Memories 5 - Last Day

Annalise and the Forgotten

"Jangan murung begitu, Ann. Ini kan hari ulang tahunmu," ujar Kun, menangkup wajah Annalise yang tampak tidak bahagia.

"Rasanya aneh, Kun. Seperti ada yang hilang." Keluh Annalise. Giliran Kun yang murung sekarang. Apa kiranya yang hilang jika bukan Jaehyun? Seolah Jaehyun adalah bagian dari jiwa Annalise yang jika kehadirannya tak ada maka Annalise jadi tak sepenuhnya hidup. Padahal Kun sudah berusaha mati-matian agar eksistensinya diakui. Memangnya apa yang membuat Jaehyun jauh lebih diakui daripada dirinya?

"Kau ingin aku menelepon Jaehyun agar dia datang kemari?" tawar Kun. Ada nada tak rela dari penawarannya itu. Namun mimik wajah Annalise berubah panik. Gadis itu tampak gelisah, menggeleng pelan kemudian menunduk dalam-dalam. Kun tersenyum tipis, dia menang kali ini.

"Apa pikiran tentang–"

"Kun, berhenti. Jika kau berniat untuk mengobrol soal– ugh –Jaehyun, kau kuminta untuk berhenti."

Kun jadi diam. Tiba-tiba saja merasa bersalah karena mungkin ia telah mengungkit hal yang mengusik Annalise. Merasa dirinya mungkin terlalu egois karena tak bisa melihat situasi yang ada.

"Omong-omong, terima kasih, Kun. Aku tak tahu apa yang akan terjadi jika..."

Annalise berhenti bicara.

"Jika–"

Tangannya gemetar.

"A-aku... J-jae..."

"Ann..." Kun menggenggam tangan Annalise. Tubuh gadis itu gemetaran. Kun langsung saja memberikan pelukan hangat dan terus menerus mengusap puncak kepala Annalise. Tangis Annalise pecah, ia menangis sesenggukan di pelukan Kun. Ingatan soal apa yang Jaehyun lakukan padanya membuatnya ketakutan. Meski demikian, sebagian dari dirinya menolak untuk mengakui bahwa sosok Jaehyun kini menjadi sebuah teror untuknya.

"Jangan khawatir, Annalise. Aku ada di sini untukmu," bisik Kun. Gadis itu kemudian membalas pelukan Kun sambil terus menangis sampai akhirnya tertidur karena kelelahan. Kun bertahan pada posisinya, tak ingin mengganggu tidur Annalise.

"Sakit rasanya melihatmu seperti ini," gumam Kun pelan.

Kue cokelat dengan lilin-lilin itu tetap di meja tanpa tersentuh sedikitpun. Kun menyandarkan tubuh Annalise pada dirinya, berusaha membuat posisi ternyaman untuk gadis itu. Lantas menyalakan api pada lilin dan meniupnya sendiri sambil memanjatkan doa.

"Aku harap Anna selalu bahagia. Meski bila aku harus kehilangan kebahagiaanku demi dia, aku sungguh tak keberatan."

***

"Ah, aku suka udaranya. Segar sekali," ujar Annalise saat dirinya dan Kun sedang membuat acara piknik kecil di tepian sungai. Lelaki itu menghela napas, ikut merasakan betapa segar udara sore itu. Senang hatinya kala ia bisa menghabiskan waktunya berdua dengan Annalise. Apalagi dengan senyum itu, Kun merasa seolah dia adalah lelaki yang paling beruntung di dunia. Merasa congkak karena posisi Jaehyun masih bisa tergeser olehnya.

"Ann...?"

"Ya, Kun?"

"Aku masih bisa mengharapkanmu. Ya, kan?"

Angin berhembus lagi, tak terlalu kencang namun dapat meruntuhkan sebagian dari diri Annalise. Yang Kun utarakan bukan seperti pertanyaan, tak ada pilihan jawaban selain iya. Tapi Annalise tak yakin soal itu. Haruskah ia mengiyakan pernyataan Kun?

"Ayo main suit!" ah, Annalise mengalihkan bahasannya. Ia tentu tahu, kan, jika Kun sangat sulit menang dalam permainan ini?

"Jika kau menang, kau boleh melakukan apapun kepada lawan mainmu, siap?" ujar Annalise lagi. Kun mengiyakan saja. Keduanya duduk bersila dan berhadapan, kemudian memulai permainan.

Pada ronde pertama Annalise menang. Gadis itu melayangkan tamparan ke pipi Kun. Tak cukup keras namun mampu membuat Kun terkejut. Lelaki itu berdecak karena kesal.

Annalise terus memenangkan suit dan membuat Kun harus merelakan wajahnya untuk ditampar. Namun kali ini akhirnya Kun menang juga. Annalise mencondongkan wajahnya dan terkikik.

"Ayo tampar kalau berani hahaha!"

Kun mengangkat tangannya tinggi-tinggi, sementara Annalise memejamkan mata.

Bukan tamparan ternyata.

Melainkan sebuah pelukan.

"Kun...?"

"Aku boleh lakukan apapun, hm?"

Annalise tersipu. Bisa-bisanya Kun begini.

Pada ronde berikutnya Annalise menang lagi. Ia menampar Kun cukup keras sampai lelaki itu hampir jatuh ke sisi kiri.

"Itu untuk balasan pelukanmu!" Annalise tertawa lagi. Ayolah, ini balasan yang tidak adil!

Berikutnya saat Kun menang ia mencium kening Annalise. Dan saat ia menang lagi ia menangkup wajah Annalise.

"Coba tebak apa yang akan kulakukan?" goda Kun.

"Berpura-pura akan mencium keningku lalu menamparku dengan keras?"

Kun tertawa.

"Salah." Ujarnya sebelum memejamkan matanya dan mendekatkan wajahnya. Sepersekian detik setelah bibirnya menyentuh milik Annalise, sebuah suara yang familiar menginterupsinya. Membuatnya membuka mata dan diam sementara Annalise mundur dan mengatur detak jantungnya.

"Oh, sepertinya kehadiranku mengganggu, ya?"

Kun mengumpat dalam hati.

"J-jaehyun...?" Annalise berdiri, diikuti dengan Kun yang kemudian menjadi tameng untuknya.

"Aku hanya ingin minta maaf, Ann. Kurasa aku sedang dirasuki setan atau semacamnya. Aku tak mungkin menyakitimu jika kondisiku sedang sadar sepenuhnya, kan?" jelas Jaehyun. Tapi Kun tak terima. Menurutnya apa yang Jaehyun katakan tidak benar. Setan mana yang merasuki jiwa jahat Jaehyun? Bukankah setan itu adalah Jaehyun sendiri?

"Jae–"

"Ya, aku memaafkanmu. Aku juga yakin kau tak akan mau menyakitiku. Aku tahu kau adalah orang baik." Oh, Annalise menginterupsi.

Jaehyun tersenyum senang. Lelaki itu mendekat namun Annalise meremas lengan Kun dan bersembunyi di balik punggungnya.

"Maaf, Jaehyun. Kurasa untuk sementara waktu aku membutuhkan jarak di antara kita. Aku telah berusaha membuang trauma itu. Hanya saja aku belum bisa merasa nyaman dekat denganmu," ujar Annalise. Senyum Jaehyun memudar, berkebalikan dengan Kun.

"Baiklah, terserah kau, Ann. Untuk saat ini, bagaimana jika kita bertiga keluar bersama? Aku tak tahan hidup sendiri tanpa kalian!" seru Jaehyun.

"Kebohonganmu manis juga, Jaehyun." Sindir Kun, walaupun pada akhirnya ia ikut juga untuk keluar bersama Jaehyun dan Annalise. Tak terasa ketiganya larut dalam canda dalam perjalanan menuju halte bus terdekat. Dan tak ada satupun dari mereka yang tahu bahwa pada hari itu ancaman datang untuk ketiganya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
oolves
#1
Chapter 3: semangat ajunice ya kak lulus lolos bareng♡♡
oolves
#2
FIGHTING KAK MIRA