Gate 6 - Friend

Annalise and the Forgotten

Oh? Ini masih di rumahku sendiri. Hanya saja aku yakin ini adalah lantai satu. Tentu, jendela besar dan satu sofa tunggal sudah cukup menjadi tanda. Juga meja makan yang–

tersedia berbagai makanan Jepang?

"Yuta Nakamoto, kalau kau bertanya siapa yang bertanggung jawab atas kekacauan ini," ujar seorang lelaki yang muncul dari dapur dengan membawa piring lain berisi makanan. Ia mengenakan kaus putih dengan kardigan ungu yang manis. Yuta kemudian meletakkan piring itu di meja. Mempersilahkan aku untuk duduk sebelum ia sendiri mengambil tempat.

"Jadi, Yuta, kau pandai memasak?" Tanyaku memulai percakapan.

"Iie. Ini hanya seadanya saja. Setidaknya, di tempat asalku, bisa membuat masakan seperti ini adalah hal yang umum dan wajar," ujarnya. Kemudian mengambil sumpit dan sendok di sisinya. "Itadakimasu!"

Dalam diam kami menyantap masakannya. Hm, rasanya tidak buruk, setidaknya masih lebih baik daripada jika Taeil yang harus memasak. Yang buruk di sini adalah Yuta sangat pendiam. Aku tak yakin apakah ia memang begini ataukah karena ia tak nyaman denganku. Akhirnya, makanan habis dan aku memutuskan untuk memulai obrolan lagi.

"Kausmu, Yuta," aku menunjuk bagian kausnya yang kotor terkena saus.

"Doko de?"

"Di sini," aku mengambil tisu dan membersihkan satu bagian kaus di dekat lehernya. Ia tampak mematung, lalu wajahnya merona. Apa?

"A-arigatou, Alise-san!"

Aku tersenyum. Lalu kami membereskan semuanya. Setelah semua kembali seperti semula, aku duduk di sofa tunggal dekat jendela besarku. Menatap langit yang begitu cerahnya siang ini.

"Ada apa?" Tanyanya ragu, menghampiriku dan duduk di lengan sofa. Ikut menatap ke arah langit.

"Aku bosan, Yuta."

"Mau keluar? Main air?" Tawarnya. Aku berdiri, mengangguk senang. Ia tertawa, melepas kardigannya dan membukakan jendela besar di hadapanku. Aku bergegas lari dan mengambil penyiram bunga di taman, mengisinya dengan air dari selang. Yuta membantuku menyalakan keran dan memegangi selangnya. Setelah terisi penuh, Yuta mematikan keran dan aku berdiri dengan cepat. Tanpa pikir panjang menyiram air kepada Yuta yang membuatnya langsung basah karena tak siap dengan apa yang kulakukan. Anehnya dia diam. Aku ragu, mendekat dan bertanya apakah ia tak suka caraku bercanda. Ternyata–

"Kena kau, Alise-san!"

Yuta menyemprotkan air dari selangnya ke arahku. Tertawa setelahnya. Kini aku yang diam. Ada ingatan yang masuk segera setelah Yuta menyemprotku dengan air.

"Alise-san?"

"Yuta, aku ingat! Aku ingat wajahnya!"

"Hontou ni? Dare ga?"

"Jaehyun! Aku ingat jelas wajahnya!"

Yuta mengernyit.

"E tto... Tentu saja Jaehyun, kan? Sejauh ini belum bertemu, ya?"

Aku mengangguk sebagai balasan.

"Boleh aku bertanya satu hal?"

"Boleh, Yuta. Tapi kau juga harus menjawab pertanyaanku!"

"Qian Kun...?"

Aku mengernyit. Itu sebuah pertanyaan?

"The controller? Kenapa?"

"Hanya itu yang kau ingat?"

"Aku ingat wajahnya, tentu saja. Kenapa?"

"Oh..."

Jeda diam sejenak. Giliranku bertanya.

"Seharusnya kau makhluk khayalan Kun, tapi, kenapa kau bisa bicara soal tempat asalmu?"

Yuta terkejut.

"A-aku mengatakan s-sesuatu?"

Aku mengangguk.

"Kurasa aku agak... Kelewatan...? Aku tak bisa menjawab yang itu, sungguh! Pendamping istirahatmu berikutnya mungkin tahu. Bukan hakku untuk bercerita soal latar belakang kami, gomennasai!"

Keheningan menyelimuti kami lagi.

"Masih belum ingat hal lain soal Qian Kun?" Tanya Yuta. Aku menggeleng. Lalu kudengar ia mendengus.

"Gerbangnya, di sana. Sayonara!" Ujarnya kemudian. Gerbang besar muncul dua meter dari tempatku berdiri. Aku berjalan mendekati gerbang itu, lalu terhenti saat Yuta memanggilku.

"Alise-san!"

"Ya?"

"Dia temanmu!"

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
oolves
#1
Chapter 3: semangat ajunice ya kak lulus lolos bareng♡♡
oolves
#2
FIGHTING KAK MIRA