Gate 8 - Midnight Cooking

Annalise and the Forgotten

Annalise sudah berpindah tempat lagi. Ia tak merasakan apa-apa selain menghilang dalam dimensi aneh yang membawanya kemari. Setelah Winwin menjentikkan jari, ia sungguh menghilang dan tiba-tiba sudah berada di sini, di rumahnya sendiri. Oh, ia yakin benar ini rumahnya karena ia sudah cukup sering mengunjungi tempat ini pada gerbang-gerbang sebelumnya.

"Hey!" sapa seorang lelaki rupawan di hadapannya. Annalise sudah mulai terbiasa dengan keberadaan lelaki asing di sekitarnya sekarang. Dan gadis itu hanya tersenyum membalas sapaan lelaki itu.

"Aku Lee Taeyong. Dan kau pasti Annalise? Yah, semua juga tahu," ujarnya. Kemudian lelaki itu menarik lengan Annalise untuk ikut bersamanya. Annalise mengekor saja di belakang Taeyong. Ternyata Taeyong membawanya ke dapur.

"Ini sudah tengah malam, Taeyong. Kau tidak mungkin mengajakku untuk memasak, kan?" tanya Annalise.

"Lalu kau ingin aku mengajakmu berbuat apa?" Taeyong menyeringai, perlahan mengunci tubuh Annalise di antara wastafel dan dirinya. Kedua tangannya ia sandarkan di sisi tubuh Annalise untuk memperkecil jarak di antara keduanya.

"T-taeyong..."

"Mencuci piring kotor misalnya?" lanjut Taeyong. Annalise bernapas lega.

"Tapi, tidak ada piring kotor. Kita baru saja berada di sini, ingat?"

"Tentu saja. Kita di sini untuk memasak, Al!" Taeyong menyiapkan alat dan bahan yang ia perlukan. Terkadang meminta tolong pada Annalise untuk menyiapkan yang lainnya. Annalise harap Taeyong tidak akan mengacaukan dapurnya.

"Hey, Al, ada sesuatu di wajahmu!" Taeyong mendekatkan wajahnya dan mengusap saus ke wajah Annalise.

"Taeyong! Kau sengaja, ya!" Annalise mendorong tubuh Taeyong dan membersihkan saus di wajahnya. Lalu Taeyong mendekat lagi.

"Hey, masih ada!" serunya sambil berusaha mengusap saus lagi. Keduanya saling serang di dapur. Suara tawa gembira memenuhi ruang dapur malam itu. Sambil memasak, keduanya tak henti-hentinya bercanda. Dan setelah daging asam manis yang mereka buat siap disantap, mereka sejenak berhenti dari kegiatan menyerang dengan saus. Annalise segera duduk di kursinya sementara Taeyong mengambilkan piring kecil beserta garpu dan pisau.

"Selamat makan!" seru keduanya. Annalise memotong dagingnya dengan ragu. Apakah rasanya akan enak? Ataukah ia telah mengacaukan segalanya? Annalise tak berharap apa-apa sebenarnya. Dirinya sedang lapar, rasa seperti apapun akan tetap ia nikmati.

Mata Annalise berbinar. Tak bisa dipercaya, rasanya sungguh enak! Taeyong pasti sangat ahli dalam memasak. Rasanya bahkan sama enaknya dengan masakan restoran. Annalise tak menyesal meski dapurnya kini berantakan. Ia akan membersihkannya nanti. Atau tidak perlu? Ini dunia yang berbeda, bukan?

"Enak?" tanya Taeyong. Annalise mengangguk semangat.

"Apakah ini lebih enak dari yang ia buat untukmu?"

Annalise mematung. Sesaat wajah Taeyong berubah menjadi sesosok wajah yang tiba-tiba menjadi familiar baginya. Jaehyun?

"Jaehyun? 'Dia' yang kau maksud adalah Jaehyun, kan?"

"Tentu."

Hening sejenak.

"Oke, sekarang aku juga ikut bingung. Semua orang bilang kau sangat cepat dalam mengingat Jaehyun. Ternyata mereka benar. Tapi, kenapa?" Taeyong menghentikan kegiatan makannya untuk pertanyaan yang satu ini.

"Bukankah aku di sini untuk mengingat Jaehyun? Seharusnya kalian senang, kan, saat aku dapat mengingatnya lebih cepat?"

"Aku tak bisa mengatakan kau menyebalkan. Tapi, yah, itulah yang ingin kukatakan," ujar Taeyong sambil melanjutkan makan.

"Kenapa?"

"Kau melupakannya. Yang menyiapkan segalanya untukmu. Aku juga tak mengerti mengapa ia masih mau membantumu mengingat Jaehyun sementara keberadaannya sendiri terlupakan. Seperti halnya kami semua," mata Taeyong berubah sendu, namun tajam seolah kekesalannya sudah di ujung tanduk. Dirinya merasa sedih, namun rasa kesalnya lebih mendominasi.

"Gerbangnya di sana, di tempat ia datang untuk menolongmu."

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
oolves
#1
Chapter 3: semangat ajunice ya kak lulus lolos bareng♡♡
oolves
#2
FIGHTING KAK MIRA