Break 2 - Winwin

Annalise and the Forgotten

"Ini ada Caramel Macchiato untukmu, Nal." Ujar seorang lelaki di hadapanku. Aku harus mengerjap beberapa kali untuk mendapatkan kesadaranku kembali. Kesadaran soal diriku yang ternyata belum lepas dari dunia misterius yang aneh. Sampai kapankah aku akan terus berada di sini?

"Tentu saja sampai kau menginjakkan kakimu di gerbang terakhir. Bukankah memang itu tujuan awalmu, Nal? Mencari tahu siapa Jaehyun–" lelaki itu berdeham sejenak, "–dan Kun."

"Aku tak tahu kau bisa membaca pikiran," ujarku. Dia bersiul, "Kenapa? Itu aneh?"

Sebenarnya segala yang ada di dunia ini memang aneh.

"Menurutmu mengapa kita ada di cafe?" tanyanya. Aku memutar bola mata. Mana kutahu? Ia lalu menunjuk ke arah jendela sambil menjentikkan jari, yang kemudian turun salju di luar sana. "Menurutmu mengapa tiba-tiba turun salju?"

Aku menyeruput Caramel Macchiato yang ia berikan padaku, tak peduli dengan pertanyaannya, pun wajah lugunya yang seolah menunggu jawaban.

"Begitu tidak pentingnya aku, ya, sampai kau bersikap seperti ini, Nal?"

Aku mengangguk sebagai jawaban. Dia tertawa sarkas.

"Kalau aku bilang namaku Winwin, seorang pendamping istirahat di mana kau bisa tanyakan apapun padaku–"

Aku mendelik. Sungguhkah? Dia orang lain yang Jeno maksud?

"–aku sudah jadi penting sekarang?"

"Winwin katakan segalanya padaku!" aku meletakkan kembali cangkir di tanganku dan menatapnya antusias. Namun Winwin menggeleng. Ia membuka salah satu kancing teratas kemejanya.

"Ouh, di sini agak panas. Haruskah kuturunkan salju di dalam saja?"

"Jangan menghindar, Winwin!"

"Kun senang kau sudah mengingatnya, dan Jaehyun–" Winwin menurunkan volume suaranya, "–Kun harap kau tak mengingatnya lagi."

"Kenapa?"

"Ssh! Berakhir sampai sini. Tanyakan pertanyaan lain!"

"Kudengar kalian adalah makhluk khayalan Kun. Tapi aku agak penasaran soal Yuta yang mengatakan sesuatu tentang 'tempat asal' nya. Apa dia berbeda?"

"Aku tak yakin apakah Yuta menyadari kesalahannya. Sebenarnya itu memang benar. Kami bukanlah makhluk khayalan Kun. Itu hanyalah skenario yang Kun berikan pada kami untuk mengantisipasi apabila kau bertanya lebih awal. Karena kau sudah di sini, memang sudah saatnya bagimu untuk mengerti."

"Maksudmu?"

"Yuta seharusnya lebih berhati-hati saat bicara."

"Winwin jawab aku..."

"Koma."

"Siapa?"

"Pertanyaan berikutnya!"

Aku mendengus. Tak usah beri tahu saja sekalian daripada membuatku penasaran begini.

"Jadi, berapa gerbang lagi?"

Winwin diam. Aku mengetuk meja. Tak sabar, akhirnya aku berdiri dan mengetuk jidatnya. "Kenapa diam?"

"Tak usah beri tahu saja sekalian daripada membuatku penasaran begini."

Tch. Sial, dia membalik pernyataanku! Melihat ekspresiku, Winwin tertawa. Menyibak rambutnya dan menyesap minumannya dengan tentram. Penjaga sialan!

"Aku tak yakin. Lima...?" jawabnya. Aku menghembuskan napas panjang. Kukira ini akan berakhir dengan cepat. Dan lagipula...

"Kau sudah ingat siapa Jaehyun?"

Ya. Aku ingat wajahnya sekarang. Begitu pula Kun, the controller, aku ingat dia temanku, meski aku tak yakin seberapa dekat kami karena yang kuingat hanya Jaehyun yang terasa sangat dekat denganku. Aku tahu aku tak perlu bicara karena Winwin bisa membaca pikiranku. Ia mengangguk saja. Apa kenyataan ini agak mengecewakan untuknya?

"Tentu saja. Agak terasa sakit bukan saat kau yang menyiapkan segalanya tapi tak mendapat pengakuan? Maaf, bukannya aku memihak pada Kun. Hanya saja... Ouh, kau tahu rasanya kan?" ujar Winwin sambil membuat gestur seolah ia sedang merasa sesak di dadanya. Aku mendengus saja. Terserah kau, Winwin! Aku tak tahu apakah Winwin sungguh tak memihak Kun atau sungguhkah ia tak berniat menyudutkanku tapi aku merasa tak nyaman dengannya.

"Ouh, maaf ya Nal jika kau merasa demikian. Mungkin kau ingin kopi lagi? Atau minuman lain? Seharusnya aku di sini untuk membuatmu nyaman."

"Tidak perlu. Aku cuma lelah. Boleh kuminta kau menjentikkan jarimu untuk membawaku ke tempat ternyaman agar aku bisa tidur?"

Winwin mengangguk. Menjentikkan jarinya dan membuat jiwaku seolah melayang dalam kedamaian.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
oolves
#1
Chapter 3: semangat ajunice ya kak lulus lolos bareng♡♡
oolves
#2
FIGHTING KAK MIRA