan. Aku tunggu kelanjutannya ya!
yeoboya #4
Chapter 6: Authornim~~~~
Ini bagus banget! Tapi sampai chapter ini aku masih bingung gimana sih sebenernya hubungan Taeyeon sama Jiyong disini. Di satu waktu kayaknya Taeyeon yang leading hubungan mereka, tapi di waktu lain Jiyong yang ngeleading...
soshifiedpixie #5
Chapter 12: This is really good. Thankfully Chrome has translate. Thank you for this story authornim!