Honestly

Faded

*** 

 

Aku memandangi pemandangan di balik jendela apartemenku. Cuaca Seoul hari ini begitu indah. Ku lihat langit yang berwarna biru dihiasi burung-burung yang berterbangan. Aku membiarkan diriku tenggelam dalam perasaanku saat ini.

 

Senang. Sedih. Marah.

 

Entahlah, perasaan apa yang pas untuk menjelaskan.

 

Yang pasti, aku hanya ingin diam. Tanpa perlu menjelaskan.

 

Suasana apartemenku sangat sunyi. Hanya terdengar suara sendok dan gelas yang bertabrakan karena Jessica sedang membuatkan minuman dingin untukku.

 

Tanpa kata, ia hanya meletakkan gelas minuman itu di hadapanku. Ia duduk di sampingku tanpa bertanya sepatah katapun. Dan, ia mengusap pelan punggungku. Seolah ia tahu, ada airmata yang siap aku tumpahkan saat ini juga.

 

It’s okay to not be okay, Taeng.”

 

Hanya satu kalimat darinya, dan tangisku pecah. Aku menenggelamkan wajahku dengan kedua tanganku. Dan, Jessica membiarkanku sambil mengusap pelan punggungku. Aku sudah tidak dapat lagi menahan perasaanku, aku hanya ingin menangis.

 

Iya, menangis.

 

Dan, sialnya, aku harus menangisi laki-laki yang baru saja pergi dari apartemenku pagi ini.

 

Benar-benar sial.

 

Sekitar setengah jam, akhirnya tangisku mereda. Jessica memberikan tissue padaku. Ia masih tidak bicara. Ia menyodorkan minuman dingin yang tadi ia siapkan.

 

“Minum dulu, Taeng.”

 

Aku meraihnya. Merasakan sensasi dingin itu masuk ke dalam tubuhku yang terasa panas saat ini. Dan, meletakkannya kembali di atas meja.

 

Mataku yang masih merah itu kembali memandang langit Seoul yang masih terlihat indah.

 

“Apa jatuh cinta itu salah, Jes?”

 

Jessica menyentuh pundakku,”Nggak, Taeng.”

 

“Lalu, apa aku tidak boleh untuk jatuh cinta?”

 

“Itu juga nggak. Kau boleh jatuh cinta dengan siapapun yang kau suka.”

 

“Tapi, kenapa hal ini harus terjadi, Jes?”

 

Jessica diam.

 

“Baru saja akhirnya aku mengakui perasaanku tentangnya. Tapi, Semesta seolah langsung menentangnya. Dan, kembali memberikanku goresan tajam dari luka.”

 

“Taeng...”

 

“Aku ingin berhenti jatuh cinta, Jes.”

 

Jessica mengusap pundakku dengan pelan.

 

“Agar tidak ada lagi luka yang ku rasa,” lanjutku.

 

-

 

Jessica sedang duduk di sofa saat aku terbangun dari tidurku siang ini. Ia menoleh dengan senyuman di wajahnya.

 

“Aku sudah membelikanmu makanan. Kau ingin makan sekarang, Taeng?” tanyanya dengan antusias.

 

Aku menggeleng,”Nanti saja.”

 

Aku duduk di samping Jessica yang masih mengembangkan senyumnya.

 

“Kau tidak pulang, Jes? I’m okay.”

 

Jessica tertawa kecil,”Aku akan di sini. Sampai kau mengusirku. Taeng, aku tahu kau sedih. aku hanya ingin menemanimu dan menjagamu.”

 

Aku menyandarkan tubuhku pada Jessica,”Thank you, Jes.”

 

Cukup lama kami saling berdiam. Jessica yang biasanya banyak bicara, kini hanya membisu. Seakan mengerti tentang perasaanku. Meski aku belum bercerita padanya, apa yang sebenarnya terjadi padaku.

 

Setelah sekitar setengah jam aku dan Jessica membisu, akhirnya ia pun angkat bicara. Nada bicaranya terdengar sangat hati-hati.

 

“Taeng,” panggilnya.

 

“Hm?”

 

“Tidak ada yang salah dengan jatuh cinta. Bahkan, orang seperti kita pun berhak merasakan cinta.”

 

Tubuhku yang sedang menyandar padanya langsung bangun. Aku duduk sambil melihat ke arahnya yang sedang mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

 

“Hanya saja, jatuh cinta dengan orang yang salah mampu membuat kita hancur dan merasa tak pantas dicinta.”

 

Aku tercengang.

 

You deserve to be loved, Taeyeon.”

 

Gantian, aku yang mengalihkan pandanganku ke arah luar jendela. Menatap hampa entah apapun yang sedang ku lihat saat ini. Aku termenung. Beberapa kali napasku terasa berat.

 

“Aku tahu kau hancur saat ini, Taeng. Tapi, tidak ada yang bisa menolongmu untuk bangkit, selain dirimu sendiri.”

 

Kata-kata yang diucapkan Jessica cukup realistis.

 

Benar, bahwa aku terpuruk saat ini.

 

Dan, benar, bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkanku selain diriku sendiri.

 

Semua perasaan yang ku rasakan kini mulai membaik, sebelum aku melihat nama laki-laki itu muncul di layar ponselku.

 

Ddrrt. Ddrrrt.

 

Ponselku berdering.

 

G-Dragon calling....

 

Jessica yang teralihkan dengan deringan ponselku pun menoleh ke sumber suara. Dan, langsung menatapku saat ia melihat nama Jiyong tertera di sana.

 

“Taeng...”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
nkrksw
I think, i will make a sequel for this story. What do you think? Comment below.

Comments

You must be logged in to comment
soshifiedpixie #1
Chapter 20: The story is so good! Thank you for the update. A sequel will be very nice!
utamitaaa #2
Chapter 20: yess please make the sequel
yeoboya #3
Chapter 13: Wah ceritanya makin mendebarkan. Aku tunggu kelanjutannya ya!
yeoboya #4
Chapter 6: Authornim~~~~
Ini bagus banget! Tapi sampai chapter ini aku masih bingung gimana sih sebenernya hubungan Taeyeon sama Jiyong disini. Di satu waktu kayaknya Taeyeon yang leading hubungan mereka, tapi di waktu lain Jiyong yang ngeleading...
soshifiedpixie #5
Chapter 12: This is really good. Thankfully Chrome has translate. Thank you for this story authornim!