Gate 3 - Cinema

Annalise and the Forgotten

"Wow, mengejutkan!"

Aku diam saja.

"Aku Na Jaemin."

"Aku tidak bertanya."

Ia tertawa.

Berada di tempat asing sudah bukan hal yang mengejutkan bagiku. Ruangan besar yang kusangka bioskop ini dalam kondisi yang sepi. Hanya ada aku dan lelaki yang memperkenalkan diri sebagai Na Jaemin. Aku yakin ini bukan bioskop tua, hanya saja dibuat seolah sudah tak digunakan lagi sejak beberapa minggu. Tak seperti taman hiburan yang telah kulalui, bioskop ini masih benar-benar utuh. Catnya masih cantik, kursi-kursi plastiknya... Kursi plastik? Well, kurasa ini memang bioskop tepi jalan yang murahan.

"Kubilang, wow, mengejutkan." Ulangnya.

"Apa sih, Jaemin?"

Lelaki itu menggoyang-goyangkan ujung sepatunya. Ia merenggangkan otot-ototnya dan berdeham. Mengatakan hal yang tak masuk akal, "Kukira kau akan bertanya apanya yang mengejutkan. Jawabannya kau, Nona 'tidak bertanya'. Aku tak mengira akan bertemu gadis cantik sepertimu." Aku diam saja. Merasa agak tak nyaman dekat dekan Jaemin. Coba bayangkan bagaimana rasanya digoda oleh lelaki yang baru kau kenal, di tempat yang sepi, di mana hanya ada kalian berdua?

Tapi jika ada yang bertanya soal penampilan fisik...

Jika Jaemin sedikit lebih menghormatiku, uh, dia lumayan juga.

"Tapi, sungguh, aku membencimu!" Aku berdiri dan siap meninggalkan tempat, namun tiba-tiba lampu bioskop dimatikan. Aku terpaku di tempat. Ingin menangis tapi aku tahu tak akan ada yang peduli. Maka aku berteriak, "Bersikap sopan padaku, Jaemin! Aku akan turuti keinginanmu!"

Detik berikutnya aku merasakan ada sesuatu yang hangat melingkupi tubuhku. Aku curiga. Apa Jaemin sedang memelukku dari belakang? Ya, aku yakin benar karena tak ada orang lain di sini selain Jaemin yang bisa memposisikan lengannya di atas perutku sementara dagunya bersandar di kepalaku.

"Wow, ternyata duduk dan menonton adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Benar, kan, Nona tidak bertanya’?"

Aku semakin muak.

"Jika ini bukan demi ingatanku, aku tak akan sudi untuk bertemu denganmu!" Lalu aku melepaskan pelukannya dan duduk di sebuah kursi setelah berhasil merabanya di antara kegelapan. Aku tak tahu mengapa emosiku mendadak jadi buruk begini. Dan sialnya penjaga gerbang kali ini pandai menyulut amarahku. Sungguh, aku tak tahu apa maunya selain melaksanakan tugas utamanya mengembalikan ingatanku. Apa dia sengaja membuatku tak nyaman dan kehilangan satu bagian ingatanku?

"Nona–"

"Aku punya nama."

"Wow. Maaf, aku tak ingin memanggilmu noona. Jadi, Ann?"

Aku mendengus.

"Genre filmnya horror-thriller."

Aku memegang kepalaku lagi. Ugh, apa lagi ini?

"Jaemin aku ingat, aku sangat penakut! Tolong hentikan pemutaran filmnya!" Pintaku. Suara-suara mengerikan terdengar jelas di telingaku. Aku tak yakin pernah menghabiskan waktuku untuk menonton hal-hal yang sangat kutakuti. Tapi, kira-kira mengapa aku pernah ada di sini?

"Apa itu semacam kode agar aku memelukmu lagi?"

"Jaemin! Cepat matikan atau setidaknya katakan di mana gerbang berikutnya!"

Aku bisa mendengar Jaemin tertawa kencang di antara kegelapan dan suara-suara film yang mengerikan.

"Ingatanmu belum kembali, aku belum menghilang, alasan apa kiranya yang bisa membuat gerbang itu muncul?" Ah, benar juga. Yang harus kulakukan sekarang hanya mengingat-ingat apa yang pernah terjadi, kan?

"Apa aku... Pernah kemari bersama Jaehyun?"

"Wow, benar kata hyung. Yang kau ingat hanya Jaehyun dan Jaehyun lagi." Aku berdiri, merabanya dan menyentak kerah kemejanya.

"Menghilang kau Jaemin!"

"Wow, gerbangnya sudah muncul! Kau ingin kuantar pulang dulu untuk melihat apa yang tak kau lihat sebelumnya? Itu akan memudahkanmu membuka gerbangnya."

"Aku tak peduli. Katakan di mana gerbangnya!"

Jaemin berdiri dan menujuk ke satu arah di sudut bioskop.

"Hati-hati! Gerbangnya agak berat jika kau buka sendiri."

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
oolves
#1
Chapter 3: semangat ajunice ya kak lulus lolos bareng♡♡
oolves
#2
FIGHTING KAK MIRA