Gate 7 - Night Market

Annalise and the Forgotten

Dia temanku? Maksudnya Kun? Bagaimana bisa? Benarkah begitu?

"Yay, Nala noona sudah datang!"

Aku mengedarkan pandangan ke sekitar, uh, pasar malam?

"Noona~ Haechan di sini~"

Aku berbalik, dan seorang lelaki berdiri di hadapanku sambil melambaikan tangannya di depan wajahku.

"Melamun, ya, noona?"

Aku menggelengkan kepala.

"Uh, hai, Haechan! Aku hanya, uh, sedikit bingung saja..."

Haechan meraih kedua pergelangan tanganku. "Lupakan saja semua masalah noona, ayo kita bermain!" Kemudian Haechan menarik lengan kiriku dan berlari menyusuri jalanan pasar malam. Angin dingin berhembus kejam, menusuk sampai ke tulang yang terdalam. Aku bergidik, kedinginan.

"Dingin?" Tanya Haechan. Ia melepaskan jaket denimnya dan memakaikannya padaku. Menyatukan setiap kancing dengan hati-hati.

"Haechan aku bisa sendiri..."

"Ah? Iya tentu saja..." Ia tampak panik. Menjauhkan tangannya dari tubuhku dan menggaruk tengkuknya sambil menunduk dalam.

"Noona, aku ingin menonton pertunjukan sulap!"

Aku menggeleng. "Aku tidak mau! Aku mau melihat-lihat stan makanan saja!"

"Tapi Haechan ingin menonton sulap~ Uungg~ Ayo noona kita menonton sulap~" oh tidak. Kenapa ia beraegyo begini?

"Hae–"

"Bbuing-bbuing!"

"Ya, baiklah. Terserah kau saja," akhirnya aku mengalah juga. Ia tampak senang, menarik tanganku lagi menuju sebuah tenda besar di ujung jalan. Oh, baiklah, ini akan membosankan.

"Sebaiknya kita duduk di mana, noona?"

"Terserah. Mungkin kau ingin di baris depan?"

"Tapi aku tak suka terlalu dekat dengan panggungnya," Haechan menggeleng manja.

"Bagaimana jika di belakang?"

"Terlalu jauh!"

"Di sini?" Aku berhenti di dekat sebuah kursi.

"Terlalu pinggir,"

"Haechan..." aku mengeluh. Kenapa dia cerewet sekali?

"Padahal aku hanya ingin tahu apakah noona ingat di mana noona duduk waktu itu," Haechan cemberut. Aku diam sejenak, berpikir. Aku bahkan tak ingat pernah ke sini sebelumnya. Entah kenapa tak ada ingatan apapun yang tersisa soal pertunjukan sulap ini.

"Ya sudah, karena noona tidak ingat, kita duduk di sini saja, di tengah kursi pada baris kedua," Haechan menarik tanganku untuk duduk di sampingnya, kemudian menonton sulap dengan asyik. Mungkin benar aku bosan, tapi, melihat betapa senangnya Haechan membuat aku menikmati setiap waktu yang berjalan. Entah apa yang kunikmati sebenarnya, sulap, atau kesenangan Haechan.

"Kau suka sulap?" Tanyaku di antara kekaguman Haechan yang tampaknya tak bisa disembunyikan.

"Ung–" uh, dia beraegyo lagi. “–aku suka segala hal, Nala noona. Tapi, hyung suka sekali sulap." lanjutnya. Aku tertegun. Uh, kurasa aku ingat sesuatu.

"Maksudmu, Kun?"

Haechan meremas lenganku. Uh, itu sakit!

"Noona! Noona ingat Kun hyung? Noona sungguh mengingatnya bukan?"

Aku mengangguk. Ya, secara aneh aku mengingat sesuatu tentang menghabiskan waktu berdua di kursi ini bersama the controller. Tapi, kenapa? Kenapa aku baru mengingatnya sekarang?

"Aku yakin Kun hyung akan senang! Silahkan noona, gerbangnya ada di pintu masuk tenda ini!" Haechan menunjuk ke gerbang besar yang terbuka lebar.

"Tidak ingin mengantarku, Haechan?" Godaku. Dia beraegyo lagi.

"Jika noona tidak memaksa, aku tak akan mau. Ayo, berikan aku permen karet, akan kuantar noona ke sana!"

Aku mencubit lengannya sebagai tanggapan.

"Selamat tinggal, Haechan! Jangan merindukanku!"

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
oolves
#1
Chapter 3: semangat ajunice ya kak lulus lolos bareng♡♡
oolves
#2
FIGHTING KAK MIRA